Daisy Monica Makapedua
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

ANALISIS FITOKIMIA DAN UJI TOTAL KAPANG PADA RUMPUT LAUT KERING Eucheuma denticulatum DAN Kappaphycus alvarezii Mayore, Sutardy; Damongilala, Lena Jeane; Mewengkang, Hanny Welly; Salindeho, Netty; Sanger, Grace; Makapedua, Daisy Monica
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.6.3.2018.21256

Abstract

The purpose of this study was to determine the phytochemistry content of dried seaweed Eucheuma denticulatum and Kappaphycus alvarezii using methanol and ethanol as solvents and to measure the total plate count (TPC) in the simplicia of dried seaweed Eucheuma denticulatum and Kappaphycus alvarezii. The results showed that dried seaweed Eucheuma denticulatum and Kappahycus alvarezii extract with ethanol and methanol contained bioactive compounds such as Flavonoids, Saponins, Tannins, Terpenoids, Phenols and Alkaloid in Dragendorf reagents and Wagner reagents. However, alkaloid was not found in Mayer reagents in both seaweed. Moreover, steroid was only identified in both seaweed extracts with ethanol. While total plate count (TPC) in incubation for two days at 25–30˚C was 3.1x102 CFU/g for dried seaweed Eucheuma denticulatum and Kappaphycus alvarezii had total plate count (TPC) of 3.4x102 CFU/g.Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kandungan fitokimia dari rumput laut kering Eucheuma denticulatum dan Kappaphycus alvarezii menggunakan pelarut methanol dan etanol, dan untuk mengukur total kapang dalam simplisia rumput laut kering Eucheuma denticulatum dan Kappaphycus alvarezii. Hasilnya menunjukkan bahwa rumput laut kering Eucheuma denticulatum dan Kappaphycus alvarezii yang di ekstrak dengan etanol dan methanol, mengandung senyawa Flavonoid, Saponin, Terpenoid, Tanin, Fenol dan Alkaloid pada pereaksi Dragendorf dan Wagner. Senyawa Alkaloid pada pereaksi Mayer tidak teridentifikasi pada kedua rumput laut. Senyawa Steroid yang teridentifikasi pada kedua rumput laut yang diekstrak dengan etanol. Sementara itu, total kapang yang di inkubasi selama dua hari pada suhu 25–30˚C ialah 3,1x102 CFU/g untuk rumput laut kering Eucheuma denticulatum, sedangkan rumput laut kering Kappaphycus alvarezii memiliki total kapang 3,4x102 CFU/g.
Studi Lama Pengeringan Ikan Selar (Selaroides sp) Asin Dihubungkan Dengan Kadar Air Dan Nilai Organoleptik Tuyu, Adel; Onibala, Hens; Makapedua, Daisy Monica
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.2.1.2014.7336

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama pengeringan ikan selar (Selaroides sp) asin dihubungkan dengan kadar air dan nilai organoleptiknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif yang dilaksanakan di laboratorium. Dari hasil penelitian uji kadar air dapat dilihat hubungan kadar air dengan lama pengeringan menunjukan semakin lama pengeringan yang diberikan maka semakin rendah nilai kadar air produk ikan selar asin, nilai rata-rata kadar air yang tertinggi adalah 50,30% yaitu pada perlakuan dengan lama pengeringan 4 jam, sedangkan kadar air terendah adalah 20,91% dengan perlakuan lama pengeringan 16 jam. Hal ini dapat dinyatakan bahwa lama pengeringan sangat mempengaruhi jumlah kadar air. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia untuk kadar air bahwa produk ikan selar asin yang dikeringkan dengan alat pengering buatan (cabinet dryer) di atas 8 jam memiliki mutu yang baik. Pada uji organoleptik yaitu uji kenampakan, bau, rasa dan konsistensi nilai rata-rata tertinggi berada pada pengeringan di atas 12 jam, sehingga dapat dinyatakan bahwa ikan selar asin yang dikeringkan dengan cabinet dryer di atas 12 jam menghasilkan produk yang dapat diterima konsumen, sedangkan pengeringan di bawah 8 jam menghasilkan produk yang kurang diterima konsumen.   Kata kunci: Selar, ikan asin, kadar air, nilai organoleptik.
PENGOLAHAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L) ASAP PRESTO Anti, Richard Suhartono; Onibala, Hens; Mongi, Eunike Louisje; Pongoh, Jenki; Palenewen, Joyce CV; Makapedua, Daisy Monica
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.1.2019.21364

Abstract

This research objective was to determine the sensory quality and microbial contamination (ALT) of skipjack fish products (Katsuwonus pelamis L) as soon as possible. The treatments tested were 30 and 60 minutes of smoking time, dipresto for 1 hour and then stored at 0, 5 and 10 days at room temperature. The results showed that the ALT value was very precise on the 10th day storage of 6.12 x 105 and the lowest value on day 0 was 4.84 x 102 while the 5th day of the highest highest 2.15 x 104 showed that the product was no longer a recommendation on day 10 because it has exceeded the limit of SNI microbial contamination which is 5.0 x 105. The results of sensory evaluation using hedonic scale 1- 9 indicated that the highest value of color 7.5, smell 7.4, taste 7.9, and texture texture 7.1. Penelitian ini bertujuan untuk melihat mutu organoleptik dan cemaran mikroba (ALT) pada produk ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap presto. Perlakuan yang diujikan adalah lama pengasapan 30 dan 60 menit, dipresto selama 1 jam kemudian disimpan pada 0, 5 dan 10 hari pada suhu ruang. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai ALT tertinggi ada pada penyimpanan hari ke 10 yaitu 6.12 x 105 dan nilai terendah pada hari ke 0 yaitu 4.84 x 102 sedangkan hari ke 5 mendapatkan nilai tertinggi 2.15 x 104 ini menunjukan produk tidak lagi direkomendasikan pada hari ke 10 karena telah melebihi batas cemaran mikroba SNI yaitu 5.0 x 105 . Hasil mutu organoleptik menunjukkan bahwa nilai tertinggi warna 7.5, bau 7.4, rasa 7.9, dan tekstur tekstur 7.1.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR REBUSAN DAUN MANGROVE SEGAR Sonneratia alba DI DESA WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Linggama, Gisella Aisyah; Montolalu, Lita ADY; Salindeho, Netty; Taher, Nurmeilita; Harikedua, Silvana Dinaintang; Makapedua, Daisy Monica; Damongilala, Lena Jeane
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.2.2019.23612

Abstract

The purpose of this study was to determine the antibacterial activity in the extracts of Sonneratia alba mangrove leaf inhibiting Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. The infusion extraction method was used to extract fresh leaves. Fresh leaves was boiled for 40 and 50 minutes then was boiled again with small fire continued with dried in an oven with a temperature of 75–80°C. The ananlysis was conducted to  an extract  of 5% and 10%, positive control (chloramphenicol), and negative control (aquades). The disc diffusion Kirby and Bauer method which has been modified was performed in these samples. The results showed that antibacterial activity from extracts of fresh mangrove leaf  was shown against both tested bacteria and explained the broad spectrum antibacterial compounds.Keyword: Sonneratia alba, antibacterial, infusion.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri yang terdapat pada ekstrak air rebusan daun mangrove Sonneratia alba dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Metode ekstraksi infusa digunakan untuk mengekstrak daun mangrove segar. Caranya yaitu daun direbus selama 40 dan 50 menit setelah itu direbus kembali dengan air api kecil kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 75–80°C. Pengujian dilakukan pada konsentrasi ekstrak 5% dan 10%, kontrol positif (kloramfenikol), dan kontrol negatif (akuades). Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar (disc diffusion Kirby and Bauer) yang telah dimodifikasi. Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak air rebusan daun mangrove segar memiliki sifat antibakteri terhadap kedua bakteri uji sehingga senyawa antibakteri dari ekstrak air rebusan daun mangrove dikategorikan berspektrum luas.Kata kunci: Sonneratia alba, antibakteri, infusa.
PENGUJIAN KAPANG DAN BAKTERI PATOGEN PADA IKAN KAYU (KATSUOBUSHI) ASAP CAIR SELAMA PENYIMPANAN Iqlima, Annisa; Dien, Henny Adeleida; Kaparang, Josefa Tety; Agustin, Agnes Triasih; Timbowo, Semuel Marthen; Makapedua, Daisy Monica; Sanger, Grace
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.2.2019.23618

Abstract

Wooden fish products that are usually processed traditionally have a weakness, namely deposit of tar in food ingredients which endangers health and air pollution that is not environmentally friendly. Today's wood processing is the high content of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), especially benzopirene which can cause cancer, as an alternative to wood fish processing conducted research using liquid smoke wood fogging technology. The purpose of this study is to calculate the presence of molds and pathogenic bacteria that can contaminate processed fishery products, namely wood fish. The microbial test results showed that the mold value in the lowest range was 2.0x102 on day 0 with a concentration of 4% soaking 30 minutes and the highest value was 1.4x103 on the 30th day with a concentration of 2% immersion 120 minutes. The total plate number of fresh skipjack with a value of 5.8x104 cfu/gram and after being processed into wood fish the lowest ALT value is 2.9x102 cfu/gram on day 0 with a concentration of 2% 120 minutes soaking and a high value of 9.9x102 cfu/gram on the 30th day with a concentration of 8% soaking 30 minutes, testing of pathogenic bacteria showed negative results (none). Chemical testing showed that the lowest water content value was 13% on day 0 with a concentration of 6% and the highest value was 17.25% on day 30 concentration of 2% soaking and 120 minutes. The lowest pH value is 5.38 on day 0 with a concentration of 2% 120 minutes soaking and the highest value is 5.96 on day 15 with a concentration of 2% soaking 30 minutes. The test results showed significant results in the ANOVA test.Keyword: Wood Fish, Liquid Smoke, Microbes. Produk ikan kayu yang biasa diolah secara tradisional memiliki kelemahan yaitu terdepositnya tar pada bahan makanan sehingga membahayakan kesehatan serta adanya polusi udara yang tidak ramah lingkungan. Pengolahan ikan kayu dewasa ini adalah tingginya kandungan senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) terutama benzopiren yang dapat menyebabkan kanker, sebagai alternatif dalam pengolahan ikan kayu dilakukan penelitian menggunakan teknologi pengasapan ikan kayu asap cair. Tujuan penelitian ini untuk menghitung keberadaan kapang dan bakteri patogen yang dapat mengkontaminasi produk olahan hasil perikanan yaitu ikan kayu. Hasil pengujian mikroba menunjukkan bahwa nilai kapang pada range paling terendah yaitu 2,0x102 pada hari ke 0 dengan konsentrasi 4% perendaman 30 menit dan nilai tertinggi yaitu 1,4x103 pada hari ke 30 dengan konsentrasi 2% perendaman 120 menit. Angka Lempeng total ikan cakalang segar dengan nilai 5,8x104 cfu/gram dan setelah diolah menjadi ikan kayu nilai ALT terendah yaitu 2,9x102 cfu/gram pada hari ke 0 dengan konsentrasi 2% perendaman 120 menit dan nilai tertinggi yaitu 9,9x102 cfu/gram pada hari ke 30 dengan konsentrasi 8% perendaman 30 menit, pengujian bakteri patogen menunjukkan hasil negatif (tidak ada). Pengujian kimia, menunjukkan bahwa nilai kadar air yang terendah yaitu 13% pada hari ke 0 dengan konsentrasi 6% dan nilai tertinggi yaitu 17,25% pada hari ke 30 konsentrasi 2% perendaman dan 120 menit. Nilai pH yang terendah yaitu 5,38 pada hari ke 0 dengan konsentrasi 2% perendaman 120 menit dan nilai tertinggi yaitu 5,96 pada hari ke 15 dengan konsentrasi 2% perendaman 30 menit. Hasil uji menunjukkan signifikan pada uji anova.Kata kunci: Ikan Kayu, Asap Cair, Mikroba.
Analisa Kadar Air dan Uji Organoleptik Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) dan Ikan Layang (Decapterus sp.) segar yang Dijual di Pasar Pinasungkulan Manado Reba, Manuela Mathelda; Makapedua, Daisy Monica; Paparang, Rastuti W
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.4.1.2016.6856

Abstract

Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp) dikenal dengan nama Ikan Merah dan ikan Layang (Decapterus sp) yang dikenal dengan nama Malalugis di Sulawesi Utara termasuk jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi dan biasanya dipasarkan dalam bentuk segar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kadar air dan uji organoleptik ikan Kakap Merah dan ikan Layang segar yang dipasarkan di pasar Pinasungkulan Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkapkan keterangan suatu fakta secara terperinci dan sistematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air ikan Kakap Merah adalah 73,70%, sedangkan kadar air ikan Layang adalah 73,15%. Hasil uji organoleptik pada beberapa komponen seperti mata ikan Kakap Merah adalah 8,10, mata ikan Layang 7,77. Pada insang ikan Kakap Merah 7,69 dan insang ikan Layang 8,00. Pada daging dan perut ikan Kakap Merah 7,70, pada daging dan perut ikan Layang 7,85. Nilai bau ikan Kakap Merah yaitu 8,12 dan nilai bau ikan Layang yaitu 8,07. Nilai tekstur ikan Kakap Merah adalah 7,70 dan nilai tekstur ikan Layang yaitu 7,80. Berdasarkan hasil analisa kadar air dan uji organoleptik ikan Kakap Merah dan ikan Layang yang dijual di pasar Pinasungkulan Manado menunjukkan dalam keadaan yang masih baik yaitu tergolong segar. Kata kunci: Kakap Merah (Lutjanus sp), Layang (Decapterus sp), kadar air, organoleptik.
KUALITAS RUMPUT LAUT MERAH (Kappaphycus alvarezii) DENGAN METODE PENGERINGAN SINAR MATAHARI DAN CABINET DRYER, SERTA RENDEMEN SEMI-REFINED CARRAGEENAN (SRC) Tamaheang, Thobias; Makapedua, Daisy Monica; Berhimpon, Siegfried
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.5.2.2017.14925

Abstract

Red seaweed (Kappaphycus alvarezii) is one type of algae that produced carrageenan. Carrageenan can be used as a stabilizer, thickening agent, gelling agent, emulsifier, coagulant agents, colloid protective agents, and crystallization-preventing agents. This property is widely used in the food industry, pharmaceuticals, cosmetics, textiles, paint, toothpaste and other industries. This research aims to determine the yield of semi-refined carrageenan (SRC) and to compare the quality of red seaweed (Kappaphycus alvarezii) prepared by two difference methods i.e. sun drying and artificial drying with various drying time (12h, 24h, or 40h). The results showed that the yield of semi-refined carrageenan (SRC) dried with artificial dryer (56%) was not within the required of Indonesian national standard for carrageenan. Also, results indicated that the lowest fat content 0.2% was achieved after 12h drying period with cabinet dryer whilst the lowest moisture content was prepared by drying seaweed for 40h under the sun. Keyword: red seaweed, semi-refined carrageenan, cabinet dryer.   Rumput laut merah (Kappaphycus alvarezii) merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil karaginan, Karaginan sangat penting peranannya sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi, koloid pelindung, penggumpal dan pencegah kristalisasi. Sifat ini sangat dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari serta mengetahui perbedaan kualitas dari rumput laut merah yang dikeringkan dengan menggunakan dua metode yaitu pengeringan dengan sinar matahari dan pengeringan dengan alat pengering buatan (cabinet dryer), serta rendemen semi refined-carrageenan (SRC). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas karaginan yang terbaik yang dikeringkan pada perlakuan B1 (cabinet dryer) selama 12 jam dimana kadar lemak yaitu 0,2 %, serat kasar tertinggi yaitu 6.5 % pada perlakuan A1 (sinar matahari) selama 24 jam (08.00–12.00), karbohidrat tertinggi yaitu 14,72%, pada perlakuan A1(sinar matahari) selama 24 jam (08.00–12.00), kadar air terendah pada perlakuan A1 (sinar matahari) selama 40 jam (12.00–16.00) yaitu 10,75%, kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan B1 (cabinet dryer) selama 24 jam yaitu 0,22%. Rendemen SRC yang dikeringkan dengan alat pengering buatan cabinet dryer yaitu 56%. Kata Kunci: Rumput laut merah, semi-refined carrageenan, cabinet dryer.
EKSTRAKSI KARAGINAN RUMPUT LAUT MERAH (Kappaphycus alvarezii) DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN BASA Panggabean, Jessica E; Dotulong, Verly; Montolalu, Roike Iwan; Damongilala, Lena Jeane; Harikedua, Silvana Dinaintang; Makapedua, Daisy Monica
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.6.3.2018.20642

Abstract

Semi-refined carrageenan are a type of carrageeanan product that have a low level of purity because it still contains a small amount of selulose within the carageenan. The purpose of this study is to find out the effect of the concentration of both NaOH and KOH towards rendemen, and the physical and chemical charactheristic of semi refined carrageenan made from kappaphycus alvarezii seaweed,  and also to minimize the use of chemical product on SRC production process. The method used in this study is steaming method. The results are the rendemen from NaOH is 10% and KOH 14%. This proves that the concentration of alkali affects the amount of rendemen. The higher the amount of alkali used, the higher the amount of rendemen obtained.  Water content obtained from the NaOH samples are 3,75%; while those from the KOH samples are 5%.  The ash content of semi-refined carrageenan obtain from NaOH samples are 55,42% and KOH are 55,27%. For the pH level on semi-refined carrageenan obtain from the NaOH samples are 8,06; and KOH are 8,69. The alkali concentration  greatly affects the amount of rendemen that is obtained because a higher concentration of alkali during the alkalization process will result in higher pH level, therefore the extration ability of alkali are increased.
Studi Pengolahan Cumi-Cumi (Loligo sp.) Asin Kering Dihubungkan Dengan Kadar Air Dan Tingkat Kesukaan Konsumen Hulalata, Anita; Makapedua, Daisy Monica; Paparang, Rastuti W
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.1.1.2013.4155

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari tentang pengolahan cumi-cumi (Loligo sp) asin kering dihubungkan dengan kadar air dan tingkat kesukaan konsumen. Cara perlakuan awal dengan menggunakan alat pengering buatan sumber panas dari sinar matahari dengan lama pengeringan 5 jam dengan suhu 30–31°C dan dilanjutkan dengan menggunakan alat pengering buatan sumber panas dari kompor dengan suhu 45–60°C. Hasil penelitian menunjukkan nilai kadar air cumi-cumi asin kering pada penelitian ini sudah memenuhi standar mutu SNI (2326:2010) sehingga masih layak untuk dikomersilkan, dengan nilai 20%. Sedangkan dari penelitian ini, nilai kadar air 19,85% pada lama pengeringan 12 jam dan menggunakan alat pengering buatan dengan sumber panas dari kompor. Berdasarkan uji organoleptik, produk yang paling disukai oleh panelis adalah produk yang diberi perlakuan lama pengeringan selama 12 jam dengan cara pengeringan menggunakan pengering buatan di bawah sinar matahari dan dilanjutkan dengan sumber panas dari kompor yaitu dengan nilai: kenampakan (8,733), bau (8,533), cita rasa (8,600), dan tekstur dengan nilai tertinggi (8,600).
AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA DAUN MUDA MANGROVE Sonneratia alba KERING Ibrahim, Yayu Mukhmin; Dotulong, Verly; Wonggo, Djuhria; Lohoo, Helen Jenny; Montolalu, Roike Iwan; Makapedua, Daisy Monica; Sanger, Grace
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.2.2019.23613

Abstract

Sonneratia alba mangroves are known to have bioactive compounds such as antibacterial. The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of extract of S. alba dried mangrove leaves on Gram positive Staphylococcus aureus and Gram negative Escherichia coli bacteria. Extraction method by infusion, extraction time is 40 and 50 minutes. The extract obtained was then evaporated by the solvent above the water bath then the extracts were made concentrations of 5 and 10%. Antibacterial testing uses the modified Kirby-Bauer method. The highest yield is found in the treatment of 50 minutes infusion extraction time which is 15.6 ± 0.2%. The highest antibacterial activity against S. aureus was found in the treatment of 50 minutes extraction time both for 5% sample concentration of 7.0 mm (medium category) and at a sample concentration of 10% at 8.0 mm (medium category). While the highest antibacterial activity against E. coli bacteria was found in the treatment of 50 minutes extraction time both at 5% sample concentration of 8.0 (medium category) mm and at 10% sample concentration of 8.3 mm (medium category). From these results it can be seen that the S. alba extract of young mangrove leaf infusion has a broad spectrum antibacterial activity because it can inhibit both Gram positive S. aureus and Gram negative E. coli bacteria.Keyword: Mangrove, Sonneratia alba, infusion, rendemen, antibacterial. Mangrove Sonneratia alba diketahui memiliki senyawa bioaktif seperti antibakteri. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak Infusa daun muda mangrove S. alba kering terhadap bakteri Grampositif Staphylococcus aureus dan bakteri Gram negatif Escherichia coli. Metode ekstraksi dengan cara infusa, lama waktu ekstraksi yaitu40 dan 50 menit. Ekstrak yang didapatkan kemudian dievaporasi pelarutnya diatas penangas air kemudian hasil ekstrak dibuat konsentrasi 5 dan 10%. Pengujian antibakteri menggunakan metode Kirby-Bauer yang dimodifikasi. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan lama ekstraksi infusa 50 menit yaitu sebesar 15,6±0,2 %. Aktivitas antibakteri tertinggi terhadap bakteri S. aureus terdapat pada perlakuan lama ekstraksi 50 menit baik untuk konsentrasi sampel 5% sebesar 7,0 mm (kategori sedang) dan pada konsentrasi sampel 10% sebesar 8,0 mm (kategori sedang). Sedangkan aktivitas antibakteri tertinggi terhadap bakteri E. coli terdapat pada perlakuan lama ekstraksi 50 menit baik pada konsentrasi sampel 5% sebesar 8,0 mm (kategori sedang) dan pada konsentrasi sampel 10% sebesar 8,3 mm (kategori sedang). Dari hasil ini dapat dilihat bahwa ekstrak infusa daun muda mangrove S. alba mempunyai aktivitas antibakteri dengan spektrum yang luas karena dapat menghambat baik  bakteri Gram positif S. aureus maupun Gram negatif E. coli.Kata kunci: Mangrove, Sonneratia alba, infusa, rendemen, antibakteri.