Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita 06-60 Bulan Di Kelurahan Kuto Batu Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang Tahun 2011 Terati Terati; Nurul Salasa Nilawati
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 11 (2012): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.947 KB)

Abstract

Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi adalah asupan zat gizi, tingkat pendidikan formal ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan, dan pendapatan keluarga. Secara tidak langsung asupan zat gizi dipengaruhi oleh karakteristik ibu. Karakteristik ibu juga ikut dalam menentukan keadaan gizi anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita usia 6-60 bulan di Kelurahan Kuto Batu Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang tahun 2011. Jenis penelitian ini bersifat survey analitik dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional study yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen) diukur dan diamati pada waktu yang bersamaan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 838 balita. Sampel berjumlah 86 balita, di wilayah Kuto Batu Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang yang dilakukan selama 2 minggu (07 Maret 2011- 18 Maret 2011). Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square untuk membuktikan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita pada α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan ibu yang berpendidikan dasar (61,6%), sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan balita masih kurang (64,0%), sebagian besar tingkat pendapatan keluarga masih rendah (68,6%), sebagian besar asupan energi balita sudah baik (73,3%), dan sebagian besar asupan protein balita sudah baik (74,4%). Setelah dilakukan uji Chi-square, maka didapat bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan, tingkat pendapatan keluarga, serta asupan zat gizi energi dan protein dengan status gizi balita, di mana p_value < 0,05. Untuk meningkatkan status gizi balita usia 06-60 bulan di Kelurahan Kuto Batu Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang diperlukan perhatian khusus dari petugas gizi puskesmas kenten untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya gizi dan bagaimana cara pemenuhan gizi tersebut tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang lebih bervariasi dan mencakup penelitian yang lebih luas terutama yang berhubungan dengan status gizi.
Pengaruh Konseling Menyusui Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas 4 ULU Kecamatan Seberang Ulu 1 dan Puskesmas Taman Bacaan Kecamatan Seberang Ulu 2 Kota Palembang Hana Yuniarti; Eddy SUsanto; terati terati
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 11 (2012): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.754 KB)

Abstract

Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif karena rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI sehingga menyebabkan meningkatnya pemberian makanan pralakteal yang di berikan pada bayi. Pemberian konseling menyusui diharapkan dapat meningkatkan pengetahun, sikap serta tindakan ibu untuk melaksanakan menyusui secara Eksklusif, sehingga dapat berperan dalam menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap dan tindakan ibu setelah diberi konseling menyusui. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimental design dengan bentuk non equivalent control group design. Populasi dan sampel dilakukan secara non probability sampling dengan teknik kuota sebanyak 32 orang kelompok eksperimen dan 32 orang kelompok kontrol. Analisis penelitian menggunakan uji T-test untuk mengetahui perubahan KEP pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol melalui pretest dan post test. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas 4 Ulu dan Puskesmas Taman Bacaan. Puskesmas 4 Ulu dipilih untuk mendapatkan intervensi berupa konseling menyusui sebanyak 4 kali selama 2 bulan. Hasil penelitian menggunakan uji T-test menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0.05) nilai rata-rata pengetahuan, sikap dan praktek pada ibu setelah diberi konseling menyusui baik pada kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konseling menyusui mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan praktek ibu menyusui.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Usia 06-60 Bulan Di Kelurahan Kuto Batu Kecamatan Ilir Timur Ii Kota Palembang Th 2011 Terati Terati; Nurul Salasa Nilawati; Riskikah Dwi Fatonah
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 12 (2013): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.483 KB)

Abstract

Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi adalah asupan zat gizi, tingkat pendidikan formal ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan, dan pendapatan keluarga. Secara tidak langsung asupan zat gizi dipengaruhi oleh karakteristik ibu. Karakteristik ibu juga ikut dalam menentukan keadaan gizi anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita usia 6-60 bulan di Kelurahan Kuto Batu Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang tahun 2011. Jenis penelitian ini bersifat survey analitik dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional study yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen) diukur dan diamati pada waktu yang bersamaan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 838 balita. Sampel berjumlah 86 balita, di wilayah Kuto Batu Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang yang dilakukan selama 2 minggu (07 Maret 2011- 18 Maret 2011). Analisis data menggunakan ujistatistik Chi-Square untuk membuktikan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita pada Į = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan ibu yang berpendidikan dasar (61,6%), sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan balita masih kurang (64,0%), sebagian besar tingkat pendapatan keluarga masih rendah (68,6%), sebagian besar asupan energi balita sudah baik (73,3%), dan sebagian besar asupan protein balita sudah baik (74,4%). Setelah dilakukan uji Chisquare, maka didapat bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan, tingkat pendapatan keluarga, serta asupan zat gizi energi dan protein dengan status gizi balita, di mana p_value < 0,05. Untuk meningkatkan status gizi balita usia 06-60 bulan di Kelurahan Kuto Batu Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang diperlukan perhatian khusus dari petugas gizi puskesmas kenten untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya gizi dan bagaimana cara pemenuhan gizi tersebut tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang lebih bervariasi dan mencakup penelitian yang lebih luas terutama yang berhubungan dengan status gizi.
Analisis Asupan Zat Gizi (Energi, Protein), Asupan Antioksidan (Vitamin A Dan C) Dengan Status Gizi Pasien Kanker Leher Rahim Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsup Dr.Mohammad Hoesin Palembang Sartono Sartono; Terati Terati; Yunita Nazarena
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 13 (2014): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.626 KB)

Abstract

Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Berdasarkan data Riskesdas, 2007, di Indonesia rasio tumor atau kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk. Artinya dari setiap 1000 orang Indonesia sekitar 4 orang di antaranya menderita kanker. Kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, perinatal dan Diabetes Melitus. Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Efek samping yang sering timbul secara langsung adalah mual, muntah, sariawan, radang tenggorokan, dan gangguan pencernaan. Status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi dari pengobatan kanker dan membuat penderita merasa lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan zat gizi (energi, protein), asupan antioksidan (vitamin A dan C) dan pengetahuan gizi dengan status gizi pasien kanker yang menjalani kemoterapi.Penelitian ini bersifat Analitik dengan rancangan Cross Sectional. Metode pengambilan sampel secara Purposive Sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Uji statistik dalam analisis bivariat adalah uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi pasien yang menjalani kemoterapi, sedangkan asupan protein dengan status gizi menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna, di dapat nilai p ( energi 0,009 < 0,05, protein 0,249 > 0,05 ). Tidak ada hubungan antara asupan antioksidan vitamin A, vitamin C dengan status gizi pasien yang menjalani kemoterapi. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi pasien dengan p ( pengetahuan gizi 0,035 <0,05 ). Sebaiknya pasien kanker yang menjalani kemoterapi diberikan makanan enteral suportif terutama protein (albumin atau aminofusin), selain asupan glukosa sebagai sumber energi selain itu dapat diberikan minuman juice buah sumber antioksidan vitamin A dan C atau dalam bentuk suplemen serta penyuluhan tentang kanker dan diet serta pengobatannya kepada pasien yang menjalani kemoterapi.
Studi Determinan Kejadian Stunted Pada Anak Balita Pengunjung Posyandu Wilayah Kerja Dinkes Kotapalembang Tahun 2013 Terati Terati; Sartono Sartono; Yunita Nazarena
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 13 (2014): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (45.599 KB)

Abstract

Masalah anak balita pendek merupakan cerminan dari keadaan social ekonomi masyarakat, karena diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, dan masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita pendek adalah masalah gizi yang sifatnya kronik. Stunted adalah keadaan tinggi badan tidak sesuai menurut umur anak (TB/U atau PB/U). Stunted adalah keadaan tinggi badan yang di bawah standar pada umur tertentu. Anak yang pendek diakibatkan oleh kekurangan makan atau sakit yang terjadi dalam waktu lama. Keadaan tersebut berkaitan erat dengan kondisi yang tidak menguntungkan yang terjadi dalam waktu yang lama, seperti kemiskinan, perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang, kesehatan lingkungan dan pola asuh yang kurang baik, rendahnya tingkat pendidikan atau terkait dengan budaya (Atmarita & Fallah, 2004). Hasil Riskesdas 2010, masih terdapat banyak anak balita yang menderita masalah gizi dan masih merupakan masalah gizi masyarakat. Keadaan kurang gizi yang banyak diderita balita adalah masalah pendek dimana tinggi badan anak tidak memenuhi tinggi badan normalmenurut umurnya, prevalensi balita pendek (stunted) secara nasional adalah sebesar 35.6%, provinsi Sumsel sebesar 17.3%, dan kota Palembang sebesar 22.16%. Menurut Anugraheni (2008), Stunted dapat berakibat pada penurunan produktivitas, peningkatan resiko penyakit degeneratif dan peningkatan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah di masa mendatang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tk.pendidikan ibu, tk. pengetahuan gizi dan kesehatan, status sosek keluarga, riwayat usia kehamilan, panjang badan lahir anak balita dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunted pada anak balita. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan case control. Metode pengambilan sampel secara proportional stratified random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 246 sampel.Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat, menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian diperoleh prevalensi anak balita yang stunted sebesar 8.58%, karakteristik responden : sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan menengah sebesar 92.7%, sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang gizi dan kesehatan sebesar 79.7%, sebagian besar memiliki status sosek keluarga ” UMR sebesar 51.6 %, sebagian besar memiliki riwayat usia kehamilan cukup bulan sebesar 92.3%, sebagian besar memiliki riwayat panjang badan lahir tidak normal sebesar 72.7%, sebagian besar memiliki latar belakang pemberian ASI eksklusif sebesar 76.0%. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, status sosek keluarga dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunted ( p=0.039, p=0.041 dan p=0.000). Disarankan perlunya kegiatan revitalisasi posyandu, latihan penyegaran dan latihan kader posyandu, serta peningkatan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang bekerjasama dengan Puskesmas.
Analis Prilaku Anak Dalam Memilih Makanan Jajanan Di SD Kecamatan Sukarame Palembang Mardiana Mardiana; Jont Marson; Terati Terati
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 11 No 1 (2016): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.708 KB)

Abstract

Makanan Jajanan (FAO) didefenisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum yang langsung dapat dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Makanan jajanan sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Konsumsi akan makanan jajanan di masyarakat terus meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri (Winarno, 2002 dalam saputra, 2012). Berdasarkan survei awal, terlihat banyak siswa yang membeli makanan jajanan ketika jam istirahat maupun pulang sekolah baik di kantin maupun di luar pagar sekolah. Tujuan penelitian untuk mengetahui perilaku anak dalam memilih makanan jajanan di 3 SD Kec. Sukarame Palembang Tahun 2015, Jenis penelitian bersifat survey analitik dengan pendekatan crossectional, sampel adalah siswa dan siswi kelas V (lima) berjumlah 79 orang. Pengambilan sampel menggunakan tehnik Proportional Stratified Random Sampling dan Sistematik Random Sampling. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat menggunakan uji Chy Square. Hasil penelitian menujukkan pengetahuan anak tentang pemilihan makanan jajanan sebagian besar baik yaitu 75,95%, Sikap anak sebagian besar mendukung yaitu 64,56% dan Perilaku anak sebagian besar baik 69,62%. Hasil analisis bivariat ada hubungan Pengetahuan dan Sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan Perilaku anak memilih makanan (p value 0,001 dan 0,000). Disarankan agar pihak sekolah selalu memantau penjual makanan baik di dalam maupun di luar pagar sekolah untuk menyediakan makanan yang sehat dan bersih serta aman dikonsumsi anak sekolah.
Pemberian Lakuto terhadap Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Eliza Eliza; Darlita Aprilianti; Yunita Nazarena; Terati Terati; Sumarman Sumarman
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA) Vol. 4 No. 1 (2022): Volume 4 Nomor 1 April 2022
Publisher : Sarana Ilmu Indonesia (salnesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36590/jika.v4i1.232

Abstract

Diabetes Mellitus is a chronic disease characterized by hyperglycemia and glucose intolerance in the blood because the pancreas is unable to produce insulin. The risk factors that led to diabetes mellitus are reversible and irreversible. The study was aimed at recognizing the effect that pumpkin and tomato pudding (lakuto) have on decreasing blood glucose levels in type 2 diabetesmellitus in Puskesmas Padang Selasa Palembang. It is a quantitative research using quasi-experiment design with pretest and posttest with two groups design. The subjects were mostly 61-70 years old and female. Average levels of blood glucose before treatment are 329,33 mg/dl in the treatment group and 314,07 mg/dl in the control groups. Whereas the average blood glucose level after treatment was 301,43 mg/dl in the treatment group and 304,00 mg/dl in the control groups. The result showed the effects of pumpkin and tomato pudding (lakuto) on blood glucose levels in diabetes mellitus type 2 in Puskesmas Padang Selasa Palembang (p-value=0,000). This suggests that pumpkin and tomato pudding (lakuto) may lower blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus.
Edukasi Gizi dan Peningkatan Keterampilan dalam Mempersiapkan Makanan Bergizi Seimbang bagi Ibu Balita Wasting Manuntun Rotua; Terati Terati; Rosiana Rosiana
Jurnal Pustaka Mitra (Pusat Akses Kajian Mengabdi Terhadap Masyarakat) Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Pustaka Mitra (Pusat Akses Kajian Mengabdi Terhadap Masyarakat)
Publisher : Pustaka Galeri Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55382/jurnalpustakamitra.v2i2.187

Abstract

Edukasi gizi sangat penting bagi para ibu yang memiliki balita agar dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan memilih bahan makanan dan menyajikan menu sehat gizi seimbang. Pengetahuan kelompok peserta masih rendah. Hal ini sering sering diabaikan, sementara kasus wasting anak di Indonesia masih cukup tinggi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan terhadap ibu-ibu dari balita wasting khususnya dan kader di posyandu Citra dari wilayah kerja Puskesmas Sukarami kota Palembang. Evaluasi dilakukan dengan metode pre dan post-test, untuk kerja peserta dalam menyajikan menu sehat gizi seimbang serta memonitor penimbangan berat badan balita. Keberhasilan penyelenggaraan pengabdian masyarakat ini terlihat dari semangat kelompok peserta yang hadir. Hasil pre dan post test setelah diadakan edukasi gizi pengetahuan ibu-ibu memenuhi kriteria skor awal 38% menjadi 64%, keterampilan pada penyediaan menu sehat gizi seimbang. Ada 3 kelompok yang memenuhi kriteria secara keseluruhan. Beberapa kelompok peserta perlu diberikan edukasi dalam pengolahan dan penyajian. Dari hasil penimbangan diperoleh data bahwa ada 17 balita dengan berat badan bertambah yang bervariasi antara 100 gram - 200 gram. Para pelaksana pengabdian diharapkan dapat lebih kreatif dan berkesinambungan dalam memberikan informasi, ilmu dan materi terbaru (up to date) untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan sehingga berat badan balita dapat ditingkatkan. Kata kunci: edukasi, menu sehat gizi seimbang
Complimentary Feeding Substitutions of Pumpkin and Snakehead Fish Flour Imelda Telisa; Ajeng Santika Putri; Terati Terati; Yuli Hartati; Arif Dwisetyo Haripamilu
Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal) Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background. Malnutrition, notably underweight in infants, is a severe nutritional problem that must be addressed. To solve the problem of being skinny in toddlers by utilizing local food, complementary feeding with high protein and vitamin A levels must be offered. Pumpkin is abundant in beta-carotene, while snakehead fish is one of the animal protein sources with a high protein level. Baby porridge using snakehead fish meal and pumpkin flour as a substitute is predicted to be a complementary feeding that provides high protein and vitamin A. The goal of this study was to determine the acceptability of complementary feeding porridge and the effect of the substitution of pumpkin flour and snakehead fish on the level of nutrients and beta-carotene.Research Methods. This was a randomized controlled trial with two components and three degrees of substitution treatment of pumpkin flour and snakehead fish meal in the ratios of 100g:50g, 75g:75g, and 100g:50g. Proximate and beta-carotene analyses are used to determine nutritional level. The Friedman test was used to do a statistical analysis of the preference/hedonic test.Research Result. There are differences between complementary feeding made from pumpkin flour and snakehead fish and instant complementary feeding in terms of carbohydrate, protein, fat, energy, water level, ash level, and beta-carotene levels. The color and flavor of the complementary feeding are affected by the percentages of snakehead fish meal and pumpkin flour. Conclusion. Formula 1, with a ratio of 100g:50g, is the most popular formula for pumpkin flour and snakehead fish meal.
Description of Macro Nutrition Intake, Natrium, Fiber, Physical Activity, and Blood Pressure in Hypertension Patients Melly Juis Rapina Ayu; Afriyana Siregar; Terati Terati
Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal) Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Gizi Prima (Prime Nutrition Journal)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background. Hypertension is a disease in which blood pressure is ≥ 140 mmHg for systolic and ≥ 90 mmHg for diastolic. Hypertension is often called the silent killer because sufferers cannot feel the symptoms. Excess sodium intake, less fiber, and inadequate physical activity can all contribute to hypertension. This study aims to determine the picture of sodium intake, fiber, and physical activity on the blood pressure of hypertensive patients at Sukarami Health Center in Palembang.Research Methods. This kind of research uses an incidental sampling method and a cross-sectional research design and is descriptive. The sample in this study was 42 people, with a reserve of 10% to 46 people. Primary data was taken by measuring blood pressure, and interviews and secondary data were taken from the profile of the Sukarami Health Center in Palembang.Research Result. The results showed that most of the energy intake was good at 52.2%, protein intake was mainly good at 47.8%, fat intake was primarily good at 45.7%, carbohydrate intake mainly was good at 56.5%, sodium intake was mostly more 67.3%, fiber intake mainly was 78.4% less, physical activity was primarily light 56.5%, and the hypertension level was mostly mild 69.6%. Conclusion. Based on the condition of hypertensive patients, they still have more sodium intake, low fiber intake, and less physical activity. It is recommended that patients pay attention to sodium intake, fiber, and physical activity so that blood pressure becomes normal.