Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Factors Affecting the Quality of Diagnosis Coding and Medical Record at Dr. Moewardi Hospital, Surakarta Maryati, Warsi; Murti, Bhisma; Indarto, Dono
Journal of Health Policy and Management Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.994 KB)

Abstract

Background: Diagnosis coding is atool for identifying and grouping diseases, disorders, symp­toms, and other disease-related outcomes, such as poisoning, adverse effect of drugs and chemicals, injury. Diagnosis code can be used in policy making and costing medical care. Doctors, nurses, coding personnel, and medical record quality, may affect the quality of diagnosis coding. This study aimed to investigate factors that affects the quality of diagnosis coding at Dr. Moewardi Hospital, Surakarta.Subjects and Method: This was an analytic observational using cross sectional design. This study was conducted at Dr. Moewardi Hospital, Surakarta, Indonesia. A total of 250 inpatient medical record document at Dr. Moewardi Hospital were selected for the study bystratified random sampling.The data was analyzed by structural equation modeling (SEM).Results:Sub-specialistic doctor (b = 1.13; 95%CI = 0.06 to 0.33; p = 0.039),civil servant doctor(b = 0.84; 95%CI = 0.06 to 1.62; p =0.034),nurse working ≥ 5 years (b = 1.77; 95% CI = 1.13 to 2.42; p<0.001), significantly increased the quality of medical record. Coding personnel aged ≥40 years (b= 1.70; 95%CI = 0.64 to 2.77; p = 0.002), coding personnelworking ≥5 years (b = 1.70; 95%CI= 0.98 to 2.42; p 0.001), and coding personnel has ≥ 5 times training(b = 2.62; 95% CI = 1.40 to 3.83; p <0.001), significantly increased the quality of diagnosis coding.Conclusion: Sub-specialistic doctor, civil servant doctor, nurse working ≥5 years, significantly increased the quality of medical record. Coding personnel aged ≥40 years, coding personnel working ≥5 years, and coding personnel has ≥ 5 times training, significantly increased the quality of diagnosis coding.Keywords: Quality of diagnosis coding, quality of medical record, doctor, nurse, coding personnel.Correspondence: Warsi Maryati. School of Medical Records and Health, APIKES Citra Medika, Surakarta. Email: warsi_maryati@yahoo.comJournal of Health Policy and Management (2016), 1(2): 61-70https://doi.org/10.26911/thejhpm.2016.01.02.01 
Reduced hospital revenue due to error code diagnosis in the implementation of INA-CBGs Warsi Maryati; Novita Yuliani; Anton Susanto; Aris Octavian Wannay; Ani Ismayani Justika
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 10, No 2: June 2021
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v10i2.20690

Abstract

In the case-mix system, diagnostic codes are used as the basis for classifying health service rates. The difference in tariffs between hospitals and the accuracy of the diagnosis code causes a gap where there are hospitals that benefit and are disadvantaged by the Indonesian case-based groups (INA-CBGs) tariff policy. This study assesses the gap factor between hospital rates and INA-CBGs rates, which include hospital characteristics and the accuracy of the diagnosis code. Samples were taken of 100 medical record documents of inpatients at two hospitals in Surakarta, Central Java, Indonesia in 2020 by stratified random sampling. Data were collected by observation and analyzed by Chi-Square test. There were errors in the primary diagnosis code 11 (32.35%), secondary diagnosis code 19 (55.88%), combination diagnosis code 4 (11.76%). Changes in the INA-CBG code that caused the inaccuracy of the claim rate were 26 (59.09%) case-mix main groups (CMG) codes, 44 (100%) CBG-specific codes, 31 (70.45%) severity level codes. Public-private hospitals with class B experienced a decrease in income of IDR 46,081,900 (-17.50%), while special government hospitals with class A experienced an additional income of IDR 99,733,869 (38.31%). An accurate diagnostic code can increase the odds by 42.128 times the accuracy of the INA-CBGs rate (b=42.128; 95% CI=11.127 to 159.497; p<0.001).
Quality of medical information determine the quality of diagnosis code Warsi Maryati; Indriyati Oktaviano Rahayuningrum; Ani Ismayani
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 8, No 3: September 2019
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.121 KB) | DOI: 10.11591/ijphs.v8i3.20236

Abstract

The accuracy of the diagnosis code has implications for future patient care planning, provision of health services and patient care costs. Therefore, this study has analyzed the influence of the quality of medical information on the quality of the diagnosis code which includes the accuracy, consistency, completeness and timeliness in coding the diagnosis of inpatients at Dr. Moewardi hospital.This was an observational analytic study with a sample of 250 medical records taken using stratified random sampling. Data were analyzed by chi square test. High quality of medical information has a better diagnosis code quality (73.80%) compared to poorly quality of medical information (36.00%). High quality of medical information has a log odds of 1.54 better in the quality of diagnosis code than poorly quality of medical information (b=1.54; 95% CI=0.81-2.27, p<0.001).
KARAKTERISTIK RUMAH SAKIT DAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS MEMPENGARUHI HASIL KLAIM INA-CBGs Warsi Maryati; Novita Yuliani; Ani Ismayani Justika
Jurnal LINK Vol 16, No 2 (2020): NOVEMBER 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.524 KB) | DOI: 10.31983/link.v16i2.6426

Abstract

Setiap rumah sakit memiliki standar tarif pelayanan kesehatan. Perbedaan tarif  rumah sakit dan tarif INA-CBGs serta keakuratan kode diagnosis menyebabkan adanya kesenjangan pendapatan yang diperoleh rumah sakit. Studi ini  menilai faktor yang menyebabkan kesenjangan antara tarif rumah sakit dan tarif INA-CBGs, diantaranya karakteristik rumah sakit dan keakuratan kode diagnosis. Sampel diambil secara stratified random sampling sebanyak 100 di dua rumah sakit  tahun 2020. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square. Analisis jalur dilakukan dengan pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan STATA 13 untuk menemukan model yang paling tepat untuk menggambarkan faktor penyebab kesenjangan tarif. Hasil menunjukkan bahwa 34% kode diagnosis tidak akurat dan 44% tarif INA-CBGs lebih rendah dari tarif rumah sakit. Rumah sakit milik Pemerintah memiliki log odds 1,037 lebih baik dalam menentukan ketepatan tarif INA-CBGs daripada rumah sakit swasta, namun secara statistik tidak signifikan (b=1,037; CI95%= -0,115 hingga 2,189; p=0,078). Kode diagnosis yang akurat memiliki log odds 3,885 lebih baik dalam menentukan ketepatan tarif INA-CBGs daripada kode diagnosis yang tidak akurat (b=3,885; CI95% =2,488 hingga 5,282; p0,001).
EVALUASI KUALITAS KODE DIAGNOSIS KETUBAN PECAH DINI PADA PASIEN RAWAT INAP Warsi Maryati; Indriyati Oktaviano Rahayuningrum; Yohana Sulistyo Wati
Jurnal LINK Vol 16, No 1 (2020): MEI 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.368 KB) | DOI: 10.31983/link.v16i1.5726

Abstract

Ketuban pecah dini berada pada urutan ke 2 dalam 10 besar penyakit pasien rawat inap di salah satu rumah sakit swasta yang terdapat di Kabupaten Boyolali. Kualitas kode diagnosis ketuban pecah dini dapat menyebabkan hasil klaim pembiayaan pelayanan kesehatan pada sistem case mix dan penetapan kebijakan dalam pelayanan kesehatan tidak tepat. Penelitian ini mengevaluasi kualitas kode diagnosis ketuban pecah dini yang meliputi keakuratan, kelengkapan, konsistensi dan ketepatan waktu. Penelitian bersifat deskriptif dengan mengobservasi 215 dokumen rekam medis dan mewawancarai petugas coding. Hasil evaluasi menunjukkan kode diagnosis yang akurat sebanyak 58,60%,  kode diagnosis yang lengkap sebanyak 75,81%, kode diagnosis yang konsisten 59,53% dan rata-rata waktu untuk mengkode satu dokumen rekam medis antara 5-7 menit. Penyebab utama kode diagnosis tidak akurat, tidak lengkap dan tidak konsisten karena diagnosis tidak dikode dan kesalahan penentuan kode diagnosis pada karakter ke empat. Peningkatan kualitas kode sebaiknya dilakukan sehingga dalam pengambilan kebijakan dan penentuan biaya klaim asuransi lebih tepat.
HUBUNGAN KELENGKAPAN INFORMASI MEDIS DAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS DIABETES MELLITUS Warsi Maryati; Aris Oktavian Wannay; Devi Permani Suci
Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Vol 1, No 2 (2018): OKTOBER 2018
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.74 KB) | DOI: 10.31983/jrmik.v1i2.3852

Abstract

Abstract Diabetes merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin atau keduanya serta menduduki peringkat ke enam penyebab kematian terbesar di Indonesia. Kelengkapan informasi medis sangat penting dalam menunjang keakuratan kode diagnosis diabetes mellitus.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelengkapan informasi medis dengan keakuratan kode diagnosis Diabetes mellitus pada dokumen rawat inap.Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 84 dokumen dengan teknik simple random sampling.Analisis data menggunakan Chi-Square.Persentase kelengkapan informasi medis sebesar 54,7% sedangkan ketidaklengkapan informasi medis sebesar 45,3%. Ketidaklengkapan tertinggi terdapat pada formulir ringkasan pulang sebanyak 26 dokumen (31%). Persentase keakuratan kode diagnosis Diabetes mellitus sebesar 29,8% sedangkan ketidakakuratannya yaitu sebesar 70,2%. Ketidakakuratan paling banyak disebabkan karena salah dalam penentuan tipe Diabetes mellitus yaitu sebanyak 24 dokumen.Uji statistik chi square menunjukkan bahwa p= 0,001.Kesimpulannya adalah ada hubungan antara kelengkapan informasi medis dengan keakuratan kode diagnosis Diabetes mellitus.Penulis menyarankan sebaiknya ada koordinasi antara petugas rekam medis dan tenaga kesehatan lainya untuk meningkatkan kelengkapan informasi medis,petugas coding lebih teliti dalam mengkode dan mengkonfirmasikan kepada dokter penanggungjawab apabila informasi yang dihasilkan kurang jelas.  Abstrak Diabetes is a metabolic disease characterized by high blood sugar levels (hyperglycemia) which is caused by impaired insulin secretion and insulin resistance or both and is ranked sixth the largest cause of death in Indonesia. Completeness of medical information is very important in supporting the accuracy of the diagnosis code for diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship between the completeness of medical information and the accuracy of the diagnosis code for Diabetes mellitus in hospitalization documents. This research is an analytical study with a cross sectional approach. The sample used was 84 documents with simple random sampling technique. Data analysis using Chi-Square. The percentage of completeness of medical information was 54.7% while the incompleteness of medical information was 45.3%. The highest incompleteness is in the 26 discharge summary (31%). Percentage accuracy of diagnosis code Diabetes mellitus is 29.8% while inaccuracy is 70.2%. The most inaccuracies are caused by incorrect in determining the type of Diabetes mellitus as many as 24 documents. Chi square statistical test showed that p = 0.001. The conclusion is that there is a relationship between the completeness of medical information and the accuracy of the diagnosis code for Diabetes mellitus. The author suggests that there should be coordination between medical record officers and other health workers to improve the completeness of medical information, coding officers are more thorough in coding and confirming to physician if the information is incomplete. 
SISTEM INFORMASI BERBASIS FINGERPRINT UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN Tominanto Tominanto; Warsi Maryati
Jurnal Infokes Vol 3 No 2 (2013): Volume III No II Agustus 2013
Publisher : Universitas Duta Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47701/infokes.v3i2.49

Abstract

Rekam medis merupakan aspek yang sangat penting bagi rumah sakit,salah satu bagian dari rekam medis adalah pendaftaran pasien rawat jalan.Sebagian besar pelayanan pendaftaran rawat jalan di rumah sakit sudahdilakukan secara komputerisasi namun masih terdapat permasalahan yaitutentang efisiensi dan efektivitas pelayanan. Banyaknya pasien yang tidakmembawa KIB menjadi faktor utama lamanya proses pedaftaran danketidakakuratan dalam pencarian data pasien. Oleh karena itu, diperlukanpengembangan sistem informasi berbasis fingerprint untuk meningkatkanpelayanan pendaftaran pasien rawat jalan.Objek penelitian yang digunakan sebagai studi kasus adalah unitpendaftaran pasien rawat jalan di RSUD Sragen. Pengumpulan data dilakukandengan metode studi literatur, observasi, wawancara dan dokumentasi. Metodepengembangan sistem dimulai dari tahap survey sistem, analisis sistem, desainsistem, pembuatan sistem kemudian implementasi sistem.Sistem informasi berbasis fingerprint ini dibangun menggunakan bahasapemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 dengan database SQL Server 2000 danperalatan tambahan berupa fingerprint scanner sebagai alat verifikasi identitaspengganti KIB, sehingga pasien yang tidak membawa KIB tidak akanmemperlambat pelayanan. Sistem informasi ini memiliki kelebihan yaitu dapatmengatasi ketidakakuratan dalam pencarian data pasien dan mempercepat prosespelayanan pendafataran rawat jalan.Kata kunci : Sistem Informasi, Pendaftaran Rawat Jalan, Fingerprint
HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI DI RS PKU MUHAMMADIYAH SUKOHARJO Warsi Maryati
Jurnal Infokes Vol 6 No 2 (2016): Volume VI, Nomor 2, November 2016
Publisher : Universitas Duta Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47701/infokes.v6i2.141

Abstract

Rekam medis merupakan aspek yang sangat penting bagi rumah sakit, dimana salah satu aspek dari rekam medis adalah kode diagnosis. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keakuratan kode diagnosis diantaranya dokter dan coder. Dokter bertanggung jawab terhadap kejelasan dan ketepatan penulisan diagnosis, sedangkan coder bertanggung jawab untuk melakukan kodifikasi diagnosis. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menguji hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo. Metode Pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi sedangkan instrumen yang digunakan adalah lembar analisis ketepatan penulisan diagnosis, lembar analisis keakuratan kode diagnosis, serta lembar rekapitulasi ketepatan penulisan diagnosis dan keakuratan kode diagnosis. Data diolah dengan analisis Chi-Square. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ketepatan penulisan diagnosis kasus obstetric adalah sebesar 35,2% dan keakuratan kode diagnosis kasus obstetric adalah sebesar 58%. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan SPSS sehingga dapat diketahui p=0,02. Berdasarkan hasil tersebut, maka  p<0,05 sehingga ada hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetric di RS PKU Muhammadiyah SukoharjoKata Kunci: diagnosis obstetri, keakuratan kode, terminologi medis
Hubungan Antara Kelengkapan Informasi Medis Dengan Keakuratan Kode Diagnosis Carcinoma Mammae di RSUD Dr. Moewardi Warsi Maryati; Riska Rosita; Ayu Putri Zanuri
Jurnal Infokes Vol 9 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
Publisher : Universitas Duta Bangsa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47701/infokes.v9i1.712

Abstract

RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit pendidikan yang terakreditasi KARS tingkat paripurna. Carcinoma mammae berada pada urutan pertama dalam 10 besar penyakit pasien rawat inap. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kelengkapan informasi medis terhadap keakuratan kode diagnosis carcinoma mammae pada dokumen rekam medis rawat inap di RSUD Dr. Moewardi. Jenis penelitian adalah observasional analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah dokumen rekam medis rawat inap sebanyak 757. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling dan besar sampel sebanyak 90. Persentase akurasi kode diagnosis Carcinoma mammae pada dokumen rekam medis rawat inap di RSUD Dr. Moewardi dengan sampel sebanyak 90 dokumen rekam medis, keakuratan kode sebanyak 14 (15,56%) dokumen sedangkan kode yang tidak akurat 76 (84,44%) dokumen. Kelengkapan informasi medis dari 90 dokumen rekam medis yang diteliti terdapat sejumlah 61 (67,78%) dokumen dengan kategori lengkap dan 29 (32,22%) dokumen dengan kategori tidak lengkap.Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai signifikansi adalah 0,347, sehingga 0,347 > 0,05. Artinya, kelengkapan informasi medis tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan keakuratan kode diagnosis Carcinoma mammae di RSUD Dr. Moewardi. Adapun berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai odds ratio sebesar 0,524, angka tersebut menunjukkan bahwa informasi medis yang lengkap mempunyai peluang untuk mendapatkan kode diagnosis yang lebih akurat 0,524 kali jika dibandingkan dengan informasi medis yang tidak lengkap.
STANDARIZE OF SIMBOL AND SYSTEM USING MEDICAL RECORD DOCUMENTS OF INPATIENT PATIENTS IN RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA Warsi Maryati; Aris Octavian Wannay
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v5i2.173

Abstract

The accreditation agency in Indonesia is the Hospital Accreditation Commission (KARS). Since 2012, one of the chapters in the KARS accreditation standard is the Communication and Information Management (MKI) chapter in the hospital management group. Based on a preliminary study at RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta has been accredited plenary but has not done monitoring. The purpose of this study was to evaluate the accreditation standards of MKI 13 on the Medical Record Document of Inpatient in RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta in 2017. The research method used is descriptive research type, cross sectional approach, data collection using observation and interview, sampling technique used is quota sampling. Data processing in this research include collecting, editing, coding, classification, tabulating, and data presentation. The results of this study indicate that the percentage of symbols used 78.7% is not standardized, the abbreviation used is 71.2% standardized. Standardization of symbols and abbreviations based on the manual set by the Director of the Hospital with the title of the book "Abbreviations, Symbols and Other Special Signs in Medical Record" on August 20, 2014. Abbreviations and symbols used in RSJD. Dr. Arif Zainudin Surakarta has been standardized but its use has not been monitored so it has not been maximized