Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search
Journal : Media Teknologi Hasil Perikanan

ISOTERMI SORPSI AIR IKAN KAYU (Katsuo-Bushi) YANG DIBUAT DENGAN KONSENTRASI ASAP CAIR DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA Tinuwo, Greace; Berhimpon, Siegfried; Taher, Nurmeilita; Sanger, Grace; Mongi, Eunike Louisje; Mentang, Feny; Dotulong, Verly
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.2.2019.23614

Abstract

Dried smoked skipjack or better known as Katsuobushi, are included in smoking processed products, which are carried out in several stages. The weight of Katsuobushiis about 20% of the weight of the raw material, with a moisture content of 15-19%, because they have a long process of smoking and drying. According to Berhimpon et al. (2014), the weakness of katsuobushiin the world today is the high content of Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH), which it exceeds a maximum of 10 ppb, which it is the standard given by Korean as an importer country. Although, Japan as a bigger importer country did not gave a standard yet, but nowadays consumer have more concern to health. In their research Berhimpon et al. (2016) has examined katsuobushi processed using liquid smoke which it contains PAH <0.25 ppb. In this study katsuobushiwere smoked using liquid smoke, with concentration 2, 4, 6, 8% and soaking time 30, 60, 90, 120 minutes. The parameters tested were water content (AOAC, 2005), pH (AOAC, 2005),and moisture sorption isotherm (MSI) (Berhimpon, 1990). The results showed that soaking time had an effect on the value of water content and pH of liquid smoked katsuobushi, and MSI analysis showed a type 1 sorption isothermic curve and the best equation model fitted the MSI curves was Henderson equation with MRD value  of 4.9.Keyword: Isotherm sorpsi water (ISA) Katsuo-bushi, liquid smoke. Ikan kayu atau lebih dikenal dengan Katsuo-bushi termasuk dalam produk olahan pengasapan, yang dilakukan secara bertahap. Ikan kayu memiliki berat sekitar 20% dari berat bahan baku, dengan kadar air 15-17%, karena mengalami proses pengasapan/pengeringan yang lama. Berhimpon dkk.. (2014), mengatakan bahwa kelemahan ikan kayu yang ada di dunia dewasa ini adalah tingginya kandungan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon(PAH) yang melebihi 10 ppb, yaitu standar yang diberikan oleh Korea sebagai negara pengimpor. Walaupun Jepang sebagai negara pengimpor terbesar belum membatasi kandungan PAH, tetapi konsumen dewasa ini sudah mempertimbangkan kesehatan. Pada penelitian selanjutnya Berhimpon et al. (2016) telah meneliti pembuatan ikan kayu dengan menggunakan asap cair dan memperoleh ikan kayu yang kandungan PAH <0,25 ppb.Penelitian ini menggunakan metode pengasapan menggunakan asap cair dengan perlakuan yang digunakan ialah konsentrasi asap cair 2, 4, 6, 8% dan lama perendaman 30, 60, 90, 120 menit. Parameter yang di diuji adalah kadar air (AOAC, 2005), pH (AOAC, 2005), analisa isotermi sorpsi air (Berhimpon, 1990). Hasil yang didapatkan menunjukan bahwa, lama perendaman memberikan pengaruh terhadap nilai kadar air dan pH dari ikan kayu asap cair dan untuk analisa ISA menunjukkan kurva isotermi sorpsi air tipe 1 dan model persamaan yang paling baik adalah persamaan Henderson dengan nilai MRD 4,915. Kata kunci: isotermi sorpsi air (ISA), ikan kayu, asap cair. 
ANALISA KADAR AIR DAN UJI ORGANOLEPTIK PADA IKAN MUJAIR (Oreochcromis mossambicus) DI PASAR BRESEHATI Yapen, Musa; Kaseger, Bertie Elias; Taher, Nurmeilita
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.4.1.2016.6859

Abstract

Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) termasuk jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi dan biasanya dipasarkan dalam bentuk segar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kadar air dan uji organoleptik ikan Mujair segar yang dipasarkan di pasar Bersehati Kota Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yang dilakukan di Laboratorium Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai Rata-rata kadar air ikan Mujair pada jam 09:00 76,45% dan pada jam 15:00 beratnya konstan menjadi 76,86% sehingga pada jam 21:00 WITA terjadi peningkatan kadar air ikan Mujair 77,88%. Dan nilai Rata-rata kadar air pada jam 09:00, 0,29 % dan pada jam 15:00 WITA terjadi peningkatan 1,02% sedangkan pada jam 21:00 terjadi peningkatan kadar air ikan Mujair 1,31 %. Hasil uji organoleptik Ikan Mujair pada kriteria Mata, Insang, Daging dan perut, Bau, Tekstur. Menunjukkan bahwa pada jam 09:00 WITA kedua jenis ikan Mujair masih dalam keadaan segar, dan pada jam 15:00 WITA terjadinya perubahan suhu yang kurang baik. Sehingga pada jam 21:00 WITA terjadinya penurunan tingkat kesegaran ikan yang sangat signifikan. Berdasarkan hasil analisa kadar air dan uji organoleptik ikan Mujair yang dipasarkan di Pasar Bersehati Kota Manado menunjukkan jenis ikan ini dalam keadaan yang masih baik (segar).Kata kunci: Ikan Mujair, Oreochcromis mossambicus, kadar air, uji organoleptik, pasar tradisional.
PENGGUNAAN ASAP CAIR CANGKANG PALA (Myristica fragrans) SEBAGAI BAHAN PENGAWET PADA PENGOLAHAN IKAN TONGKOL (Euthinnus affinis) ASAP Lala, Neil Steward; Pongoh, Jenki; Taher, Nurmeilita
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.5.1.2017.14905

Abstract

The purpose of this research is to determine the quality of the smoked mackerel tuna (Euthynnus affinis) processed with liquid smoke from nutmeg shell at various concentration (6, 8 or 10%) by drying for 6 hours or 8 hours. The tested parameters tested were moisture content, pH, organoleptic and texture. The lowest water content (36.25) and pH value (5.5) was obtained from a smoked fish that was dried for 8 hours using 10% liquid smoke. The organoleptic results of taste and smell indicated that the panelists preferred smoked fish which was made with 6% concentration of liquid smoke and dried for 6 hours. Keyword: Mackerel tuna, liquid smoke, nutmeg shell.   Ikan tonggkol (Euthynnus affinis) adalah salah satu jenis ikan yang banyak terdapat di perairan Indonesia terlebih khusus di daerah Sulawesi Utara. Pengolahan ikan menggunakan asap cair memiliki beberapa kelebihan antara lain, mudah diterapkan dan praktis penggunaannya polusi ke lingkungan dapat diperkecil dan yang paling penting senyawa karsinogen yang terbentuk dapat dieliminasi. Asap cair cangkang Pala dapat dijadikan solusi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui penggunaan asap cair cangkang Pala dengan konsentrasi 6, 8, 10% terhadap mutu ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap. Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini ialah mengetahui penggunaan asap cair dari cangkang pala yang direndam pada ikan tongkol dengan konsentrasi berbeda-beda, dengan perlakuan perendaman pada konsentrasi 6, 8, 10% dengan pengeringan selama 6 jam dan pengeringan selama 8 jam. Dengan parameter uji Kadar air, pH, Organoleptik dan Tekstur. Hasil yang diperoleh dari ikan tongkol asap cair cangkang pala konsentrasi 6, 8, 10%. Kadar air dengan pengeringan selama 6 jam memiliki kadar air tertinggi kosentrasi 6%, 44,75%. 8%, 38,75%. 10%, 36,25%. Dan pengeringan selama 8 jam memiliki kadar air terendah. Hasil pH dari ikan tongkol asap cair cangkang Pala dengan konsentrasi 6%, 8%, 10%. Dengan pengeringan selama 6 jam memiliki nilai tertinggi yaitu konsentrasi 6%, 5,76. 8%, 5,65. 10%, 5,61. dan pengeringan selama 8 jam memiliki nilai terendah. Organoleptik kenampakan setelah dari uji direngking diperoleh konsentrasi 10% yang dikeringkan 6 jam memiliki nilai tertinggi yaitu 66,5 Untuk organoleptik bau setelah di uji rengking konsentrasi 6% dikeringkan selama 6 jam memiliki nilai tertinggi yaitu 59,5. Organoleptik rasa setelah dari uji rengking dengan konsentrasi 6% dengan lama pengeringan 6 jam memiliki nilai tertinggi 75,5. Dan untuk tekstur dimana konsentrasi 10 % dengan pengeringan 8 jam memiliki nilai terendah 0,28 dari konsentrasi lainnya. Kata Kunci: Ikan tongkol, asap cair, cangkang pala.
KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA KIMIA KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii PADA BERBAGAI UMUR PANEN YANG DIAMBIL DARI DAERAH PERAIRAN DESA ARAKAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN Bunga, Selvanda M; Montolalu, Roike Iwan; Harikedua, Johanna; Montolalu, Lita ADY; Watung, Alexander H; Taher, Nurmeilita
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.1.2.2013.767

Abstract

Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu komoditas unggulan penghasil karaginan yang banyak dimanfaatkan dalam industri kertas, tekstil, fotografi, pasta dan pengalengan ikan. Karaginan dipakai dalam bebaragi industri karena berfungsi sebagai pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan membandingkan sifat fisika kimia karaginan rumput laut dari berbagai umur panen, serta menentukan umur panen yang tepat. Penelitian dilakukan 2 tahap, tahap pertama penanaman rumput laut di daerah perairan desa Arakan  dan diambil dalam waktu 0 (bibit), 10, 20, 30, 40 dan 50 hari. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rendemen karaginan tertinggi diperoleh dari perlakuan 20 hari (28,402%), kadar air terendah diperoleh pada hari ke 30 (13,76%), kadar abu terendah diperoleh pada hari ke 30 (16,19%), nilai viskositas terendah diperoleh pada hari ke 20 dan 50 (60 cps) dan kekuatan gel tertinggi diperoleh pada hari ke 50 (78,505 g/cm2). Karakteristik kimia untuk parameter kadar air, tidak memenuhi standard yang ditetapkan (12%) dan karakteristik fisika untuk parameter kekuatan gel juga belum memenuhi standard yang ditetapkan (900–1200 g/cm2). Hasil Penelitian ini, diharapkan bisa memberi informasi tentang kandungan fisika kimia karaginan yang terkandung dalam rumput laut dalam perannya di bidang industri perikanan dan kelautan.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR REBUSAN DAUN MANGROVE SEGAR Sonneratia alba DI DESA WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Linggama, Gisella Aisyah; Montolalu, Lita ADY; Salindeho, Netty; Taher, Nurmeilita; Harikedua, Silvana Dinaintang; Makapedua, Daisy Monica; Damongilala, Lena Jeane
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.2.2019.23612

Abstract

The purpose of this study was to determine the antibacterial activity in the extracts of Sonneratia alba mangrove leaf inhibiting Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. The infusion extraction method was used to extract fresh leaves. Fresh leaves was boiled for 40 and 50 minutes then was boiled again with small fire continued with dried in an oven with a temperature of 75–80°C. The ananlysis was conducted to  an extract  of 5% and 10%, positive control (chloramphenicol), and negative control (aquades). The disc diffusion Kirby and Bauer method which has been modified was performed in these samples. The results showed that antibacterial activity from extracts of fresh mangrove leaf  was shown against both tested bacteria and explained the broad spectrum antibacterial compounds.Keyword: Sonneratia alba, antibacterial, infusion.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri yang terdapat pada ekstrak air rebusan daun mangrove Sonneratia alba dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Metode ekstraksi infusa digunakan untuk mengekstrak daun mangrove segar. Caranya yaitu daun direbus selama 40 dan 50 menit setelah itu direbus kembali dengan air api kecil kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 75–80°C. Pengujian dilakukan pada konsentrasi ekstrak 5% dan 10%, kontrol positif (kloramfenikol), dan kontrol negatif (akuades). Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar (disc diffusion Kirby and Bauer) yang telah dimodifikasi. Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak air rebusan daun mangrove segar memiliki sifat antibakteri terhadap kedua bakteri uji sehingga senyawa antibakteri dari ekstrak air rebusan daun mangrove dikategorikan berspektrum luas.Kata kunci: Sonneratia alba, antibakteri, infusa.
KARAKTERISTIK SURIMI YANG DIBUAT DARI HASIL PENCUCIAN DAGING IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L) DENGAN AIR DINGIN (± 4ºC) Saliada, Farnis; Onibala, Hens; Taher, Nurmeilita; Harikedua, Silvana Dinaintang; Pandey, Engel Victor
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.5.2.2017.14913

Abstract

This research intended to study the effect of washing period of skipjack (Katsuwonus pelamis L) meat with cold water to the chemical and physical properties of surimi. The functional properties of surimi was tested either by  physical or chemical analysis. In this study we measured folding test, texture and fat content. A complete randomized design were designated for this study with washing period as a treatment ( 0, 1, 2, 3, or 4 min). The average value of folding test were 2.2, 2.6, 3.0, 3.8 and 4.6, respectively. There is an increment of folding test value as the washing period increased. The average value of the texture analysis were 3.0, 3.8, 4.4, 5.1 and 5.9. Likewise, the longer the washing time, the firmer the texture. However, as the washing period increased, the fat content of surimi tend to decrease.
PENGARUH KONSENTRASI PELARUT DAN LAMA EKSTRAKSI PADA PRODUKSI KARAGENAN Gerung, Marselino S; Montolalu, Roike Iwan; Lohoo, Helen Jenny; Dotulong, Verly; Taher, Nurmeilita; Mentang, Feny; Sanger, Grace
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.1.2019.23908

Abstract

The purpose of this study is to obtain carrageenan from red seaweed Kappaphycus alvarezii using the steam method. In this study the treatment of 4% NaOH and 5% KOH was used and the extraction time was 7 hours and 10 hours. The stages of making carrageenan are; drying, soaking, washing, extraction, settling, filtering, drying and grinding. The results of this study showed that the highest yield was in 4% NaOH treatment, 10-hour extraction time was equal to 18.15%. The lowest water content was obtained from 5% KOH treatment, 10 extraction time which was 1.9%. The best pH value is in 4% NaOH treatment, 10 hours extraction time is 7.58. The best results of gel strength were obtained from 5% KOH treatment, 7 hours extraction time which was 78.3 mm/g/sec.Keyword: Carrageenan, Kappaphycus alvarezii, Steam Method, NaOH, KOH.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karaginan dari rumput laut merah Kappaphycus alvarezii dengan menggunakan metode uap. Pada penelitian ini digunakan perlakuan konsentrasi NaOH 4% dan KOH 5% dan waktu ekstraksi 7 jam dan 10 jam. Tahapan pembuatan karaginan ini adalah pengeringan, perendaman, pencucian, ekstraksi, pengendapan, penyaringan, pengeringan dan penggilingan. Hasil penelitian ini diperoleh rendemen terbanyak ada pada perlakuan NaOH 4%, waktu ekstraksi 10 jam yaitu sebesar 18,15%. Kadar air yang paling rendah diperoleh dari perlakuan KOH 5%, waktu ekstraksi 10 yaitu sebesar 1,9%. Nilai pH terbaik ada pada perlakuan NaOH 4%, waktu ekstraksi 10 jam yaitu sebesar 7,58. Hasil penelitian kekuatan gel paling terbaik diperoleh dari perlakuan KOH 5%, waktu ekstraksi 7 jam yaitu sebesar 78,3 mm/g/det.Kata kunci: Karaginan, Kappaphycus alvarezii, Metode Uap, NaOH, KOH.
KUALITAS SEMI-REFINED CARRAGEENAN CHIPS PADA RUMPUT LAUT MERAH Kappaphycus alvarezii YANG DIKERINGKAN DENGAN MENGGUNAKAN CABINET DRYER Dumondor, Brian; Makapedua, Daisy Monica; Taher, Nurmeilita; Dotulong, Verly; Mongi, Eunike Louisje; Montolalu, Roike Iwan
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.1.2019.21306

Abstract

Rumput laut merah Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu komoditas ekspor dan program utama revitalisasi perikanan yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat karena mengandung zat karaginan yang merupakan bahan campuran dalam industri pangan dan non pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas semi-refined carrageenan rumput laut merah Kappaphycus alvarezii yang dikeringkan dengan menggunakan cabinet dryer. Penelitian ini menggunakan konsentrasi larutan KOH 8% serta menggunakan metode pengeringan cabinet dryer dengan suhu 50–60°C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua perlakuan pengeringan A1 (12 Jam) dan A2 (24 Jam) memenuhi syarat yang ditentukan oleh FAO. Tetapi perlakuan terbaik adalah perlakuan A2 (24 Jam) dimana kadar air yang didapat adalah 6,75%, kadar abu 25,04%, kadar abu tidak larut asam 0,04%, viskositas 14,52 cP, rendemen 26% dan memiliki nilai pH 9,85.
Kualitas Sensori dan Mikrobiologi Surimi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L) yang Dipengaruhi oleh Waktu Pencucian dengan Air Dingin 4°C Simbolon, Sonia Epriana; Onibala, Hens; Pandey, Engel Victor; Taher, Nurmeilita; Mentang, Feny; Dotulong, Verly; Harikedua, Silvana Dinaintang
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.9.1.2021.29560

Abstract

This study aims to obtain the best surimi quality of skipjack that was washed with cold water of 4 ° C with different washing times (5 and 10 minutes). The parameters measured were yield, moisture content and pH (AOAC, 2005), total plate count (TPC) using the modified SNI 2332.3-2015 method, Salmonella detection with SSA Agar, and organoleptic tests according to SNI 2694: 2013. The results showed that the treatment of washing time 5 minutes is the best time in making fish paste and boiling temperature 90 ° C - 20 min is the best time in the formation of fish gel, because it has the highest folding test and bite test values of 6.6 and 8.2. Fish paste has a moisture content of 72.25 and a pH of 5.84. Microbiological test results showed that the TPC in the washing treatment of 5 min and 10 min were still in accordance with Indonesia National Standards for surimi and there was no presence of Salmonella sp. in both treatmentsTujuan penelitian ini untuk mendapatkan mutu surimi ikan cakalang terbaik yang dicuci dengan air dingin 4°C dengan waktu pencucian berbeda (5 dan 10 menit). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti dan pengolah ikan tentang waktu pencucian terbaik untuk mendapatkan mutu sensori dan mikrobiologi surimi ikan cakalang sesuai SNI 2694:2013 tentang Surimi. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah rendemen, kadar air dan pH (AOAC, 2005), angka lempeng total (ALT) menggunakan metode SNI 2332.3-2015 yang dimodifikasi, deteksi Salmonella dengan SSA Agar, dan uji organoleptik sesuai SNI 2694:2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan lama pencucian 5 menit merupakan waktu terbaik dalam pembuatan pasta ikan dan suhu perebusan 90°C - 20 min adalah waktu terbaik dalam pembentukan gel ikan, karena memiliki nilai uji lipat dan uji gigit tertinggi yaitu 6.6 dan 8.2. Pasta ikan memiliki nilai kadar air 72.25 dan pH 5.84. Hasil uji mikrobiologi memperlihatkan bahwa total mikroorganisme pada perlakuan pencucian 5 min dan 10 min masih sesuai standar SNI untuk produk surimi dan tidak terdapat keberadaan Salmonella sp. pada kedua perlakuan. 
Ekstraksi Kolagen Tulang Ikan Tuna (Thunnus sp) DENGAN ASAM KLORIDA Sembiring, Tuhu Edi Suranta; Reo, Albert Royke; Onibala, Hens; Montolalu, Roike Iwan; Taher, Nurmeilita; Mentang, Feny; Damongilala, Lena Jeane
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.8.3.2020.29573

Abstract

Previously, commercial collagen are obtained from mammals and poultry. However, there is a huge concern about Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE, “mad cow disease”) and avian influenza from the consumers, that is why many researcher are trying to explore the utilization of marine animals as source of collagen. The aim of this study is to gathering information about extraction collagen from Tuna (Thunnus sp.) using 1% and 3% Chloride Acid. The result indicated that the rendement was 1,42 % and 5,65 %, moisture contents 7 % and 12 %, and acidity (pH) 4,30 % and 5,19 %. These results suggested that the using 3% chloride acid in the extraction process produced higher collagen. Sebelumnya, kolagen komersial diperoleh dari mamalia dan unggas. Namun demikian, terdapat kekhawatiran yang sangat besar terhadap Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE, “penyakit sapi gila”) dan flu burung dari konsumen, oleh karena itu banyak peneliti yang mencoba untuk mengeksplorasi pemanfaatan hewan laut sebagai sumber kolagen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang ekstraksi kolagen dari ikan tuna (Thunnus sp.) Menggunakan Asam Klorida 1% dan 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen 1,42% dan 5,65%, kadar air 7% dan 12%, serta keasaman (pH) 4,30% dan 5,19%. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan asam klorida 3% dalam proses ekstraksi menghasilkan kolagen yang lebih tinggi. Â