Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Kajian Efektifitas Penggunaan Agensia Hayati Trichoderma Sp Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fussarium Pada Tanaman Bawang Merah Diluar Musim Shofiyani, Anis; Suyadi, Aman
Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014 2014: Proceeding Seminar Hasil Penelitian LPPM 2014, 6 September 2014
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dengan judul " Kajian Efektifitas Penggunaan Agensia Hayati Trichoderma Sp Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fussarium Pada Tanaman Bawang Merah Diluar Musim " bertujuan untuk Mengetahui pengaruh agensia hayati Thrichoderma terhadap penekanan serangan jamur Fussarium penyebab penyakit layu pada  tanaman bawang merah serta Pengaruh agensia hayati Thrichoderma terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah yang ditanam di luar musim. Penelitian dilakukan pada bulan oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di lahan percobaan Fakultas Pertanian UMP. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Random Complete Block Design) dan perlakuan diuji terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu faktor pertama adalah jenis agensia hayati Trichoderma yang terdiri dari dua jenis yaitu T. harzianum (T1) dan T. viridae (T2), faktor kedua adalah dosis agensia hayati antagonis Trichoderma dengan taraf  perlakuan sebagai berikut : (D.1) dosis 20 g / lubang tanam, (D.2) dosis 30 g/lubang tanam; (D.3) dosis 40 g/lubang tanam.  Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan, ditambah satu perlakuan  tanpa agensia hayati ( kontrol), semuanya disusun secara faktorial dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis varian pada taraf 5% jika ada beda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Perlakuan jenis dan dosis  agensia hayati Trichoderma terbukti berpengaruh terhadap penekanan perkembangan patogen Fussarium penyebab penyakit layu pada tanaman  bawang merah selama penelitian. Perlakuan agensis hayati Trichoderma dengan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap parametar jumlah daun dan jumlah umbi, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot umbi. Perlakuan Trichoderma viridae pada kisaran dosis 40 g/ lubang tanam memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah selama penelitian. Kata kunci : Trichoderma, Fussarium, bawang merah
Efektifitas Solarisasi Tanah Terhadap Penekanan Perkembangan Jamur Fusarium Pada Lahan Tanaman Pisang Yang Terinfeksi Shofiyani, Anis; Budi, Gayuh Prasetyo
Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014 2014: Proceeding Seminar Nasional LPPM 2014, 20 Desember 2014
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas perlakuan solarisasi terhadap penekanan perkembangan jamur Fusarium pada  lahan tanaman pisang mas yang terinfeksi di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas.  Penelitian dilaksanakan dilahan endemi penyakit layu Fussarium yang berlokasi di Desa Pamijen, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Dengan  ketinggian tempat 175-200 m diatas permukaan laut. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Terbagi dengan faktor perlakuan tunggal yaitu  perlakuan solarisasi yang terdiri dari perlakuan solarisasi dengan plastik transparn dan tanpa solarisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan solarisasi tanah yang diberikan dimungkinkan berpengaruh dalam penghambatan perkembangan penyakit layu Fussarium pada bibit tanaman pisang mas selama penelitian, terbukti belum munculnya gejala serangan penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang  hingga akhir pengamatan.   Perlakuan solarisasi menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tanah hingga 45,8 oC dengan kisaran  suhu permukan tanah pada waktu pengamatan pukul 12.00 yaitu berkisar antara  39,5 oC – 45,8 oC dengan lama perlakuan selama 8 minggu. Sedangkan rerata suhu harian tertinggi mencapai 35,45 oC dengan kisaran rerata suhu harian pada permukaan tanah antara 32,13 oC – 35,45 oC, terbukti mampu meningkatkan suhu permukan tanah hingga 8,8 oC dibandingkan tanpa perlakun solarisasi dan berdampak pada penurunan jumlah populasi Fussarium di permukaan tanah hingga mencapai 53,61 %, sedangkan tanpa solarisasi penuruan populasi Fussarium sebesar 22,33 %. Key word : Solarisasi, tanaman pisang mas , lahan terinfeksi Fusarium
Nanosilika Berbahan Dasar Batu Padas sebagai Adsorben Zat Warna Sintetis Rhodamin B Shofiyani, Anis; Rahmiyati, Yusnita; Zaharah, Titin Anita
Indonesian Journal of Chemical Science Vol 9 No 3 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijcs.v9i3.42027

Abstract

Batu padas merupakan batuan sedimen yang mengandung 70-95% silika. Komposisi silika yang cukup tinggi tersebut memungkinkannya dikembangkan sebagai bahan dasar sintesis nanosilika. Pada penelitian ini sintesis nanosilika dilakukan dengan metode sol-gel melalui tahapan hidrolisis natrium silikat dan kondensasi gel silika. Karakterisasi nanosilika dilakukan dengan metode difraksi sinar-X (XRD), scanning dengan mikroskop elektron (SEM) dan spektrofotometri inframerah (FTIR). Nanosilika yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk adsorpsi zat warna sintetis (ZWS) rhodamin B dari larutan pada pH yang divariasi 2-9. Data XRD menunjukkan bahwa silika yang dihasilkan merupakan campuran mineral kuarsa dan kristobalit, dan citra SEM memperlihatkan ukuran partikel sebesar 74-123 nm yang sebagian besar dijumpai dalam bentuk aglomerat. Adsorpsi rhodamin B pada nanosilika hasil sintesis tercapai optimum pada pH 4-6 dengan kapasitas maksimum adsorpsi sebesar 7.80 mg/g adsorben.
Nanosilika Berbahan Dasar Batu Padas sebagai Adsorben Zat Warna Sintetis Rhodamin B Shofiyani, Anis; Rahmiyati, Yusnita; Zaharah, Titin Anita
Indonesian Journal of Chemical Science Vol 9 No 3 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijcs.v9i3.42027

Abstract

Batu padas merupakan batuan sedimen yang mengandung 70-95% silika. Komposisi silika yang cukup tinggi tersebut memungkinkannya dikembangkan sebagai bahan dasar sintesis nanosilika. Pada penelitian ini sintesis nanosilika dilakukan dengan metode sol-gel melalui tahapan hidrolisis natrium silikat dan kondensasi gel silika. Karakterisasi nanosilika dilakukan dengan metode difraksi sinar-X (XRD), scanning dengan mikroskop elektron (SEM) dan spektrofotometri inframerah (FTIR). Nanosilika yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk adsorpsi zat warna sintetis (ZWS) rhodamin B dari larutan pada pH yang divariasi 2-9. Data XRD menunjukkan bahwa silika yang dihasilkan merupakan campuran mineral kuarsa dan kristobalit, dan citra SEM memperlihatkan ukuran partikel sebesar 74-123 nm yang sebagian besar dijumpai dalam bentuk aglomerat. Adsorpsi rhodamin B pada nanosilika hasil sintesis tercapai optimum pada pH 4-6 dengan kapasitas maksimum adsorpsi sebesar 7.80 mg/g adsorben.
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum) UNTUK PENGENDALIAN AKAR GADA (Plasmodiophora brassicae) PADA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea L.) Jefri Sasongko; Anis Shofiyani; Oetami Dwi Hajoeningtijas
Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Vol 18, No 2 (2016): AGRITECH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/agritech.v18i2.1739

Abstract

People demand on Caisim (Brassicaejuncea L.) is progressively increasing. One of offorts that can be applied for increasing Caisim crop is by fertilization. Clup root disease caused by Plasmodiophorabrassicae fungi is the most important fungal plant disease infecting cabbagecrop types. This pathogenic fungal infection causes crop damage until 100% or crop failure. One of the disease integeated controlling components that can be developed is biological control. One of biological pesticides for controlling this fungal plant disease is Basil plant.This research aimed to observe effect of the best basil concentration extract for club root control. It was conducted in Laboratory of UniversitasMuhammadiyahPurwokerto and Dukuwaluh Village, Kembaran Sub-district. The research period was three (3) months : Juneto September 2016. The researcher used Random Group Design (RAK). The tested factor including only one factor. K0: control, K1: 50 g/l, K2 : 100 g/l, K3 : 150 g/l, K4 : 200 g/l. the effect of Bassil extract on K1 concrentation resulted the disease with the highest score0.75%, K2 concentration resulted the disease whit the highest disease index 1.17, K4 concentration resulted the tallest plant height 10.1 cm and K3 concentration resulted the heaviest wotwoight 12.2 g.
PENGARUH BERBAGAI JENIS STERILAN DAN WAKTU PERENDAMAN TERHADAP KEBERHASILAN STERILISASI EKSPLAN DAUN KENCUR (Kaempferia galanga L) PADA TEKNIK KULTUR IN VITRO Anis Shofiyani; Agus Mulyadi Purnawanto; Reza Zahara Abdul Aziz
Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Vol 22, No 1 (2020): AGRITECH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.068 KB) | DOI: 10.30595/agritech.v22i1.7523

Abstract

This study aims to determine the effect of sterile and immersion duration on the success of sterilization of kencur (Kaempferia galanga L) leaf explants using in vitro culture techniques and to find out the types of contaminants that emerge. The study was conducted from October 2018 to February 2019, located at the Basic Agrotechnology Laboratory and Plant Engineering Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. The design used was a randomized block design (RBD) with 15 treatments. Each treatment was repeated 3 times. The treatments were the immersed in 6% chlorine for 10 minutes (S1), for 15 minutes (S2), for 20 minutes (S3), the immersed in 0,1 g/ml HgCl2 for 1 minute (S4), for 3 minutes (S5), for 5 minutes (S6), the immersed in HgCl2 0,2 g/ml for 1 minute (S7), for 3 minutes (S8), for 5 minutes (S9), the immersed in HgCl2 0,3 g/ml for 1 minute (S10), for 3 minutes (S11), 5 minutes (S12), immersed in dithane 2 g/l for 1 hour (S13), for 12 hours (S14), for 24 hours (S15). The results showed that the treatment of Dithane sterile 2 g/l water with an immersion duration of 1 hour (S13) significantly affected the percentage of contamination and succeeded in reducing contamination by 44.44%, while the use of chlorine sterile and HgCl2 had no significant effect. The types of contaminants that appear are Macrophomoina sp., Aspergillus sp., Cladosporium sp., And Pseudomonas sp.
RESPON KALUS KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DENGAN PERLAKUAN POLYETHYLENE GLYCOL 6000 DAN NAPTHANELE ACETIC ACID anis shofiyani shofiyani; Agus Mulyadi Purnawanto; Virza Carmelita
Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Vol 23, No 2 (2021): AGRITECH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/agritech.v23i2.11125

Abstract

Kencur (Kaempferia galanga L.) is a plant that has a high enough rhizome selling value. Increased production can be done by expanding the land. However, cultivated land in Indonesia is generally dominated by dry land with limited water availability. The research objective was to obtain galanga callus that were tolerant of drought in vitro using the PEG 6000 selective agent. Randomized block design (RBD) 2 factors were repeated 3 times. PEG 6000 concentrations were  0%, 5%, 10%, 15%, 20% and NAA concentrations were 1mg/l, 1.5mg/l, 2mg/l. The parameters observed were callus morphology (texture and color), wet weight, dry weight, percentage of fresh callus, number of roots, proline content, and live callus percentage. The results showed compact textures that were green, white, and brown. Wet weight, dry weight, percentage of fresh callus, number of roots of PEG 6000 treatment resulted in a decreasing value while the proline content increased with the increase in PEG 6000 concentration. The NAA treatment at the concentration of 1mg/l produced the most roots, while the percentage value of fresh callus was inversely proportional to the value of the proline content. The lower the PEG 6000 and NAA concentrations resulted in more roots. The higher the PEG 6000 concentration and the lower the NAA concentration resulted in high the proline content. PEG 6000 20% still produced 61% living callus.
PENGEMBANGAN METODE STERILISASI PADA BERBAGAI EKSPLAN GUNA MENINGKATKAN KEBERHASILAN KULTUR KALUS KENCUR (Kaemferia galangal L) Anis Shofiyani; Neni Damajanti
Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Vol 17, No 1 (2015): AGRITECH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/agritech.v17i1.1345

Abstract

Dewasa ini penggunaan obat tradisional yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan dimasyarakat semakin meningkat sebagai dampak dari konsep hidup kembali ke alam (back to nature). Salah satu tumbuhan yang dikembangkan sebagai tanaman obat di Indonesia adalah kencur (Kaemferia galanga). Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika,penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut karena rimpangnya mengandung senyawa metabolit sekunder antara lain saponin, flavonoid, fenol serta minyak atsiri (Syamsuhidayat dan Johnny, 1991). Tahap awal keberhasilan kultur kalus yang dilakukan tidak lepas dari ketepatan pemilihan bahan dasar eksplan yang akan digunakan dan juga teknik sterilisasi yang dilakukan selama kultur kalus. Ketepatan pemilihan sterilan dan lamanya waktu pemberian sterilan pada berbagai macam eksplan ternyata memberikan respon yang berbeda. Penelitian ini merupakan upaya dalam perolehan metode sterilisasi yang tepat pada berbagai macam sumber eksplan berupa daun, akar dan irisan rhizome dalam media MS yang digunakan dalam kultur in vitro khususnya kultur kalus tanaman kencur (Kaemferia galanga), sehingga akan diperoleh metode sterilisasi yang sesuai untuyk perbanyakan kalus kencur. Hasil penelitian menujukkan bahwa kombinasi perlakuan yang efektif untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan sumber kontaminasi adalah Natrium hipoklorit (NaOCl 10 %), 5 menit + Alkohol 70 % ,1 menit pada eksplan daun, kombinasi perlakuan Natrium hipoklorit (NaOCl 5 %), 5 menit + Alkohol 70 % ,1 menit untuk eksplan akar dan kombinasi perlakuan Alkohol 70 % ,1 menit + Kaporit (Ca(ClO)2) 6%, 20 menit untuk eksplan rimpang kencur. Sumber kontaminan yang dominan tumbuh adalah bakteri dan jamur dari jenis Mucor dan Rhizopus dengan cirri morfologi hifa berwarna putih hingga kelabu hitam.
PERTUMBUHAN KALUS KENCUR (Kaemferia galanga L) PADA KOMPOSISI MEDIA DENGAN PERLAKUAN SUKROSA DAN ZAT PENGATUR TUMBUH ( 2,4 D dan Benzil Aminopurin) Anis Shofiyani; Agus Mulyadi Purnawanto
Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Vol 19, No 1 (2017): AGRITECH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/agritech.v19i1.2098

Abstract

Penelitian ini merupakan upaya dalam perolehan kalus sebagai sumber metabolit sekunder melalui kultur kalus tanaman kencur (Kaemferia galanga) melalui modifikasi media tanam kultur kalus dengan berbagai konsentrasi sukrosa dan kombinasi zat pengatur tumbuh (2,4-Dichlorophenoxyacetic acid dan BAP). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, waktu penelitian selama 8 bulan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi sukrosa ( 20, 30 dan 40 g/l) dan perlakuan kombinasi 2,4 D (0,5 – 2 ppm) dan BAP ( 0 - 0,2 ppm).Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan sukrosa ( 20 – 40 g/l) dan zat pengatur tumbuh 2,4 D ( 1 – 3 ppm) dan BAP (0 – 0,2 ppm) dalam medium proliferasi kalus, perlakuan sukrosa memberikan pengaruh terhadap variabel bobot segar kalus, bobot kering kalus serta morfologi kalus yang terbentuk. Perlakuan sukrosa 30 % dalam media proliferasi kalus memberikan hasil terbaik untuk variabel pengamatan bobot kalus yaitu seberat 3,8 gram, bobot kering kalus seberat 0,151 gram dengan keremahan kalus yang cukup tinggi dan warna kalus putih jernih.
PENGARUH JENIS MEDIA DAN KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP PRODUKSI KALUS KENCUR (Kaempferia galanga L.) Anis Shofiyani; Agus Mulyadi Purnawanto; Liza Pratikna
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP Vol 2 (2020): PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP 2020
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.07 KB)

Abstract

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman penghasil metabolit sekunder yang berpotensi sebagaibahan baku obat. Metode kultur kalus dan suspensi sel serta modifikasi komposisi media kultur dapat meningkatkan metabolit sekunder pada tanaman. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh kondisi media yang mendukung produksi kalus kencur beserta kandungan metabolit sekunder. Rancangan split plot dengan petak utama jenis media (padat; cair) dan anak petak konsentrasi sukrosa (30;45;60 g/l) dilakukan pengulangan sebanyak lima kali. Penyimpanan media cair di atas shaker dengan kecepatan 120 rpm. Variabel pengamatan yang diamati adalah bobot basah, bobot kering, indeks pertumbuhan, rasio pertumbuhan, morfologi (tekstur dan warna kalus), kandungan etil parametoksi sinamat, dan kandungan fenol total. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi sukrosa 45 g/l memberikan hasil tertinggi pada bobot basah seberat 6.615 g dan indeks pertumbuhan sebesar 12.231, sedangkan konsentrasi sukrosa 60 g/l memberikan hasil tertinggi pada bobot kering sebesar 0.401 g dan rasio pertumbuhan sebesar 15.716. Interaksi jenis media dan konsentrasi sukrosa menghasilkan kalus remah, semakin tinggi sukrosa mengakibatkan warna kalus semakin coklat, dan perlakuan M1S1 (media padat dan konsentrasi sukrosa 30 g/l) memperoleh hasil kandungan fenol total tertinggi pada kalus kencur sebesar 0.078 mg GAE/g kalus kering.