Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG DAN PIJAT BAYI BAGI KADER POSYANDU BANJAR MUNGENGAN, CATUR, KINTAMANI Pramita, Indah; Diaris, Ni Made; Samben, Resti Kusumarini
JURNAL WIDYA LAKSANA Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.145 KB) | DOI: 10.23887/jwl.v10i1.28859

Abstract

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumberdaya dari masyarakat. Posyandu Banjar Mungsengan Desa Catur Kecamatan Kintamani termasuk dalam tingkat madya yang memiliki 6 kader dengan tingkat pendidikan yang masih rendah, yaitu SMP dan SMA. Posyandu ini melaksanakan kegiatan 1 kali dalam sebulan di Bale Banjar Mungsengan Desa Catur Kecamatan Kintamani. Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, status gizi serta pemberian vitamin, imunisasi dan pemberian makanan tambahan (PMT). Berdasarkan wawancara dengan Ketua Posyandu yaitu Ibu Wayan Restiti, diketahui pernah terdapat kasus balita yang mengalami keterlambatan bicara. Namun, kader belum mampu melakukan deteksi dini tumbuh kembang dan belum mampu melakukan stimulasi tumbuh kembang guna untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan wawancara dan observasi didapatkan 2 aspek permasalahan yaitu: kurangnya keterampilam kader tentang deteksi dini tumbuh kemban dan ketidak mampuan memberikan stimulasi tumbuh kembang. Adapun solusi untuk permasalahan aspek SDM kader yaitu 1) Pelatihan deteksi dini tumbuh kembang; 2) Pelatihan pijat bayi bagi kader. Hasil dari program kemitraan masyarakat ini adalah terjadi peningkatan keterampilan kader dalam melakukan deteksi dini tumbuh kembang, peningkatan keterampilan kader dalam mengaplikasikan pijat bayiKata Kunci : Deteksi Dini, Tumbuh kembang, Pijat bayi
PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG DAN PIJAT BAYI BAGI KADER POSYANDU BANJAR MUNGENGAN, CATUR, KINTAMANI Indah Pramita; Ni Made Diaris; Resti Kusumarini Samben
JURNAL WIDYA LAKSANA Vol 10 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.145 KB) | DOI: 10.23887/jwl.v10i1.28859

Abstract

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumberdaya dari masyarakat. Posyandu Banjar Mungsengan Desa Catur Kecamatan Kintamani termasuk dalam tingkat madya yang memiliki 6 kader dengan tingkat pendidikan yang masih rendah, yaitu SMP dan SMA. Posyandu ini melaksanakan kegiatan 1 kali dalam sebulan di Bale Banjar Mungsengan Desa Catur Kecamatan Kintamani. Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, status gizi serta pemberian vitamin, imunisasi dan pemberian makanan tambahan (PMT). Berdasarkan wawancara dengan Ketua Posyandu yaitu Ibu Wayan Restiti, diketahui pernah terdapat kasus balita yang mengalami keterlambatan bicara. Namun, kader belum mampu melakukan deteksi dini tumbuh kembang dan belum mampu melakukan stimulasi tumbuh kembang guna untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan wawancara dan observasi didapatkan 2 aspek permasalahan yaitu: kurangnya keterampilam kader tentang deteksi dini tumbuh kemban dan ketidak mampuan memberikan stimulasi tumbuh kembang. Adapun solusi untuk permasalahan aspek SDM kader yaitu 1) Pelatihan deteksi dini tumbuh kembang; 2) Pelatihan pijat bayi bagi kader. Hasil dari program kemitraan masyarakat ini adalah terjadi peningkatan keterampilan kader dalam melakukan deteksi dini tumbuh kembang, peningkatan keterampilan kader dalam mengaplikasikan pijat bayiKata Kunci : Deteksi Dini, Tumbuh kembang, Pijat bayi
KANDUNGAN PROTEIN, SERAT, DAN DAYA TERIMA KACANG GUDE PADA PERBEDAAN PERLAKUAN SUHU DAN WAKTU Resti Kusumarini Samben; Dylla Hanggaeni Dyah Puspaningrum
Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) Vol 3 (2020): PROSIDING SINTESA
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.991 KB)

Abstract

ABSTRAKKurangnya asupan protein dan zat gizi mikro menjadi salah satu penyebab malnutrisi. Kacanggude tinggi protein, serat dan mikronutrien, namun pengolahan dapat menghilangkan kandungannutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan protein, serat dan daya terimakacang gude pada berbagai perlakuan suhu dan waktu. Metode penelitian ini menggunakanrancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor: : Faktor 1 (S1, S2, S3) : perlakuan suhupengukusan 1100C , 1150C, 1200C, Faktor 2 (W1, W2, W3) : perlakuan waktu 10 menit, 20 menit,30 menit dengan 3 kali ulangan. Hasil pengamatan akan dianalisis dengan analysis of variance(ANOVA) dilanjutkan uji BNT 5%. Perlakuan suhu dan waktu mempengaruhi kandungan proteinkacang gude, dengan nilai p < 0,05, sedangkan perlakuan suhu dan waktu tidak berpengaruhkadar serat kasar dengan nilai p > 0,05 Semakin lama waktu pengolahan maka kandungan proteindan serat kasar kacang gude semakin menurun. Uji sensori kesukaan menunjukkan tingkatpenerimaan kacang gude yang paling tinggi pada perlakuan suhu 1150C selama 10 menit. Hasil ujibeda nyata menunjukkan parameter tektstur beda nyata dengan nilai p < 0,05 sedangkan padaparameter warna, rasa, aroma tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p > 0,05.Kesimpulan: Suhu dan lama ektruksi mempengaruhi kadar protein dan tekstur, tapi tidakberpengaruh pada serat kasar, aroma, rasa, dan warna.Kata Kunci : Protein, Serat, Kacang Gude, Suhu, Waktu
HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DENGAN ASUPAN ZAT BESI PADA REMAJA Merensi Sisilia Karemu; Ravi Masitah; Resti Kusumarini Samben
Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) Vol 2 (2019): PROSIDING SINTESA
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKRemaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yaitu adanya perubahan fisik, fisiologis, dan psikologi. Media sosial merupakan salah satu yang dapat membawa perubahan perilaku pada remaja yang diakibatkan oleh perkembangan internet, media sosial dapat memudahkan remaja untuk mengakses informasi yang dibutuhkan dan berkomunikasi. Rancangan penelitian cross sectional sampel berjumlah 30 remaja. Teknik pengambilan sampel yang di gunakan purposive sampling, analisis data statistik uji Somers’d dengan SPSS versi 22. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan frekuensi pengunaan media sosial dengan asupan zat besi (p<0,05), namun tidak ada hubungan durasi dan pemanfaatan isi pesan media sosial dengan asupan zat besi (p>0,05). Pemanfaatan media sosial yang tepat dapat membantu memperbaiki asupan zat besi remaja.Kata kunci: Social Media, Iron Intake, AdolescentsABSTRACTAdolescent is a transition period from children to adults, there are change of physical, physiological, and psychological. Social media is one that can bring changes behavior in adolescents that caused by the development of internet, social media can facilitate adolescents to access information and to communicate easily. The cross-sectional study design sample was 30 adolescents. The sampling technique used purposive sampling, analysis of Somers'd test data by using SPSS version 22. The results showed that there was correlation between the frequency of using social media and iron intake (p <0.05), but there was no relationship between duration and utilization of contents social media messages with iron intake (p> 0.05). Using the right social media can help improve adolescents’ iron intake.Keywords: Social Media, Iron Intake, Adolescents
WORSHOP ASI EKSKLUSIF DAN MPASI BAGI IBU DI DESA CATUR, KINTAMANI, BANGLI Indah Pramita; Ni Made Diaris; Resti Kusumarini Samben; Ni Putu Eny Sulistyadewi
Seminar Nasional Aplikasi Iptek (SINAPTEK) Vol 3 (2020): PROSIDING SINAPTEK
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.205 KB)

Abstract

ABSTRAKPosyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yangbersumberdaya dari masyarakat. Posyandu Banjar Mungsengan Desa Catur Kecamatan Kintamanitermasuk dalam tingkat madya yang memiliki 6 kader dengan tingkat pendidikan yang masihrendah, yaitu SMP dan SMA. Di Posyandu ini tercatat terdapat 37 balita yang aktif mengikuti kegiatansetiap bulannya. Posyandu ini melaksanakan kegiatan 1 kali dalam sebulan di Bale BanjarMungsengan Desa Catur Kecamatan Kintamani. Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan tinggibadan, berat badan, lingkar kepala, status gizi serta pemberian vitamin, imunisasi dan pemberianmakanan tambahan (PMT). Berdasarkan wawancara dengan Ketua Posyandu, diketahui pernahterdapat kasus bayi yang mengalami sembelit. Bayi tersebut diketahui sembelit akibat terlalu dinimengkonsumsi makanan tambahan. Selain itu juga banyak orang tua bayi yang tidak memberikanASI Eksklusif kepada bayinya, dikarenakan sibuk bekerja dan kurang memahami manfaat dari ASIEksklusif. Berdasarkan wawancara dan observasi didapatkan 2 aspek permasalahan yaitu:kurangnya pemahaman ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif dan kurangnya pemahaman ibutentang pemberian MPASI. Adapun solusi untuk permasalahan tersebut yaitu dengan memberikanworkshop ASI Eksklusif dan MPASI bagi ibu. Hasil dari program kemitraan masyarakat ini adalahterjadi peningkatan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan MPASI.Kata kunci: ASI EKsklusif, MPASI, Ibu, Catur.
PENGARUH PEMBERIAN BARUASA KACANG GUDE PADA BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BONTORAMBA Resti Kusumarini Samben
Jurnal Kesehatan Terpadu Vol 2, No 1 (2018): JURNAL KESEHATAN TERPADU
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.109 KB)

Abstract

ABSTRAKGizi kurang merupakan masalah global terutama pada negara-negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh pemberian baruasa kacang gude terhadap berat badan dan tinggi badan siswa sekolah dasar. Baruasa kacang gude dapat dimanfaatkan sebagai jajanan sumber protein yang cukup tinggi karena mengandung protein sebesar 20,70%. Desain penelitian adalah penelitian eksperimen semu menggunakan rancangan Pretest-Postest dengan teknik pengambilan sampel secara purposif. Penelitian ini melibatkan 60 siswa yang dibagi dalam tiga kelompok yakni, kelompok baruasa kacang gude+obat cacing, kelompok baruasa, dan kelompok obat cacing. Satu minggu sebelum intervensi kelompok pertama diberi obat cacing pirantel pamoat dosis 10 ml, kemudian diberi intervensi baruasa kacang gude 60 g/hr, kelompok kedua diberikan baruasa kacang gude sebanyak 60 g/hr, dan kelompok ketiga diberikan obat cacing pirantel pamoat dosis 10 ml. Pemberian baruasa pada kelompok pertama dan kedua dilakukan selama 60 hari. Pengukuran BB dan TB siswa dilakukan satu minggu sebelum dan satu minggu setelah pelaksanaan intervensi berakhir. BB diukur menggunakan timbangan camry, sedangkan tinggi badan menggunakan microtoice. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perubahan rata-rata BB dan TB siswa pada kelompok baruasa+obat cacing lebih tinggi dibanding kelompok perlakuan lainnya dan berbeda secara bermakna. Pemberian baruasa kacang gude+obat cacing dapat menaikkan berat badan dan tinggi badan siswa sekolah dasar.Kata Kunci : Baruasa kacang gude, berat badan, tinggi badan, siswa sekolah dasar.ABSTRACTMalnutrition is a global problem, especially in developing countries. The aim of the research was to asses the effect of giving baruasa pigeon pea on weight and height of elementary school students. The research was a quasi-experiment study using pretest-posttest design. The samples were selected using purposive sampling technique consisting of 60 students divided into three groups, i.e. baruasa pigeon pea+anthelmintic, baruasa group, and anthelmintic group. One week before intervention, the first group was given pyrantel pamoate anthelmintic with a dose of 10 ml. Then it was given intervention of baruasa pigeon pea 60 g/hr. The second group was given baruasa pigeon pea 60 g/hr, and the third group was pyrantel pamoate anthelmintic with a dose of 10 ml. The first and the second groups were given baruasa for 60 days. The measurement of weight and height students was done one week before and one week after the implementation of intervension ends. Weight was measured using camry scale, while height was measured using microtoice. The result of the research indicate that the percentage of average change of students weight and height in baruasa + anthelmintic group is higher than the one in other treatment groups and they are different significantly.Keyword : baruasa pigeon pea, weight, height, elementary students