Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ANALISIS FITOKIMIA DAN UJI TOTAL KAPANG PADA RUMPUT LAUT KERING Eucheuma denticulatum DAN Kappaphycus alvarezii Mayore, Sutardy; Damongilala, Lena Jeane; Mewengkang, Hanny Welly; Salindeho, Netty; Sanger, Grace; Makapedua, Daisy Monica
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.6.3.2018.21256

Abstract

The purpose of this study was to determine the phytochemistry content of dried seaweed Eucheuma denticulatum and Kappaphycus alvarezii using methanol and ethanol as solvents and to measure the total plate count (TPC) in the simplicia of dried seaweed Eucheuma denticulatum and Kappaphycus alvarezii. The results showed that dried seaweed Eucheuma denticulatum and Kappahycus alvarezii extract with ethanol and methanol contained bioactive compounds such as Flavonoids, Saponins, Tannins, Terpenoids, Phenols and Alkaloid in Dragendorf reagents and Wagner reagents. However, alkaloid was not found in Mayer reagents in both seaweed. Moreover, steroid was only identified in both seaweed extracts with ethanol. While total plate count (TPC) in incubation for two days at 25–30˚C was 3.1x102 CFU/g for dried seaweed Eucheuma denticulatum and Kappaphycus alvarezii had total plate count (TPC) of 3.4x102 CFU/g.Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kandungan fitokimia dari rumput laut kering Eucheuma denticulatum dan Kappaphycus alvarezii menggunakan pelarut methanol dan etanol, dan untuk mengukur total kapang dalam simplisia rumput laut kering Eucheuma denticulatum dan Kappaphycus alvarezii. Hasilnya menunjukkan bahwa rumput laut kering Eucheuma denticulatum dan Kappaphycus alvarezii yang di ekstrak dengan etanol dan methanol, mengandung senyawa Flavonoid, Saponin, Terpenoid, Tanin, Fenol dan Alkaloid pada pereaksi Dragendorf dan Wagner. Senyawa Alkaloid pada pereaksi Mayer tidak teridentifikasi pada kedua rumput laut. Senyawa Steroid yang teridentifikasi pada kedua rumput laut yang diekstrak dengan etanol. Sementara itu, total kapang yang di inkubasi selama dua hari pada suhu 25–30˚C ialah 3,1x102 CFU/g untuk rumput laut kering Eucheuma denticulatum, sedangkan rumput laut kering Kappaphycus alvarezii memiliki total kapang 3,4x102 CFU/g.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR REBUSAN DAUN MANGROVE SEGAR Sonneratia alba DI DESA WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Linggama, Gisella Aisyah; Montolalu, Lita ADY; Salindeho, Netty; Taher, Nurmeilita; Harikedua, Silvana Dinaintang; Makapedua, Daisy Monica; Damongilala, Lena Jeane
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.2.2019.23612

Abstract

The purpose of this study was to determine the antibacterial activity in the extracts of Sonneratia alba mangrove leaf inhibiting Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. The infusion extraction method was used to extract fresh leaves. Fresh leaves was boiled for 40 and 50 minutes then was boiled again with small fire continued with dried in an oven with a temperature of 75–80°C. The ananlysis was conducted to  an extract  of 5% and 10%, positive control (chloramphenicol), and negative control (aquades). The disc diffusion Kirby and Bauer method which has been modified was performed in these samples. The results showed that antibacterial activity from extracts of fresh mangrove leaf  was shown against both tested bacteria and explained the broad spectrum antibacterial compounds.Keyword: Sonneratia alba, antibacterial, infusion.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri yang terdapat pada ekstrak air rebusan daun mangrove Sonneratia alba dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Metode ekstraksi infusa digunakan untuk mengekstrak daun mangrove segar. Caranya yaitu daun direbus selama 40 dan 50 menit setelah itu direbus kembali dengan air api kecil kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 75–80°C. Pengujian dilakukan pada konsentrasi ekstrak 5% dan 10%, kontrol positif (kloramfenikol), dan kontrol negatif (akuades). Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar (disc diffusion Kirby and Bauer) yang telah dimodifikasi. Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak air rebusan daun mangrove segar memiliki sifat antibakteri terhadap kedua bakteri uji sehingga senyawa antibakteri dari ekstrak air rebusan daun mangrove dikategorikan berspektrum luas.Kata kunci: Sonneratia alba, antibakteri, infusa.
PENANGANAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HIDUP DENGAN DENGAN MENGGUNAKAN ES SEBAGAI PENGAWET Maraja, Mafrian Kris; Salindeho, Netty; Pongoh, Jenki
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.5.3.2017.16849

Abstract

Imotilization of fish is one way of handling techniques by using low temperature (cooling). Cooling (cold chain) is applied to transport live fish so that the weight of the load during transportation could be reduced and fish do not experience stress during transportation. This technique is more advantageous when compared with the wet transportation system by using water. After the fish fainted, fish could be re-awakened by returning the fish to the pond with the aid of sufficient aeration to facilitate fish regain consciousness. This study aims to determine the rate of stunning, the speed of awareness, and mortality of nile tilapia fish which was treated and stored at different temperatures and times. This study used a factorial completely randomized design (RAL) with 2 treatments namely, storage method (A) treatment consisting of 2 storage levels (Temperature 10-12 ° C and 14-16 ° C); and storage time (B) consisting of 4 levels (2, 4, 6 and 8 hours). The optimum time of fainting fish is at a temperature of 14-16 ° C that is 8.19 min. For re-awakening, the optimum time is 48 seconds when fish was stored for 2 hours. The best mortality rate was achieved at storage temperature ± 14-16 ° C because after 6 hours storage the mortality rate was only 20.8%, but by the maximum storage (8 hours) the mortality has reached 87.5%, Meanwhile at a storage temperature of ± 10-12 ° C, the mortality has reached 50% after 6 hours and 100% at 8 hours.Pemingsanan ikan merupakan salah satu cara teknik penanganan dengan pengunaan suhu rendah (pendinginan). Pemingsanan dengan suhu rendah diaplikasikan untuk transportasi ikan hidup dengan tujuan mengurangi berat beban selama transportasi dan supaya ikan tidak mengalami stress selama transportasi. Teknik ini lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan transportasi sistem basah dengan menggunakan air. Setelah dipingsankan ikan kembali disadarkan dengan mengembalikan ikan ke kolam air habitatnya dengan dibantu aerasi yang cukup agar ikan kembali sadar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan pemingsanan, kecepatan penyadaran, dan mortalitas ikan nila yang dipingsankan dan disimpan pada suhu dan waktu berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 perlakuan yaitu, perlakuan metode penyimpanan (A) yang terdiri atas 2 taraf penyimpanan (Suhu 10–12°C dan 14–16°C); perlakuan lama penyimpanan (B) yang terdiri atas 4 taraf (2, 4, 6 dan 8 jam). Waktu optimum kecepatan pingsan adalah pada suhu 14–16°C yaitu 8,19. Untuk penyadaran kembali, waktu optimumnya adalah 48 detik, pada ikan nili yng disimpan 2 jam. Pada penyimpanan suhu ±14-16°C didapat tingkat mortalitas terbaik karena sampai penyimpanan 6 jam tingkat mortalitasnya hanya 20,8%, namun sampai penyimpanan maksimum ( 8 jam) sudah mencapai 87,5%, sedangkan pada suhu penyimpanan ±10-12°C , setelah 6 jam mortalitasnya sudah mencapai 50% dan saat 8 jam tingkat mortalitasnya sudah mencapai 100%.
MUTU IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L) ASAP YANG DIRENDAM DENGAN LARUTAN KULIT BUAH MANGGIS (Gracinia mangostana Linn). Bentalen, Septian Gedoan; Onibala, Hens; Salindeho, Netty
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.5.1.2017.14908

Abstract

The purpose of this study was to determine the quality of smoked skipjack (Katsuwonus pelamis L) smoke pre-treated in a solution of mangosteen peel with a concentration of 3, 4 and 5%, with various soaking time, then stored and observed at 0, 3, 6, and 9 days. The results showed that the highest value of total plate count (TPC) was found in the fish sample storage for 9 days, soaking with a concentration of 3% for 30 minutes. Meanwhile, the lowest TPC value was discovered for the fish samples that did not undergo storage, and immersed in a solution of 5% for 30 minutes. Furthermore, the highest TVB value (Total Volatile bases) was detected in fish samples soaked with 3% solution of the mangosteen for 15 minutes (59.22mg N/100g) while the lowest value obtained on the fish sample marinated with 5% concentration for 15 minutes and did not experience storage (5.04mg N/100g).
Penerapan Diversifikasi Produk Perikanan di Desa Darunu, Kabupaten Minahasa Utara Damongilala, Lena Jeane; Salindeho, Netty
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.8.1.2020.26055

Abstract

Community Partnership Program (PKM) is an activity to empower community members as a form of partnership among academia, the community and the government. The program aims to improve the skills, production and welfare of the community. The program's target partners are located in the village of Darunu, Wori District, North Minahasa Regency. Geographically located on the coast with potential for marine fisheries that have the potential to be developed. The village is categorized as a fishing community, where around 30% are classified as poor families and have a small business as fish sellers of fish processors. The specific target of activities is to produce superior diversified products in terms of taste, sanitation and hygiene, as well as to provide business continuity for diversification of fish meatball products, dragon legs, and fish nuggets. The issue that has to be solved is that how to utilize  fishery products  during abundant harvests. The methods applied in this program are 1) Training of how to produce fish products using good manufacturing practices;  2) Mentoring and evaluation on the way the partners handling fish product.
PKM PENGOLAH TERIPANG ASAP DI DESA MARIRI BARU KECAMATAN POIGAR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA Salindeho, Netty; Rumengan, Inneke F.M.
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mitra sasaran program ini berlokasi di Desa mariri Baru Kecamatan Poigar Kabupaten Bolaang Mongondow yang secara geografis terletak di pesisir pantai dengan potensi perikanan laut yang potensial untuk dikembangkan. Desa ini dikategorikan sebagai desa dengan mayoritas masyarakat sebagai nelayan, yang sekitar 60% tergolong keluarga miskin. Nelayan-nelayan di desa ini terdiri dari nelayan penangkap dan pengolah hasil tangkapan. Dari kelompok pengolah hasil tangkapan, ada beberapa nelayan yang membentuk kelompok usaha kecil pengolah ikan asap dan juga teripang asap dengan jenis ikan dan teripang olahan tergantung hasil tangkapan yang berlebih salah satu di antaranya ikan jenis cakalang yang merupakan salah satu produk olahan yang digemari oleh masyarakat sekitar dan pemasaran sebagian tersebar pada pasaran lokal. Untuk teripang asap diasap dan dijual ke Manado sedangkan ikan asap di jual di pasar Poigar. Tujuan program ini yaitu meningkatkan produksi, pemasaran dan keuangan pada pengusaha kecil pengolah teripang asap di desa Mariri Baru, target agar trampil dan mandiri secara ekonomi. Target khusus kegiatan ini menghasilkan produk teripang asap yang unggul dari segi rasa, sanitasi dan higiene, daya awet dan penggunaan bahan baku kayu asap yang ramah lingkungan serta memberikan kelangsungan usaha dan manajemen yang tangguh. Adapun metode pelaksanaan yang akan diterapkan pada program ini yaitu 1) Permasalahan kelompok yang disepakati yaitu produksi, pemasaran dan keuangan; 2) Metode pendekatan yang akan ditawarkan untuk mengatasi persoalan kelompok yakni penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan evaluasi; 3) Prosedur kerja untuk mendukung ke-3 aspek permasalahan, berturut-turut yaitu survey, penyuluhan, pelatihan, evaluasi, luaran, pelaporan.______________________________________________________________________Kata kunci : Pengasapan, Mariri Baru, Teripang Asap, Bolaang Mongow.
Peningkatan Mutu Ikan Asap di Desa Poigar Dua Kecamatan Sinosayang, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara Salindeho, Netty; Rumengan, Inneke
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.8.2.2020.28443

Abstract

Ikan asap merupakan produk olahan yang melalui proses penetrasi senyawa volatil pada ikan yang dihasilkan dari pembakaran kayu atau bahan pengasap lainnya, yang dapat menghasilkan produk dengan rasa, warna dan aroma spesifik serta umur simpan yang lama karena adanya aktifitas antibakteri yang dihasilkan dari asap yang ditimbulkan oleh bahan pengasap, serta akibat dari proses pengasapan itu sendiri. Desa Poigar Dua, Kecamatan Sinosayang, Kabupaten Minahasa Selatan, yang secara geografis terletak di pesisir pantai dengan potensi perikanan laut yang potensial untuk dikembangkan. Desa ini dikategorikan sebagai desa dengan mayoritas masyarakat sebagai nelayan yang sekitar 70%. Nelayan di desa ini terdiri dari nelayan penangkap dan pengolah hasil tangkapan. Dari kelompok pengolah hasil tangkapan, ada beberapa nelayan yang membentuk kelompok usaha kecil pengolah ikan asap, dengan jenis ikan olahan tergantung hasil tangkapan yang berlebih, salah satu diantaranya ikan jenis cakalang yang merupakan salah satu produk olahan yang digemari oleh masyarakat sekitar dan pemasaran sebagian tersebar pada pasaran lokal. Tujuan program ini yaitu meningkatkan produksi, pemasaran dan keuangan pada pengusaha kecil pengolah ikan asap di desa target agar terampil dan mandiri secara ekonomi. Target khusus kegiatan ini menghasilkan produk ikan asap yang unggul dari segi rasa, sanitasi dan higiene, daya awet dan penggunaan bahan baku kayu asap yang ramah lingkungan serta memberikan kelangsungan usaha dan manajemen yang tangguh. Adapun metode pelaksanaan yang akan diterapkan pada program ini yaitu 1) Permasalahan kelompok yang disepakati yaitu produksi, pemasaran dan keuangan; 2) Metode pendekatan yang akan ditawarkan untuk mengatasi persoalan kelompok yakni penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan evaluasi; 3) Prosedur kerja untuk mendukung ke-3 aspek permasalahan, berturut-turut yaitu survey, penyuluhan, pelatihan, evaluasi, luaran, pelaporan.
Karakteristik Fisiko Kimia Dan Polisiklik Aromatik Hidrokarbon Ikan Julung (Hemirhampus marginatus) Asap Cair Cangkang Pala Salindeho, Netty; Pandey, Engel
Jurnal MIPA Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jmuo.8.3.2019.26194

Abstract

Tujuan penelitian yaitu: menentukan konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan asap cair yang optimum melalui percobaan untuk mengaplikasikan asap cair hasil pirolisis cangkang pala pada pengawetan ikan julung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Aw tertinggi pada  perendaman 90 menit dengan konsentrasi larutan asap cair 10 %. Kadar air tertinggi pada lama perendaman  90 menit dengan konsentrasi larutan asap cair  15 % yaitu 26,34 %. dan kadar protein tertinggi yaitu 54,23 % pada lama perendaman 30 menit pada konsentrasi larutan asap cair 10 % kadar lemak terendah 1,21 % pada lama perendaman 90 menit pada konsentrasi asap cair 5 % dan kadar abu terendah pada lama perendaman 60  menit dengan konsentrasi asap cair 10 % yaitu 1,12 %. Hasil penelitian julung asap cair pada lama perendaman 30 dengan konsentrasi 5 %, 10 % dan 15 % menunjukkan bahwa kandungan total PAH paling rendah dihasilkan pada konsentrasi larutan asap cair 5 % di ikuti oleh pengasapan cair dengan konsentrasi larutan asap cair 10 %, dan 15 %The purpose of this research is to determine the optimum concentration and soaking time in a liquid smoke solution through an experiment to apply liquid smoke from the pyrolysis of nutmeg shells to the preservation of julung fish. The results showed that the highest Aw value at 90 minutes immersion with a liquid smoke concentration of 10%. The highest water content in the 90 minute immersion with a liquid smoke concentration of 15% is 26.34%. and the highest protein content is 54.23% at 30 minutes soaking time at the concentration of liquid smoke solution 10% the lowest fat content is 1.21% at 90 minutes soaking time at 5% liquid smoke concentration and the lowest ash content at 60 minutes soaking time with concentration liquid smoke 10% which is 1.12%. The results of the liquid smoke rolls in the immersion period 30 with concentrations of 5%, 10% and 15% showed that the lowest total PAH content was produced at a concentration of 5% liquid smoke solution followed by liquid fuming with a concentration of liquid smoke solution of 10%, and 15%
Mutu Mikrobiologi Produk Surimi IkanTuna dan Produk Surimi di Pasar Swalayan Wior, Joshua Ferdinand Abednego; Lohoo, Helen Jenny; Pandey, Engel Victor; Salindeho, Netty; Kaparang, Josefa Tety; Makapedua, Daisy Monica; Dotulong, Verly
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.8.3.2020.29437

Abstract

Surimi is an export product and has a high economic value because it has high quality content, but surimi products can be contaminated. This study aims to determine the moisture content, pH, Total Plate Count, and Salmonella from self-made surimi of tuna fish and surimi from retailed store. The value of self-made surimi is 820 cfu/g as from supermarkets is 120 cfu/g but it meets the Indonesian National Standard, which is max. 50,000 cfu/g. The pH value for self-made surimi is 6.36, and for surimi from retailed store is 7.36. The moisture content of homemade surimi was 75.83% while surimi from retailed store was 70.33%. Furthermore, there is no Salmonella detected of surimi both sample. It can be concluded that both samples can be consumed after proper cooking. Surimi adalah produk ekspor dan memiliki nilai ekonomi tinggi karena memiliki konten berkualitas tinggi, tetapi produk surimi dapat terkontaminasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar air, pH, Angka Lempeng Total, dan Salmonella dari surimi buatan ikan tuna dan surimi yang diambil dari supermarket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ikan surimi Tuna adalah (63,50%). Nilai surimi buatan sendiri adalah 820 cfu/g karena dari supermarket adalah 120 cfu/g tetapi memenuhi Standar Nasional Indonesia, yaitu Max. 50.000 cfu/g. Nilai pH untuk surimi buatan sendiri adalah 6.36, dan untuk surimi yang diambil dari supermarket adalah 7.36. Juga, ini menunjukkan bahwa pH surimi buatan rumah bersifat asam sementara surimi dari supermarket basah. Nilai rata-rata untuk kadar air surimi buatan sendiri adalah 75,83% dengan surimi diambil dari supermarket yaitu 70,33% karena surimi diambil dari supermarket, memiliki kadar air lebih rendah dari surimi buatan sendiri. Produk dapat dikonsumsi dengan aman setelah proses pemasakan yang benar
PENERAPAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT (PKM) PENGOLAH TERIPANG ASAP DI KELURAHAN MANADO TUA SATU KECAMATAN BUNAKEN KEPULAUAN KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA Salindeho, Netty; Pandey, Engel Victor
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.9.2.2021.33958

Abstract

Pengolahan dan Pengasapan Teripang di Sulawesi Utara merupakan salah satu sumber penghasilan nelayan. Melihat potensi ketersediaan teripang yang melimpah di Sulawesi Utara perbaikan mutu yang menyangkut perbaikan pengolahan dan pemasaran teripang asap perlu di lakukan. Nelayan-nelayan di desa ini terdiri dari nelayan penangkap dan pengolah hasil tangkapan. Dari kelompok pengolah hasil tangkapan, ada beberapa  nelayan yang membentuk kelompok usaha kecil pengolah teripang asap. Untuk teripang asap diasap dan dijual ke Manado. Tujuan program ini yaitu meningkatkan produksi, pemasaran dan keuangan pada pengusaha kecil pengolah teripang asap di Kelurahan Manado Tua Satu,  target  agar trampil dan mandiri secara ekonomi.  Target khusus kegiatan ini menghasilkan produk teripang  asap yang unggul, sanitasi dan higiene, daya awet dan penggunaan bahan baku kayu asap yang ramah lingkungan serta memberikan kelangsungan usaha dan manajemen yang tangguh. Permasalahan yang di hadapi oleh pengolah teripang pada dasarnya adalah keterbatasan pengetahuan dan wawasan teknologi, menyebabkan produk teripang yang di produksi belum sesuai dengan standar mutu teripang asap (SNI). Pelaksanaan kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini ditujukan untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan yang melibatkan kelompok pengolah teripang (mitra) dengan melaksanakan kegiatan tersebut mitra mengikuti setiap metode pelaksanaan yang diterapkan pada program ini. Langkah-langkah yang ditetapkan bersama untuk mengatasi masalah yang dihadapi kelompok.