Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

INDEKS KESESUAIAN GARAM (IKG) UNTUK MENENTUKAN KESESUAIAN LOKASI PRODUKSI GARAM; ANALISIS LOKASI PRODUKSI GARAM DI KABUPATEN TUBAN DAN KABUPATEN PROBOLINGGO Andi Kurniawan; Abdul Aziz Jaziri; Abdul Aziz Amin; Lutfi Ni'matus Salamah
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 3, No 2 (2019): JFMR VOL 3 NO 2
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.905 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.02.14

Abstract

Garam merupakan komoditas penting yang banyak digunakan secara luas dari kepentingan konsumsi sampai dengan industri. Salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan produksi garam ini adalah kesesuaian lokasi produksi garam. Hanya saja, belum ada metode yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan tingkat kesesuaian lokasi produksi garam. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun Indeks Kesesuaian Garam (IKG) untuk menganalsis kesesuaian lokasi produksi garam. Dalam penelitian ini, IKG digunakan untuk menganalisis lokasi produksi garam di Kabupaten Tuban dan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. IKG disusun berdasarkan sembilan parameter kesesuaian yang terdiri dari curah hujan, permeabilitas tanah, jenis tanah, lama penyinaran, kelembapan udara, kecepatan angin, suhu udara, tingkat penguapan dan tingkat kejenuhan air bahan baku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai IKG lokasi produksi garam di Kabupaten Tuban (Desa Leranwetan) adalah sebesar 86,84 % yang mengindikasikan kalau lokasi ini sudah sangat sesuai untuk produksi garam. Nilai IKG lokasi produksi garam di Kabupaten Probolinggo (Desa Kalibuntu) adalah sebesar 81,57% yang mengindikasikan lokasi ini cukup sesuai sebagai lokasi produksi garam. Studi ini melaporkan untuk pertama kali metode yang dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesesuaian lokasi untuk produksi garam.
Isolation and Molecular Characterization of Gelatinase-Producing Bacteria from Mangrove Sediment Asep Awaludin Prihanto; Hidayatun Muyasyaroh; Abdul Aziz Jaziri; Nada Itorul Umam
Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 8 No 1 (2020)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Sci and Tech, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/bio.v8i1.10826

Abstract

Protease is an important enzyme widely produced by microorganisms applied in food, health, and industry. Mangrove ecosystem, a rich microorganism habitat, accounted as a new resource for isolating the proteolytic bacteria. The purpose of this study was to identify protease-producing bacteria from mangrove ecosystems in the Tuban area, Indonesia. Three isolates that produced the gelatinase was successfully isolated from mangrove sediments. Bacterial isolates were then tested for extracellular gelatinase. The results showed that isolate T1 had high gelatinase activity. Two isolates (isolates T2 and T3) produced moderately gelatinase enzymes. Molecular identification revealed that isolate T1 is Enterobacter hormaechei.
Continuously Dynamic Mixing (CDM) Method and Greenhouse Salt Tunnel (GST) Technology for Sea Salt Production throughout the Year [Metode Continuously Dynamic Mixing (CDM) dan Teknologi Greenhouse Salt Tunnel (GST) Untuk Produksi Garam Sepanjang Tahun] Andi Kurniawan; Muhammad Imam Syafi’i; Gatot Ardian; Abdul Aziz Jaziri; Abd. Aziz Amin; Budiyanto Budiyanto; M. Amenan; Lutfi Ni’matus Salamah; Wahyu Budi Setiawan
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 2 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v11i2.13480

Abstract

AbstractOne of the biggest challenges in sea salt production is unpredictable and unsuitable weather. Sea salt production process is very depended on the evaporation rate of sea salt production and it will be stopped in the rainy season. One of the alternative strategies to solve this problem is the application of greenhouse salt crystallization in sea salt production. This study aims to develop the technology to produce sea salt in the rainy season by applying Continuously Dynamic Mixing Method (CDM) in the Greenhouse Sea Salt Tunnel (GST). The application of CDM in the GST is an original innovation developed by the researchers of this study. Environmental parameters analyzed in the present study were daily temperatures, wind speed, evaporation rate, humidity, and Baumé scale value. The quality of the produced sea salt was evaluated from the water and NaCl content. The results of this study indicate that the application of the CDM method in GST makes the sea salt production from the raw water materials (± 2° Be) can be conducted in the rainy season. The optimum water and NaCl content of the produced sea salt is 98.05 % and 7 %, respectively. The production of sea salt for one cycle (15 days) in this study is 300 kg/GST-Crystallization (44 m2). According to the results, the CDM method in the GST technology may improve the production of the sea salt in the rainy season and allow it to produce sea salt throughout the year.AbstrakSalah satu tantangan terbesar dalam produksi garam adalah kondisi cuaca yang tidak menentu ataupun tidak mendukung proses pengkristalan garam. Proses pembuatan garam yang sangat tergantung pada laju evaporasi membuat produksi garam akan berhenti pada musim hujan. Strategi pengoptimalan laju evaporasi dengan menggunakan rumah kristalisasi garam berkembang menjadi salah satu alternatif metode untuk mengatasi permasalahan tersebut. Studi ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi produksi garam di musim hujan dengan menerapkan metode Continuously Dynamic Mixing (CDM) pada rumah kristalisasi berbentuk Greenhouse Salt Tunnel (GST). Penerapan metode CDM dalam teknologi GST merupakan inovasi teknologi yang dikembangkan khusus oleh peneliti dalam studi ini. Parameter lingkungan yang diteliti terdiri dari suhu harian (air dan udara), kecepatan angin, laju penguapan, kelembaban udara dan nilai skala Baumé dari air bahan baku garam. Kualitas produksi garam dievaluasi berdasarkan kandungan air dan kandungan NaCl. Hasil penelitian ini mengindikasikan kalau penerapan metode CDM pada GST membuat produksi garam yang dimulai dari air muda (± 2° Be) dapat dilakukan pada musim hujan. Garam yang dihasilkan berwarna putih dengan kandungan NaCl dan kadar air, secara berturut-turut, adalah 98.05 % dan 7 %. Hasil produksi garam per siklus produksi dalam musim hujan (15 hari) sebesar 300 kg/GST-Kristalisasi (luasan 44 m2). Berdasarkan hasil penelitian, metode CDM pada teknologi GST membuat produksi garam pada musim hujan sehingga produksi garam dapat dilakukan sepanjang tahun.
Karakteristik Kemasan Aktif dari Film Gelatin Ikan dengan Penambahan Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) Rahmi Nurdiani; Abdul Aziz Jaziri; Fitri Septa Puspita
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 15, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.829 KB) | DOI: 10.15578/jpbkp.v15i1.628

Abstract

Kemasan aktif memiliki fungsi yang lebih luas dalam menjaga kualitas suatu produk. Salah satu bahan baku kemasan aktif adalah gelatin dengan penambahan senyawa aktif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari karakteristik dan bioaktivitas kemasan aktif dari gelatin ikan ayam-ayam (Abalistes stellaris) dengan penambahan ekstrak daun jeruju (Acanthus ilicifolius) sebesar 0%, 1%, 3%, 5% dan 7%. Kemasan aktif yang dihasilkan diamati karakteristik dan bioaktifitasnya yang meliputi ketebalan, kuat tarik, elongasi, transmisi uap air, kadar air, pH, aktivitas antioksidan dan aktivitas antibakteri. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan penambahan ekstrak daun jeruju berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap ketebalan, aktivitas antioksidan dan aktivitas antibakteri dari kemasan aktif berbahan gelatin yang dihasilkan, namun tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kuat tarik, elongasi dan transmisi uap air. Kemasan aktif dari gelatin ikan ayam-ayam dengan penambahan ekstrak daun jeruju 7% memiliki ketebalan 143,01 µm, mampu menghambat 65,45% radikal bebas DPPH dan menghasilkan zona hambat bakteri berkisar antara 2,18-2,61 mm. Hasil penelitian ini menunjukkan gelatin yang terbuat dari kulit dan sisik ikan ayam-ayam dengan penambahan ekstrak daun jeruju memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kemasan aktif.  AbstractPackaging has an important function in maintaining the quality of product. Active packaging can be made from gelatin as basic material with addition of bioactive substances. The purpose of this research was to study the characteristics and bioactivity of active packaging made from staryy triggerfish (Abalistes stellaris) gelatin incorporated with 0, 1, 3, 5, and 7% of Acanthus ilicifolius leaf extract. The active pakaging was observed for its charateristics and bioactivity including thickness,  elongation, tensile strength, water vapor transmission, moisture content, pH, antioxidant activity, and antibacterial activity of active packaging. The statistical analyses showed that the addition of A. ilicifolius leaf extracts significantly affected (p<0.05) the thickness, antioxidant activity, and antibacterial activity of active packaging. Active packaging from fish gelatin containing 7% of A. ilicifolius extract with 143.01 µm thickness, was able to inhibit 65.45% DPPH free radical and resulted in 2.18-2.61 mm inhibition zone. It was suggested that starry triggerfish gelatin and A. ilicifolius leaf extract have a potential to be developed as active packaging.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOFIT MANGROVE Sonneratia alba PENGHASIL ENZIM GELATINASE DARI PANTAI SENDANG BIRU, MALANG, JAWA TIMUR Asep Awaludin Prihanto; Hanan Dwi Laksono Timur; Aziz Abdul Jaziri; Rahmi Nurdiani; Ken Audia Pradarameswari
Indonesia Journal of Halal Vol 1 (1) 2018
Publisher : Pusat Kajian Halal Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.072 KB) | DOI: 10.14710/halal.v1i1.3114

Abstract

Abstrak Enzim gelatinase merupakan enzim yang berperan penting pada sektor industri pangan dan non pangan. Sumber dari enzim gelatinase dapat berasal dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Enzim gelatinase termasuk enzim protease dan fungsi dari enzim gelatinase sendiri adalah sebagai pengurai gelatin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri penghasil enzim gelatinase dari endofit mangrove Sonneratia alba dan untuk mengetahui jenis spesies bakteri penghasil enzim gelatinase dari endofit mangrove Sonneratia alba dari pantai Sendang Biru. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yang dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama yaitu isolasi dan skrining bakteri yang menghasilkan enzim gelatinase dari endofit mangrove Sonneratia alba. Tahap kedua yaitu identifikasi bakteri penghasil enzim gelatinase berdasarkan uji microbact system.  Hasil skrinning enzim menandakan bahwa isolat dari daun Sonneratia alba merupakan isolat bakteri yang mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan enzim gelatinase yang paling baik. Bakteri endofit daun pada uji microbact system diketahui sebagai jenis bakteri Paenibacillus alvei dengan hasil oksidase negatif sehingga termasuk bakteri Gram positif sehingga dilakukan dengan uji microbact 12A/E. Karakteristik bakteri mempunyai karakteristik berbentuk bulat dan berwarna ungu.. Kata kunci: gelatinase, enzim, Sonneratia alba, Malang, halal.
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA GELATIN KULIT IKAN AYAM-AYAM ( Abaliste stellaris ) DENGAN PRA-PERLAKUAN KONSENTRASI ASAM SITRAT Abdul Aziz Jaziri; H. Muyasyaroh; M. Firdaus
BUANA SAINS Vol 19, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.279 KB) | DOI: 10.33366/bs.v19i1.1522

Abstract

Gelatin is a fibrous protein obtained by partial denaturation of collagen. Traditionally, gelatin derived  from mammals’ skins and bones, such as cow and pork. However, both mammals’ gelatin could risk for bovine spongiform encephalopathy (BSE) and foot mouth disease (FMD), besides, gelatin extracted from pork is prohibited in Islam rules. Therefore, fish processing waste is potential as a source of gelatin in terms of starry triggerfish (Abalistes stellaris) skin gelatin. The aims of this study is to characterize physichochemical of gelatin extracted from skin of starry triggerfish. The methods used in this research, experiment with completely randomized design (CDR) by soaking different concentrations of citric acid (0.2; 0.4; and 0.6 M). The results showed that the concentrations of citric acid  had significantly different (P0.05) on the yield, viscosity, gel strength, and fat content of starry triggerfish skin gelatin. On the other hand, the pH, melting point, galling point, protein, moisture, and ash value of starry triggerfish skin gelatin did not perform significantly different (P0.05). The most properties of starry triggerfish skin gelatin meet the commercial gelatin, and it is able to as a potential alternative of halal gelatin.
Effect of Sodium Chloride Concentration on Aeromonas hydrophila, Proximate and Organoleptic Analyses in Catfish (Clarias sp.) Flesh Dian Wahyu Wardani; Abdul Mulki Purnama; Hartati Kartikaningsih; Abdul Aziz Jaziri
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 10 No. 2 (2021): JAFH Vol. 10 No. 2 June 2021
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jafh.v10i2.20811

Abstract

Intensive aquaculture on catfish (Clarias sp.) has been getting problem due to pathogenic bacteria such as Aeromonas hydrophila. Fish infected by A. hydrophila would bear various symptoms, including hemorrhagic on the skin, gills, ulcers, and pale skin color. To tackle this situation, salt (sodium chloride) treatment with different concentrations can be used, which acts as both bactericidal and bacteriostatic agents. This study aimed to determine the effect of different salt concentration (viz. 0%, 5%, 10% and 15%) added in the treated samples by evaluating the availability of pathogenic bacteria using total plate count (TPC) and total A. hydrophila, along with proximate and organoleptic assessment. An experimental method was used in this research with a completely randomized design (CRD). The results showed that the TPC value in all sample treatments was higher (around 5 × 105) than that recommended by Indonesia National Standard (SNI). On the other hand, the sample added 10% and 15% salts exhibited a significant effect on the decrease of A. hydrophila through a selective medium Rimler-Shotts agar. For proximate analysis, the treated samples contained in the ranges of 67.33-80.03% (WB), 0.91-13.58% (WB), 35.06-69.92% (DW) and 4.41-1451% (DW) of moisture, ash, crude protein, and fat, respectively. In addition, a sensory test of catfish flesh samples showed that all parameter tests, including mucus, odor, and texture met the referred standard. Taken together, this study may contribute to developing an approach in treating pathogenic bacteria during rearing and also post-harvesting catfish; however, further research is required to obtain a better outcome in dealing with food safety issues.
Characteristics and Use of Peptones from Catfish (Clarias gariepinus) and Pangas Catfish (Pangasius pangasius) Heads as Bacterial Growth Media Dwi Setijawati; Abdul Aziz Jaziri; Hefti Salis Yufidasari; Mohammad Dwi Pratomo; Dian Wahyu Wardani; Dinda Ersyah; Nurul Huda
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 15, No 1 (2020): May 2020
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.789 KB) | DOI: 10.15578/squalen.v15i1.437

Abstract

Peptone is a hydrolysate product rich in amino acids, and it is uncoagulated at high temperature. Commercial peptone produced from land animals cannot be declared as acceptable in terms of lawfulness due to religious concerns. Catfish (Clarias gariepinus) and pangas catfish (Pangasius pangasius) are important species for the fish processing industry in Indonesia. The filleting process resulted in value by-products. The fish head as the by-products can be utilized as a main raw material for higher economic value products, such as peptone. The aim of this study was to characterize peptones extracted from the heads of catfish and pangas catfish with different acid conditions. The characteristics of chemical composition, yield, color parameter, solubility, amino acid content, bacterial growth rate and biomass production were observed. The catfish peptone (CFP) and pangas catfish peptone (PCP) obtained with different acid conditions showed high protein content in the range of 84.35% to 90.80% (P0.05). The yields of CFP and PCP were significantly different (P0.05) and varied between 4.75% and 5.66%. The solubility of treated peptones varied between 98.03% and 99.52%, and the peptones were rich in glycine, glutamic acid, proline and leucine. Bacterial growth test showed that both CFP and PCP had better growth rates compared to the commercial peptone tested in this study. In addition, the biomass production with peptone from catfish and pangas catfish was higher than that with the commercial product (P0.05). This research proposed that catfish and pangas catfish heads could be developed as an alternative source for peptone production.
Analisis Kualitas Garam Hasil Produksi Prisma Rumah Kaca di Desa Sedayu Lawas, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur Andi Kurniawan; Farikh Assafri; M. Aris Munandar; Abdul Aziz Jaziri; Asep Awaludin Prihanto; Guntur Guntur
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.49 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i2.7073

Abstract

Desa Sedayu Lawas merupakan salah satu sentra produksi garam di Lamongan. Potensi tambak garam di desa ini cukup besar hanya saja produksi garam yang ada sebagian besar masih sangat tergantung kondisi cuaca. Salah satu inovasi dalam memproduksi garam rakyat untuk mengatasi masalah cuaca tersebut adalah dengan menggunakan teknologi Prisma Rumah Kaca.  Inovasi ini memanfaatkan rumah kaca dan plastik geomembran dalam proses kristalisasi garam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas garam dari hasil produksi metode Prisma Rumah Kaca di desa Sedayu Lawas. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu, salinitas, kandungan Mg, kandungan Ca, kandungan NaCl dan kadar air. Hasil penelitian ini menunjukkan kalau kadar salinitas air pada kolam penampungan air muda adalah 23-24 ppt dan pada kolam penampungan air tua adalah 34-42 ppt. Nilai rata-rata NaCl, Mg dan Ca pada air muda secara berturut-turut adalah 115.000 mg/L, 313,6 mg/L dan 202,3 mg/L. Hasil pengujian air tua menunjukkan nilai rata-rata NaCl, Mg dan Ca secara berturut-turut adalah 129.333,3 mg/L, 313,6 mg/L dan 214,3 mg/L. Hasil uji kualitas garam menunjukkan kadar NaCl atas dasar berat basah (adbb) sebesar 87,56%, kadar Mg sebesar 2,15%, kadar Ca sebesar 3,45% dan kadar air sebesar 5,86%. Hasil penelitian ini mengindikasikan kalau kualitas garam yang dihasilkan melalui metode Prisma Rumah Kaca di desa Sedayu Lawas termasuk dalam kategori Kualitas K1 berdasarkan SNI 4435:2017.
INDEKS KESESUAIAN GARAM (IKG) UNTUK MENENTUKAN KESESUAIAN LOKASI PRODUKSI GARAM; ANALISIS LOKASI PRODUKSI GARAM DI KABUPATEN TUBAN DAN KABUPATEN PROBOLINGGO Andi Kurniawan; Abdul Aziz Jaziri; Abdul Aziz Amin; Lutfi Ni'matus Salamah
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 3 No. 2 (2019): JFMR
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.02.14

Abstract

Garam merupakan komoditas penting yang banyak digunakan secara luas dari kepentingan konsumsi sampai dengan industri. Salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan produksi garam ini adalah kesesuaian lokasi produksi garam. Hanya saja, belum ada metode yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan tingkat kesesuaian lokasi produksi garam. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun Indeks Kesesuaian Garam (IKG) untuk menganalsis kesesuaian lokasi produksi garam. Dalam penelitian ini, IKG digunakan untuk menganalisis lokasi produksi garam di Kabupaten Tuban dan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. IKG disusun berdasarkan sembilan parameter kesesuaian yang terdiri dari curah hujan, permeabilitas tanah, jenis tanah, lama penyinaran, kelembapan udara, kecepatan angin, suhu udara, tingkat penguapan dan tingkat kejenuhan air bahan baku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai IKG lokasi produksi garam di Kabupaten Tuban (Desa Leranwetan) adalah sebesar 86,84 % yang mengindikasikan kalau lokasi ini sudah sangat sesuai untuk produksi garam. Nilai IKG lokasi produksi garam di Kabupaten Probolinggo (Desa Kalibuntu) adalah sebesar 81,57% yang mengindikasikan lokasi ini cukup sesuai sebagai lokasi produksi garam. Studi ini melaporkan untuk pertama kali metode yang dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesesuaian lokasi untuk produksi garam.