Riki Siswandi
Bagian Bedah Dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, Dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Indeks Eritrosit Babi Domestik (Sus domestica) pada Autotransfusi Darah sebagai Model untuk Manusia . Gunanti; Anita Rahmayanti; Peter Ian Limas; Basrul Hanafi; Riki Siswandi
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 1 No. 2 (2013): Juli 2013
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15444.311 KB) | DOI: 10.29244/avi.1.2.66-74

Abstract

Autotransfusi yang menggunakan darah yang berasal dari darah pasien sendiri (autolog) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kondisi perdarahan parah akibat trauma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa indeks eritrosit dari tiga jenis perlakuan darah yang digunakan dalam autotransfusi. Sembilan babi domestik digunakan dan dibagi menjadi tiga kelompok dengan tiga ekor babi per kelompok, yaitu kelompok autotransfusi pra-operatif (AP), autotransfusi intraoperatif sederhana (AIS), dan autotransfusi intraoperatif pencucian cell saver (AIP). Pada setiap ekor babi dilakukan splenektomi sebagai bentuk simulasi perdarahan 30% akibat trauma abdomen. Pengambilan sampel darah dilakukan sebelum splenektomi (pra-autotransfusi), pada hari autotransfusi (pasca autotransfusi), dua hari setelah autotransfusi, dan tujuh hari setelah autotransfusi. Sampel darah dianalisa untuk melihat kejadian hemolisis pada berbagai perlakuan darah sehingga dapat diketahui metode terbaik dalam melakukan autotransfusi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok perlakuan. Dengan demikian ketiga jenis perlakuan darah ini dapat digunakan untuk proses autotransfusi pada hewan babi sebagai model untuk manusia.
Evaluasi Evaluasi Klinis Kastrasi pada Pedet dengan Metode Eksisi Skrotum R Harry Soehartono; Dwi Utari Rahmiati; Riki Siswandi
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 9 No. 2 (2021): Juli 2021
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.9.2.105-111

Abstract

Teknik kastrasi dengan pembedahan pada pedet memiliki keunggulan yaitu waktu persembuhan yang cepat dan tingkat keberhasilan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi klinis pada pedet yang dikastrasi secara pembedahan. Sembilan ekor pedet berumur 1,5 bulan dikastrasi dengan eksisi 1/3 distal skrotum dan penjepitan emasculator di funiculus sprematicus. Evaluasi pengamatan makroskopis dilakukan terhadap perkembangan luka pada hari ke 2, 7, dan 14 pasca kastrasi. Evaluasi hematologi dilakukan pada hari ke 7 pasca kastrasi. Hasil pengamatan makroskopis persembuhan luka menunjukkan perbaikan yang signifikan (p<0.05) antara hari ke- 2 (skor 3.78 ± 0.44) dan hari ke- 7 (skor 1.56 ±0.52). Pengamatan pada hari ke- 14 pasca kastrasi semua pedet sudah sembuh sempurna dari luka operasi. Hasil evaluasi hematologi menunjukkan nilai rata-rata seluruh parameter berada dalam rentang nilai normal. Kastrasi dengan eksisi ⅓ distal skrotum dapat menjadi pilihan metode kastrasi di negara beriklim tropis seperti Indonesia karena tingkat persembuhannya yang cepat dan minim komplikasi.
Pembiusan Babi Model Laparoskopi untuk Manusia dengan Zoletyl, Ketamin dan Xylazin Gunanti -; Riki Siswandi; Raden Harry Soehartono; Mokhamad Fakhrul Ulum; I Gusti Ngurah Sudisma
Jurnal Veteriner Vol 12 No 4 (2011)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.394 KB)

Abstract

In the last decade the use of pig as animal model for trining in laparoscopic surgery showed onincreased in Indonesia. The training for laparoscopy surgery involved cholecystectomy, ovariohysterctomy,hysterectomy, nefrectomy, spleenectomy, and cardiosurgery. The success of such training depends on themethod and the process as such as the proper used to handle the animal. The study was a retrospectivestudy over 2009-2010 laparoscopic training on 62 pigs. The objective of this study was to elucidate theprocedure of pig laparoscopic surgery, anesthesia methods, obstacle, and the solutions. Method ofanesthesia induction was performed by using combination of tiletamine-zolazepam (8 mg/kg bw), ketamineHCl (6 mg/kg bw), and xylazine HCl (2 mg/kg bw) /ZKX without premedication. Anesthetized pigs weremaintained with combination of ketamine HCl (5 mg/kg bw)-xylazine HCl (2 mg/kg bw) without anyanalgesic agent. Onset of ZKX induction induction was 3-5 minutes. Time of surgery varied from 40 to 120minutes, depend on surgery procedures. Heart beat and respiration rate per minute were remain stableduring surgery procedure, with observed at 68.4±12.1 and 41.3±14.1 respectively. The anesthetic methodused for Indonesian local pigs appeared to be suitable for laparoscopic surgery model for human.
Profil gas darah anak babi (Sus scrofa) setelah induksi sepsis dan resusitasi cairan Ega Iftahul Rizky; Rismala Dewi; . Gunanti; Riki Siswandi; Dwi Utari Rahmiati
ARSHI Veterinary Letters Vol. 2 No. 2 (2018): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2018
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.477 KB) | DOI: 10.29244/avl.2.2.31-32

Abstract

Sepsis merupakan respon sistemik yang disebabkan oleh infeksi. Mortalitas sepsis dapat mencapai 30% meskipun telah dilakukan perawatan intensif. Renjatan sepsis adalah sepsis yang disertai dengan gangguan pada organ kardiovaskular dan respirasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi parameter gas darah setelah induksi sepsis dan resusitasi cairan. Sebanyak 10 ekor anak babi dengan berat badan 10-13 kg dan umur 2-3 bulan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok pertama diresusitasikan dengan cairan koloid modifikasi gelatin 4% (MFG 4%) sedangkan kelompok dua diresusitasikan dengan cairan kristaloid ringer asetat malat (RAM). Lipopolisakarida E. coli sebanyak 50 ug/kg berat badan diberikan dengan rute intravena untuk menginduksi terjadinya sepsis. Induksi sepsis menyebabkan penurunan pH dan PaO2, serta peningkatan PaCO2 dan laktat secara nyata (p<0.05). Resusitasi cairan dilakukan setelah renjatan sepsis. Resusitasi dengan cairan koloid dapat mengembalikan nilai PaCO2 dan PaO2 mendekati normal, serta menekan edema paru. Resusitasi dengan cairan koloid dinilai lebih baik karena dapat meminimalisir kerusakan yang terjadi akibat renjatan sepsis.
Indeks Eritrosit Anak Babi (Sus scrofa) yang Diinduksi Sepsis Pascaresusitasi Cairan Muhammad Abhi Purnomosidi; Rismala Dewi; . Gunanti; Riki Siswandi; Dwi Utari Rahmiati
ARSHI Veterinary Letters Vol. 1 No. 2 (2017): ARSHI Veterinary Letters - November 2017
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.481 KB) | DOI: 10.29244/avl.1.2.21-22

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi indeks eritrosit (jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, hematokrit, VER, HER, KHER) pada anak babi (Sus scrofa) setelah diinduksi sepsis dan diresusitasi oleh cairan koloid (modified fluid gelatin 4%) atau kristaloid (ringer asetat malat). Sepuluh ekor anak babi berumur 2-3 bulan dengan berat badan 8-13 kg dibagi menjadi dua kelompok. Induksi sepsis dilakukan dengan injeksi endotoksin Eschericia coli melalui rute intravena hingga terjadi renjatan sepsis. Resusitasi cairan dilakukan pada saat renjatan sepsis terjadi melalui rute intravena. Kelompok pertama menerima resusitasi cairan menggunakan modified fluid gelatin 4% (MFG 4%) dan pada kelompok yang kedua menerima resusitasi cairan menggunakan cairan ringer asetat malat (RAM). Pengambilan sampel darah dilakukan pada saat setelah anestesi, saat sepsis, dan 3 jam setelah resusitasi cairan. Hasil evaluasi nilai indeks eritrosit menunjukkan bahwa hewan mengalami anemia makrositik regeneratif. Kondisi sepsis dan resusitasi cairan koloid (modified fluid gelatin 4%) maupun cairan kristaloid (ringer asetat malat) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai indeks eritrosit.
Kuantifikasi opasitas hasil radiografi mesin radiografi analog Dwi Utari Rahmiati; Gunanti Gunanti; Riki Siswandi; Mokhamad Fakhrul Ulum
ARSHI Veterinary Letters Vol. 4 No. 2 (2020): ARSHI Veterinary Letters - Mei 2020
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.4.2.37-38

Abstract

Citra radiografi suatu objek yang diperoleh dari mesin x-ray analog adalah berupa film yang telah tercetak sebagai suatu gambar dengan gradasi warna hitam, abu dan putih yang disebut sebagai opasitas. Penilaian perubahan opasitas pada film hasil radiografi analog dilakukan dengan bantuan lampu illuminator untuk menampilkan citra dari objek. Identifikasi perubahan opasitas suatu objek dilakukan oleh dokter hewan secara kualitatif dan bersifat sangat subjektif. Tulisan ini menyajikan teknik kuantifikasi sederhana dalam menilai opasitas citra radiografi analog menjadi hasil yang lebih objektif untuk mengurangi subjektifitas. Film radiografi analog yang telah diperoleh selanjutnya diubah menjadi digital secara fotografi menggunakan kamera digital yang ada pada ponsel genggam. Fotografi citra dilakukan di ruangan gelap dengan bantuan lampu illuminator. Foto kemudian dipindahkan ke perangkat komputer untuk diolah dengan perangkat lunak ImageJ. Nilai opasitas suatu area terpilih ditentukan oleh densitas objek berupa gray value pada setiap pixel dalam rentang angka 0-255. Nilai nol untuk citra paling gelap berwarna hitam sebagai radiolucent, sedangkan nilai 255 untuk citra paling terang berwarna putih sebagai radiopaque.
IDENTIFIKASI GOLONGAN DARAH DAN KEMUNGKINAN HUBUNGANNYA DENGAN WARNA RAMBUT PADA KUCING DOMESTIK INDONESIA (Felis familiaris) Gunanti g; Dwi Endrawati; Helny Rosita Supriadi; Riki Siswandi; Srihadi Agungpriyono
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 1 (2013): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.614 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i1.571

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi penyebaran golongan darah A, B, dan AB dan mengetahui kemungkinan hubungan antara golongan darah dengan kemunculan pola warna rambut pada kucing domestik di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan 50 ekor kucing domestik yang berasal dari daerah Bogor dan Bekasi. Pemeriksaan golongan darah kucing dilakukan dengan identifikasi golongan darah dengan kit antibodi monoklonal Shigeta(Jepang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kucing domestik yang diteliti bergolongan darah A dan tidak diperoleh tanda-tanda adanya hubungan antara golongan darah dengan warna rambut. Terdapat sembilan kemunculan warna rambut yang terdiri atas warna tunggal, kombinasi dua warna, dan kombinasi tiga warna.
IDENTIFIKASI GOLONGAN DARAH DAN KEMUNGKINAN HUBUNGANNYA DENGAN WARNA RAMBUT PADA KUCING DOMESTIK INDONESIA (Felis familiaris) Gunanti g; Dwi Endrawati; Helny Rosita Supriadi; Riki Siswandi; Srihadi Agungpriyono
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 1 (2013): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i1.571

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi penyebaran golongan darah A, B, dan AB dan mengetahui kemungkinan hubungan antara golongan darah dengan kemunculan pola warna rambut pada kucing domestik di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan 50 ekor kucing domestik yang berasal dari daerah Bogor dan Bekasi. Pemeriksaan golongan darah kucing dilakukan dengan identifikasi golongan darah dengan kit antibodi monoklonal Shigeta(Jepang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kucing domestik yang diteliti bergolongan darah A dan tidak diperoleh tanda-tanda adanya hubungan antara golongan darah dengan warna rambut. Terdapat sembilan kemunculan warna rambut yang terdiri atas warna tunggal, kombinasi dua warna, dan kombinasi tiga warna.
Perubahan Aktivitas Listrik Jantung pada Tikus yang Diberi Latihan Fisik Aerobik Serta Henti Latih William .; Dewi Irawati Soeria Santoso; Isdoni .; Riki Siswandi
Jurnal Kedokteran Meditek Vol. 21 No. 55 Januari - April 2015
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36452/jkdoktmeditek.v21i55.1199

Abstract

AbstrakLatar Belakang: Latihan fisik aerobik telah lama diketahui memberikan pengaruh yang baik kepada tubuh,  latihan fisik aerobik yang rutin dan dalam jangka waktu lama dapat membuat jantung mengalami remodeling. Proses remodeling ini bukan hanya terjadi pada struktur tetapi juga pada kelistrikan jantung, beberapa studi menunjukkan remodeling listrik jantung yang terjadi mengakibatkan berbagai bentuk aritmia, dan belum banyak yang diketahui tentang remodeling listrik jantung setelah henti latih.Metode: Pemeriksaan EKG dilakukan pada tikus Wistar jantan yang telah menjalani latihan fisik aerobik  selama empat minggu dan 12 minggu. Pemeriksaan EKG juga dilakukan lagi setelah empat minggu periode henti latih. Kecepatan alat treadmill yang digunakan adalah 20 m/menit, dengan lama durasi latihan selama 20 menit dengan diselingi masa istirahat selama 90 detik setiap lima menit tikus tersebut berlari.Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk voltase dan durasi gelombang P pada semua kelompok perlakuan. Terjadi peningkatan voltase gelombang R pada kelompok latihan fisik aerobik empat minggu dan 12 minggu (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk voltase gelombang R pada kelompok henti latih. Terdapat pemanjangan durasi segmen dan interval PR pada kelompok latihan fisik aerobik empat minggu dan 12 minggu (terutama pada kelompok latihan fisik aerobik 4 minggu dengan p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna durasi segmen dan interval PR pada kelompok henti latih. Terjadi pemanjangan durasi repolarisasi ventrikel (durasi gelombang T, interval QT) pada kelompok latihan fisik aerobik empat minggu dan 12 minggu (terutama pada kelompok latihan fisik aerobik 4 minggu, p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk durasi gelombang T, interval QT pada kelompok henti latih. Terjadi penurunan frekuensi denyut jantung istirahat pada kelompok latihan fisik aerobik empat minggu dan 12 minggu (terutama pada kelompok latihan fisik empat minggu, p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk frekuensi denyut jantung istirahat pada kelompok henti latih.Kesimpulan: Terjadi perubahan aktivitas listrik jantung (interval QT, interval PR, durasi gelombang T dan voltase gelombang R), perubahan frekuensi denyut jantung istirahat tikus Wistar jantan setelah latihan fisik aerobik selama empat minggu dan 12 minggu. Henti latih mengembalikan perubahan aktivitas listrik jantung dan perubahan frekuensi denyut jantung istirahat tersebut.Kata kunci: Aktivitas listrik jantung, EKG, latihan fisik aerobik, henti latih    AbstractBackground: Aerobic training have long been known to give a good impact to body, aerobic training if been done routinely and with long period of time will make remodeling process to the heart. This remodeling process is not only occur in structure but also in heart electrical activity, several study reveal that this electrical activity may cause many form of aritmia, there also evidence that structural remodeling that also cause electrical changes is a persistent process, if structural remodeling persistent process, what will happen to heart electrical activity of this persistent structural remodeling after detraining is still less known. Methods: Electrocardiogram (ECG) is conducted in male Wistar rat that have completed 4 weeks, 12 weeks aerobic training, 4 weeks and 12 weeks aerobic training with 4 weeks detraining. The speed that been use is 20 m/minute with 20 minute training duration and 90 second intermitten resting interval for every 5 minute training. Results: There is no difference for P wave voltage and duration in all groups. R wave voltage is increase in 4, 12 weeks aerobic training group (p < 0.05). There is no significant difference for R wave voltage in detraining group. PR segment and interval is prolonged in 4, 12 weeks aerobic training group (especially in 4 weeks aerobic training group, p < 0.05). There is no significant difference for PR segment and interval in detraining group. Ventricular repolarization time (T wave duration, QT interval) is prolonged in 4, 12 weeks aerobic training group (especially in 4 weeks aerobic training group, p < 0.05). There is no significant difference for T wave duration and QT interval in detraining group. Resting heart rate is lower in 4, 12 weeks aerobic training group (especially in 4 weeks aerobic training group, p<0.05). There is no significant difference for resting heart rate in detraining group.Conclusion: Male Wistar rat heart electrical activity (QT interval, PR interval, T wave duration time and R wave voltage) and resting heart rate change after 4 weeks and 12 weeks aerobic training. Detraining restore that changes. Keywords: Heart electrical activity, Electrocardiogram (ECG), Aerobic training, Detraining Keywords: Heart electrical activity, ECG, Aerobic training, Detraining