Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

BERAS COKLAT BERKECAMBAH (GERMINATED BROWN RICE): PROSES PRODUKSI DAN KARAKTERISTIKNYA Munarko, Hadi; Sitanggang, Azis Boing; Kusnandar, Feri; Budijanto, Slamet
JURNAL PANGAN Vol 28, No 3 (2019): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1308.026 KB) | DOI: 10.33964/jp.v28i3.436

Abstract

Beras coklat diketahui memiliki komponen bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Namun, konsumsi beras coklat di masyarakat saat ini memang masih rendah dibandingkan dengan beras putih. Hal ini disebabkan beras coklat memerlukan waktu pemasakan yang cukup lama, memiliki tekstur agak keras, dan berbau yang kurang disukai. Beras coklat berkecambah atau dikenal dengan germinated brown rice (GBR) merupakan beras coklat yang telah mengalami perendaman dan perkecambahan pada kondisi tertentu. Perkecambahan mampu meningkatkan kandungan senyawa bioaktif beras coklat. Salah satu senyawa bioaktif yang dapat meningkat selama perkecambahan adalah senyawa gamma-aminobutyric acid (GABA). GABA berfungsi sebagai penghambat neurotransmitter di otak yang secara langsung mempengaruhi kepribadian dan manajemen stres. Peningkatan kandungan GABA pada beras coklat berkecambah dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kondisi proses perendaman dan perkecambahan seperti suhu, waktu, pH, maupun penambahan senyawa lainnya seperti asam glutamat. Selama proses perkecambahan terjadi perubahan-perubahan biokimia yang diakibatkan oleh aktivitas enzim endogenus yang mengubah komponen makromolekul menjadi komponen yang lebih sederhana. Selain itu, perkecambahan pada kondisi tertentu juga dapat mengakibatkan perubahan fisikokimia GBR. Dengan demikian, perkecambahan juga dapat memperbaiki karakteristik sensori nasi yang dihasilkan, terutama atribut flavor dan tekstur.
Different Dietary Protein Sources Affect the Intestinal Tight Junctions in the Colon of Mice Rini , Dina Mustika; Pratiwi , Yunita Satya; Munarko , Hadi; Suzuki , Takuya
Nusantara Science and Technology Proceedings 1st International Conference Eco-Innovation in Science, Engineering, and Technology
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2020.0542

Abstract

This study examined the effects of some dietary protein sources on intestinal barrier function in the colon of mice. 24 female ICR mice were randomly grouped into 4 groups (n=6) fed casein, soybean protein, whey protein concentrate (WPC), and egg white diet for 28 days. In this study, we collected the colon to analyzed the TJs proteins. Cecal contents were also collected to analyze the SCFAs. Mice fed with WPC showed the highest serum LBP concentration. Soybean and casein groups had the highest expression of occludin in the colon of mice. Total SCFAs were not significantly different among the groups. Correlation analysis showed that there is a positive correlation between ZO-1 and ZO-2 with total SCFAs. There is a positive correlation between plasma LBP concentration with claudin-3 expression in the colon of mice. These results confirmed that various dietary protein intake has a significant impact on the regulation of intestinal barrier integrity and SCFAs production might be contributing to the observation.
PENGARUH BEBERAPA BAHAN BAKU TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI RENGGINANG SINGKONG (Manihot utilissima Pohl) Hadi Munarko; Sugiyono Sugiyono
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 30 No. 1 (2019): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.24 KB) | DOI: 10.6066/jtip.2019.30.1.20

Abstract

Cassava rengginang is a traditional food having similar shape to rice rengginang but is made from cassava. The objective of this research was to know the effects of raw material on the physical and senso-ry characteristics of cassava rengginang. This research was divided into two steps. The first step was raw material preparation i.e. grated cassava, cassava flour, and a mixture of tapioca and “asian” flour 3:1 (w:w). The second step was the production of the cassava rengginang from the three raw materials. The results showed that the raw material affected the physical characteristics of cassava rengginang. Renggi-nang made from grated cassava had the lowest expansion ratio and crispness, i.e. 142.94% and 474.12 gf respectively. Rengginang made from cassava flour had higher expansion ratio and crispness (191.39% and 343.81 gf respectively), the lowest lightness (L= 71.4) and the highest brownish color (a=5.18; b=27.49). Rengginang from a mixture of tapioca and “asian” flour (3:1) had the highest crispness (244.63 gf), expansion ratio (223.95%), lightness (L=79.62), and white color (a=0.63 and b= 16.3). The differences on the physical characteristics of rengginang did not affect the sensory acceptance of the product for all attributes. Fried rengginang made from a mixture of tapioca and “asian” flour was chosen for proximate analysis because it had the highest expansion ratio, crispness and lightness among the other formula although it was not significantly different at 95% level on panelist acceptance.
Kecambah Beras Pecah Kulit : Proses Produksi dan Karakteristiknya Hadi Munarko; Azis Boing Sitanggang; Feri Kusnandar; Slamet Budijanto
JURNAL PANGAN Vol. 28 No. 3 (2019): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v28i3.436

Abstract

Proses perkecambahan diketahui mampu memperbaiki mutu organolaptik dan juga meningkatkan beberapa senyawa tertentu pada beras pecah kulit. Artikel ini bertujuan untuk mengulas teknologi proses perkecambahan beras pecah kulit dan membahas perubahan yang terjadi selama perkecambahan. Beras pecah kulit berkecambah merupakan beras pecah kulit yang telah mengalami perendaman dan perkecambahan pada kondisi tertentu. Perkecambahan mampu meningkatkan kandungan senyawa bioaktif beras pecah kulit, salah satunya adalah senyawa γ-aminobutyric acid (GABA). GABA berfungsi sebagai penghambat neurotransmitter di otak yang bermanfaat untuk manajemen stres. Kondisi perendaman yang sesuai terkait dengan suhu, waktu, pH, maupun penambahan senyawa seperti asam glutamat dapat mengoptimalkan peningkatan kandungan GABA pada beras pecah kulit berkecambah. Selama proses perkecambahan terjadi perubahan-perubahan biokimia yang diakibatkan oleh aktivitas enzim endogenus yang mengubah komponen makromolekul menjadi komponen yang lebih sederhana. Perkecambahan pada kondisi tertentu juga dapat mengakibatkan perubahan fisikokimia pada beras pecah kulitberkecambah, diantaranya perubahan komposisi kimia, tekstur, dan profil gelatinisasi. Selain itu, perkecambahan mampu meningkatkan karakteristik organoleptik beras pecah kulit berkecambah yang telah dimasak khususnya pada atribut rasa dan tekstur.
Pengaruh Waktu Perendaman Beras terhadap Profil Gelatinisasi dan Komponen Bioaktif Tepung Beras Pecah Kulit Berkecambah Hadi Munarko; Slamet Budijanto; Azis Boing Sitanggang; Feri Kusnandar
JURNAL PANGAN Vol. 30 No. 3 (2021): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v30i3.534

Abstract

Tepung beras pecah kulit berkecambah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional karena mengandung senyawa γ-aminobutyric acid (GABA) dan komponen bioaktif lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh waktu perendaman terhadap profil pasting dan komponen bioaktif tepung beras pecah kulit berkecambah. Perkecambahan dilakukan dengan merendam beras pecah kulit selama 120 jam dengan pengambilan sampel setiap 24 jam. Tepung beras pecah kulit berkecambah mengalami penurunan viskositas puncak, breakdown, dan setback seiring dengan lama waktu perendaman. Kandungan GABA mengalami peningkatan dan mencapai nilai tertinggi setelah perendaman 72 jam. Kandungan total fenol, kapasitas antioksidan, dan γ-orizanol mengalami penurunan seiring dengan lamanya waktu perendaman. Sementara itu, hasil analisis komposisi asam lemak tepung beras pecah kulit berkecambah pada perlakuan perendaman 120 jam menunjukkan adanya dominasi asam lemak tidak jenuh. Berdasarkan hasil penelitian ini, tepung beras kecambah dengan perendaman 72 jam dapat dipilih sebagai perlakuan terbaik karena memiliki akumulasi GABA paling tinggi.
Characteristics of Brown Rive var. Inpari 43 and Sonication Treatments for Extraction of Phenolic and Flavonoid Contents Hadi Munarko; Slamet Budijanto; Azis Boing Sitanggang; Feri Kusnandar
Nusantara Science and Technology Proceedings 1st International Conference Eco-Innovation in Science, Engineering, and Technology
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2020.0507

Abstract

This study aimed to characterize brown rice grain var. Inpari 43 and evaluate the effect of sonication time on total phenolic and flavonoid content. The result showed that Inpari 43 is classified as medium and slender grain which contains about 12% of moisture content. Maceration method was suitable for brown rice flour extraction. It accumulated 65–70 mg GAE/100g and 13–18 mg QE/100g of total phenolic content and flavonoid content, respectively, during 10 to 30 minutes extraction. The pearson correlation analysis indicated a strong positive correlation between extraction time and phenolic and flavonoid content. In conclusion, maceration for 30 minutes accumulates the highest phenolic and flavonoid content in brown rice flour var. Inpari 43.
Borax as a Non-Food Grade Addivite in the Perspective of Foof Safety and Human Resources Formation: A Literature Review Yunita Satya Pratiwi; Dina Mustika Rini; Hadi Munarko; Hadi Prayitno; Ristya Widi Endah Yani; Nadia Shoukat; Kaleem Ahmad
Nusantara Science and Technology Proceedings 1st International Conference Eco-Innovation in Science, Engineering, and Technology
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2020.0518

Abstract

Many foodborne disease cases are still existing in Indonesia and worldwide. Chemicals that act as non-food grade additives is one of the cause. Borax is a chemical which still widely used for food in the community. The purpose of writing this scientific article is to analyze the impact of using borax as a non-food grade additive from the perspective of food safety and human resource formation. This article was based on scientific phenomena that occurred in studies conducted by the author in private, which was then analyzed more deeply based on a study of theories. As mentioned in government law, the use of borax for food additives is prohibited. However, borax is still widely used as food additives in the communities. This phenomenon is a threat to the assurance of food security for individuals and society, which in turn will have an impact on the output quality of human resources needed as the subject of future development. Several studies, investigated the negative effects of borax on the biological function of living things, showed that the use of borax significantly affects food safety in terms of human resources formation. Therefore, it needs both a preventive and curative solution for individuals, groups, and the government in an integrated manner. The use of borax in food is a threat to the assurance of food safety for individuals and society, which in turn will affect the quality of human resources so that a preventive and curative solution is needed.
Penambahan Tepung Ikan Teri (Stolephorus spp) dan Pengenyal Terhadap Kadar Mineral Mikro Bakso Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Yunita Satya Pratiwi; Hadi Munarko; Ifwarisan Defri; Abdul Azis Akbar; Nadia Shoukat
Amerta Nutrition Vol. 6 No. 1 (2022): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v6i1.2022.82-90

Abstract

Latar Belakang: Stunting pada balita merupakan masalah gizi yang masih banyak terjadi di Kabupaten Jember dengan prevalensi sebesar 37,94% pada tahun 2021. Masalah ini dapat ditanggulangi dengan diversifikasi pengolahan pangan berbahan dasar ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang jumlahnya melimpah di Kabupaten Jember. Bakso ikan tongkol diberi perlakuan pengenyal dan diperkaya dengan tepung ikan teri (Stolephorus spp) yang kaya akan mineral mikro yang berpotensi meningkatkan imunitas balita stunting. Tujuan: Menganalisis pengaruh tepung ikan teri dan pengenyal terhadap kadar mineral mikro bakso ikan tongkol. Metode: Penelitian menggunakan pre dan post test dengan rancangan acak kelompok. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial 3x3 dengan 3 kali ulangan. Perlakuan meliputi penambahan tepung ikan teri (0%, 18% dan 35%), dan pengenyal (tanpa pengenyal, karagenan, dan sodium tripolyphosphate (STTP)). Sampel terdiri dari kelompok perlakuan berjumlah 24 dan kelompok kontrol berjumlah 3. Mineral mikro yang diukur adalah besi, yodium dan selenium. Data dianalisis dengan Two-way Variance of Analysis (ANOVA).Hasil: Bakso ikan tongkol tanpa perlakuan menunjukkan kadar besi 31,72 ± 0,05 mg/100 g, yodium 2,31 ± 0,03 µg/100 g dan selenium 1,69 ± 0,20 µg/100 g.Kesimpulan: Penambahan tepung ikan teri atau pengenyal atau interaksi keduanya berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kadar mineral mikro bakso ikan tongkol.
PENGARUH PENAMBAHAN KULTUR STARTER DAN METABOLIT Lactobacillus casei TERHADAP MUTU MIKROBIOLOGI SOSIS FERMENTASI IKAN PATIN (Pangasius sp.) Muhammad Alfid Kurnianto; Hadi Munarko
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 5, No 1 (2022): JKPT Juni 2022
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v5i1.10970

Abstract

Sosis fermentasi ikan patin merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk olahan ikan patin yang dibuat dengan teknologi fermentasi menggunakan bakteri asam laktat (BAL). Penambahan starter BAL pada pengolahan sosis fermentasi biasanya dilakukan untuk menghasilkan produk yang terstandar dan aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan kultur bakteri dan metabolit hasil produksi Lactobacillus casei secara individu dan campuran terhadap mutu dan keamanan mikrobiologi sosis fermentasi ikan patin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk sosis fermentasi ikan patin memiliki pH dan aktivitas air (aw) dengan rentang 4,42 – 4,73 dan 0,967 – 0,978. Pemberian perlakuan secara signifikan mempengaruhi mutu mikrobiologi sosis fermentasi ikan patin. Perlakuan penambahan BAL maupun kombinasi BAL dan metabolit setelah pematangan 28 hari memiliki kandungan angka lempeng total (ALT) dan total Enterobacteriaceae tidak berbeda nyata, serta tidak ditemukan cemaran E. coli dan Salmonella sp. Sementara itu, perlakuan penambahan metabolit memiliki ALT dan BAL terendah, serta ditemukan cemaran E. coli pada produk setelah pematangan 28 hari. Perlakuan kombinasi BAL dan metabolit merupakan perlakuan terbaik karena mampu menjaga produk tetap memenuhi standar keamanan mikrobiologi sosis hingga masa pematangan selesai dengan kandungan BAL tertinggi.
SOSIALISASI MANFAAT BISKUIT BEBAS GLUTEN BAGI KESEHATAN DI UD SOFIA COOKIES WIYUNG, SURABAYA Purwadiani Purwadiani; Hadi Munarko; Jariyah Jariyah; Sri Winarti; Kindriari Nurma Wahyusi
Jurnal Pengabdian Pelitabangsa Vol. 3 No. 02 (2022): Jurnal Pengabdian Pelitabangsa Oktober 2022
Publisher : DPPM Universitas Pelita Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37366/jabmas.v3i02.1479

Abstract

Biskuit merupakan salah satu makanan olahan yang cukup populer dan banyak dikonsumsi oleh semua kalangan usia. Bahan utama dalam pengolahan biskuit umumnya adalah tepung terigu. Tepung terigu banyak digunakan untuk membuat adonan karena mengandung protein gluten yang dapat memperbaiki tekstur adonan. Akan tetapi, protein gluten dalam terigu tidak dapat dikonsumsi oleh penderita gluten intoleran, khususnya pada penyandang celiac disease dan Autism Spectrum Disorder (ASD) karena tubuh anak yang menderita autisme memiliki masalah dalam memecah protein gluten. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat biskuit bebas gluten menggunakan tepung mocaf. Sosialisasi biskuit bebas gluten di UD Sofia Cookies diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai biskuit non-terigu yang baik untuk kesehatan dan sangat berpotensi untuk diproduksi seiring dengan meningkatnya isu autisme di Indonesia. Metode yang dilakukan yaitu dengan penyampaian materi yang dibawakan oleh pemateri. Kegiatan sosialisasi berlangsung dengan cukup baik, dilihat dari antusiasme peserta yang cukup tinggi selama kegiatan.