Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Karakteristik Lahan Untuk Tanaman Melon (Cucumis Melo L.) dalam Kaitannya Dengan Peningkatan Kadar Gula Ir, MT., Siswanto; Dr. Ir, MP., Bakti Wisnu W; Ir, MP., Purwadi
MAPETA Vol 12, No 2 (2010): MAPETA
Publisher : MAPETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The experimental was conducted in randomized block design and three replication with three factor. First factor was fertilize cage with dose 0 tonha-1, 10 tonha-1, 20 tonha-1 and 30 tonha-1. Second factor was fertilize KCl with dose 175 kgha-1, 200 kgha-1and 225 kgha-1. Three factor dolomit with dose 100 kgha-1, 125 kgha-1and 150 kgha-1. Result showed that addition fertilize Cage, fertilize KCl and Dolomit by signifikan on weight fruit, sugar content, and fibre of melon. Rate of weight with mean 1.82 kg. Rate of highest Heavy at treatment B3K2CM3 (2.30 kg) and lowered at treatment B1K3CM2 (1.20 kg). Rate of sugar with mean 10.47% and rate of fibre with mean 9.86%. Rate of highest Sugar at treatment B3K3CM3 (13.44%) and lowered at treatment of B1K2CM2 of equal to 7.20%. rate of highest fibre at treatment B4K1CM3 (11.72%). and lowerwd at treatment of B2K1CM2 of equal to 7.78%. Use fertilize cage with dose 20 kgha-1, fertilize KCL 200 kgha-1and dolomit 150 kgha-1 have an effect on to fruit quality of melons.Key Word: Land Characteristic, Sugar Content
PEMBERDAYAN EKONOMI PETANI LELE DALAM MENUJU IKON DESA LELE (KASUS DESA SENGGOWAR, KEC. GONDANG) KABUPATEN NGANJUK Nugroho, Sigit Dwi; -, Purwadi; sulistyowati, lisa
Jurnal Bisnis Indonesia 2020: Jurnal Bisnis Indonesia Edisi Khusus Pengabdian Masyarakat
Publisher : Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Senggowar Village is a part of Gondang sub-district, Nganjuk district, a village that wishes to become a village with a “catfish” icon. Economic problems cause many parents to work outside the home, so that their children are less attention and get along with the environment that is not true. Some people work in agriculture as agricultural laborers, especially primary products with inadequate income. Village officials and community leaders look for solutions in various opportunities by introducing villages with the icon "Lele Village". Because Catfish is now an animal necessity at a price that is quite affordable by the wider community. The Village Government formed 2 Farmer Groups namely: Mina Tirta 1 and Mina Tirta 2. The activities of these farmer groups are still limited to exhibition activities held by the Nganjuk District Government related to village potential. Sustainability activities have not been carried out optimally, due to the limited knowledge and technology of the community about catfish cultivation and diversification of food made from raw catfish. For this reason, a program of activities for the "Lele Village" was considered. The solution offered by making artificial ponds with tarpaulins that can be done in a narrow yard. Post-harvest handling of processed products from catfish include: Abon Catfish, Catfish Meatballs, Catfish Chips, Catfish Flour, Catfish Dumplings. Marketing with an online model, accounting books, and empowerment of farmer group cooperatives. Keywords: Empowerment, tarpaulin ponds, catfish   Abstrak Desa Senggowar adalah bagian dari kecamatan Gondang, kabupeten Nganjuk, merupakan desa yang berkeinginan menjadi desa berikon “lele”.  Permasalahan ekonomi mengakibatkan banyak orang tua bekerja di luar rumah, sehingga  anak anaknya  kurang diperhatikan  dan bergaul dengan lingkungan yang kurang benar. Sebagian masyarakat  bekerja pun dibidang pertanian sebagai buruh tani khususnya produk primer dengan pengahasilan yang kurang memadai. Perangkat desa dan  tokoh masyarakat mencari solusi diberbagai kesempatan dengan mengenalkan desa ber ikon “Desa Lele”. Karena Lele sekarang menjadi kebutuhan hewani dengan harga yang cukup terjangkau oleh masyarakat secara luas. Pemerintah Desa membentuk 2 Kelompok Tani yaitu : Kelompok Mina Tirta 1 Mina Tirta 2 Senggowar. Kegiatan kelompok tani ini masih terbatas pada kegiatan pameran yang diadakan Pemerintah Kabupaten Nganjuk terkait potensi desa. Keberlanjutan kegiatan belum dilakukan secara optimal, karena keterbatasan pengetahuan dan teknologi masyarakat tentang budidaya lele dan diversifikasi pangan berbahan baku dari Lele.  Untuk itu dipikirkan program kegiatan menuju “Desa Lele”. Solusi yang ditawarkan dengan pembuatan kolam buatan dengan terpal yang bisa lakukan di pekarangan yang sempit. Penanganan pasca panen produk olahan dari lele diantaranya : Abon Lele,Bakso Lele, Kripik Lele, Tepung Lele, siomay lele.  Pemasaran dengan model on line, pembukuan akuntansi, serta pemberdayaan koperasi kelompok tani. Kata Kunci : Pemberdayaan, kolam terpal, lele
Identifikasi dan pemetaan tingkat lahan kritis wilayah dataran menengah Kabupaten Probolinggo menggunakan teknik sistem informasi geografi (SIG) Purwadi Purwadi; Siswanto Siswanto
Agrovigor Vol 14, No 1 (2021): Maret
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrovigor.v14i1.8711

Abstract

Wilayah dataran menengah kabupaten Probolinggo berpotensi mengalami degradasi lahan diakibatkan pemanfaatan lahan pertanian yang intensif tanpa memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air. Kondisi tersebut dikuatkan oleh informasi Balai Lingkungan Hidup (BLH) kabupaten Probolinggo, bahwa wilayah dataran menengah telah mengalami penurunan produksi secara kontinu.  Penelitian ini bertujuan   mengidentifikasi status kerusakan dan kekritisan lahan dengan menyusun sistem  database keruangan untuk pengalokasian data lahan kritis.  Lokasi penelitian meliputi kecamatan Sumber Asih, Wonomerto, Bantaran, Maron, Krejengan, Tegal Siwalan dan Pakuniran. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang dibagi dalam kegiatan utama yaitu: Identifikasi kerusakan dan analisis spasial dengan tumpang susun peta untuk pembuatan kajian spasial administrasi, tutupan lahan, penggunaan lahan, dan Peta erosi dengan menghitung besarnya erosi tanah.  Faktor kelerangan, tutupan lahan digunakan untuk analisis sebaran kekritisan lahan. Secara garis besar tahapan analisis penyusunan data spasial lahan kritis terdiri dari 3 tahap yaitu: Tumpang susun data spasial, Editing data atribut dan Analisis tabular. Kesimpulannya adalah status kerusakan tanah termasuk rusak ringan sampai sedang, dan status kekritisan tergolong status tidak kritis seluas  15.613,22 ha (43,35%), potensial kritis 10.942,66 ha (30,38%), agak kritis seluas  8.134,56 ha (22.58%), kritis seluas  196,23 ha (0,54%) dan sangat kritis seluas1.131,01 ha (3,14%).
Identification and Mapping of Critical Land Level in Probolinggo District Using Geographic Information System (GIS) Techniques (Case Study: Sumberasih, Wonokerto Sub-district, Bantaran, Maron, Krejengan, Tegal Siwalan and Pakuniran) Siswanto; Purwadi
Nusantara Science and Technology Proceedings 5th International Seminar of Research Month 2020
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2021.0965

Abstract

Based on research on land damage in 2019 in the highland area of ??Probolinggo, it was categorized as light to moderate damage. Follow-up research in the middle plains that have the potential to experience land damage due to intensive land use without paying attention to conservation principles, with an indication that the production and income of farmers continue to decline. The research aims to identify the status of critical land and compile a database of critical land for the medium lands of Probolinggo district including Sumberasih, Wonomerto, Bantaran, Maron, Krejengan, Tegalsiwalan, and Pakuniran. The research method for the distribution of critical land using the Geographic Information System is divided into the main activity stages, namely the compilation of databases and data analysis. Database preparation begins with data collection, supporting maps, and literature study. Meanwhile, data analysis used map overlay analysis. The analysis for the preparation of spatial data for critical land consists of 3 stages: overlapping, editing attribute data, and tabular analysis. The level of erosion in the 7 sub-districts of the study area includes very heavy (SB) in the open land of Pakuniran and residential land in Krejengan, the level of gravity on empty land, dryland in Pakuniran, and settlements in Pakuniran, Tegalsiwalan, and Maron. The research area includes 7 districts in Probolinggo which has an area of ??36,017.68 ha, with a non-critical status of 15,613.22 ha (43.35%). Critical potential 10,942.66 ha (30.38%), rather critical 8,134.56 ha (22.58%). critical 196.23 ha (0.54%) and very critical 1.131.01 ha (3.14%).
Pendampingan Kelompok Tani Hutan Desa Panglungan Dalam Pembibitan Porang (Amarphophallus onchophillus Prain) Purwadi Purwadi; Purnomo Edi Sasongko; Ramdan Hidayat
Jurnal Ilmiah Pangabdhi Vol 8, No 2: Oktober 2022
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/pangabdhi.v8i2.14808

Abstract

Panglungan Village located in Wonosalam District, Jombang, with an altitude of 500 m above sea level, an area of 6.89 km2, and a population of 3,381 people. Most of the people's livelihoods rely on forest products such as coffee, durian, and avocado and a small portion come from dry land. The Panglungan Village community is part of the Forest Farmers Group (KTH) “U.D. Abadi Berkah Porang”, started to build porang nurseries, still on a household scale. The purpose of developing nurseries is to create alternative sources of livelihood that can be developed in the Panglungan Village area and its surroundings. Partner problems are 1). Farmers find it difficult to get porang seeds 2). Farmers' skills in Porang nurseries are still lacking 3). Quality porang seeds are not yet available, 4). The role of KTH “U.D. Abadi Berkah Porang” is not yet optimal. The solution to the problem is 1) Producing porang seedlings, 2). Assisting porang nurseries 3). Assistance with porang seed certification, 4). Empowering KTH "Abadi Berkah Porang" to play a role in helping to increase the economic capacity of the community through porang nurseries. The conclusion of community service activities is using seeds from porang seeds, 50 thousand porang seeds planted, assistance in making demonstration plots for purification of the Madiun-1 variety covering an area of 500 m2, the potential for porang nurseries to increase economic capacity is quite promising. Recommendations for future seed development are required to increase the number of seeds to meet other areas.
SOSIALISASI MANFAAT BISKUIT BEBAS GLUTEN BAGI KESEHATAN DI UD SOFIA COOKIES WIYUNG, SURABAYA Purwadiani Purwadiani; Hadi Munarko; Jariyah Jariyah; Sri Winarti; Kindriari Nurma Wahyusi
Jurnal Pengabdian Pelitabangsa Vol. 3 No. 02 (2022): Jurnal Pengabdian Pelitabangsa Oktober 2022
Publisher : DPPM Universitas Pelita Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37366/jabmas.v3i02.1479

Abstract

Biskuit merupakan salah satu makanan olahan yang cukup populer dan banyak dikonsumsi oleh semua kalangan usia. Bahan utama dalam pengolahan biskuit umumnya adalah tepung terigu. Tepung terigu banyak digunakan untuk membuat adonan karena mengandung protein gluten yang dapat memperbaiki tekstur adonan. Akan tetapi, protein gluten dalam terigu tidak dapat dikonsumsi oleh penderita gluten intoleran, khususnya pada penyandang celiac disease dan Autism Spectrum Disorder (ASD) karena tubuh anak yang menderita autisme memiliki masalah dalam memecah protein gluten. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat biskuit bebas gluten menggunakan tepung mocaf. Sosialisasi biskuit bebas gluten di UD Sofia Cookies diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai biskuit non-terigu yang baik untuk kesehatan dan sangat berpotensi untuk diproduksi seiring dengan meningkatnya isu autisme di Indonesia. Metode yang dilakukan yaitu dengan penyampaian materi yang dibawakan oleh pemateri. Kegiatan sosialisasi berlangsung dengan cukup baik, dilihat dari antusiasme peserta yang cukup tinggi selama kegiatan.
Pengembangan Hilirisasi Porang (Amarphopallus Onchopillus Prain) sebagai Agroindustri Unggulan Jawa Timur Ramdan Hidayat; Purwadi Purwadi; Purnomo Edi Sasongko; Jojo Dwiridhotjahjono
CAKRAWALA Vol 16, No 2: Desember 2022
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32781/cakrawala.v16i2.496

Abstract

Tujuan kajian ini mengembangkan agroindustri bibit unggul, budidaya, kelembagaan petani dan pemasaran, serta peta kapasitas produksi dan areal budidaya porang. Motodologi yang digunakan meliputi 4 kerangka model, yaitu: agroindustri pembibitan, pengembangan budidaya, kelembagaan petani dan pemasaran, serta pemetaan kapasitas produksi pabrik. Hasil kajian menunjukkan: Agroindustri bibit unggul dilakukan melalui perbanyakan spora, katak dan umbi. Pengembangan budidaya porang di Jawa Timur terdapat di 29 Kabupaten dengan luas area budidaya 36.616 ha dan 5 Kabupaten dengan luas areal lebih dari 1.000 ha, diantaranya: Trenggalek, Madiun, Jember, Ponorogo dan Pacitan. Kapasitas produksi 17 perusahaan pengolah umbi menjadi chips, tepung, beras, mie dan tahu sebesar 266.250 ton/tahun. Model tata niaga porang di Jawa Timur meliputi: Pemasaran langsung umbi produksi dan bibit (umbi dan katak). Pemasaran tidak langsung berupa bibit. Model Supply Chain Management agroindustri porang yang proporsional antara petani, pengepul, pabrik dan distributor.
Komoditas Super Strategis Porang dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sumberejo, Pasuruan Praja Firdaus Nuryananda; Jojok Dwiridotjahjono; Purwadi Purwadi
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol 10, No 2 (2022): Jurnal Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37064/jpm.v10i2.12692

Abstract

Abstract: Sumberejo Village in Pasuruan Regency, East Java, is a village that has potential assets in the agricultural and tourism sectors. The agricultural potential in Sumberejo is increasing when the super strategic commodity porang is introduced as a new commodity to be cultivated in Sumberejo through the Sinar Agro Permata farmer group. Porang cultivation aims to advance and increase the income of the agricultural sector and empower farmers in Sumberejo. However, because the porang commodity is a new knowledge for Sinar Agro Permata, the Sinar Agro Permata group is still experiencing confusion and worries about results that are not in line with existing expectations. This scientific article is the result of research on empowering agriculture communities in Sumberejo Village. The research was conducted using a mixed-method presented descriptively and using in-depth interview instruments, participatory observation, focus group discussions, and literature study. The research that has been done has found that the porang commodity has not been able to provide maximum leverage for community empowerment. This commodity has become a new habit for Sinar Agro Permata in Sumberejo, so it requires time and ongoing assistance. With the application of the hexa-helix approach and the behavior drivers model, the research found that there are still three of the six hexa-helix components that have been integrated in this empowerment program. Meanwhile, in the behavior drivers model, this study also found that the Sumberejo community needed driving factors to the individual level to change their mindset, both in terms of farming and as farmers. It still takes time for the empowerment of the Sumberejo community with porang cultivation to reach its maximum point. Even with the role of stakeholders who are required to be collaborative and sustainable.Keywords: behavior drivers model, community empowerment, farmer, hexa-helix, porangAbstract: Desa Sumberejo di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, merupakan desa yang memiliki aset potensial di sektor pertanian dan pariwisata. Potensi pertanian di Sumberejo semakin meningkat ketika komoditas super strategis porang dikenalkan sebagai komoditas baru untuk dibudidayakan di Sumberejo melalui kelompok tani (poktan) Sinar Agro Permata. Budidaya porang bertujuan untuk menambah dan meningkatkan penghasilan sektor agrikultur serta memberdayakan para petani di Sumberejo. Namun demikian karena komoditas porang merupakan pengetahuan baru bagi Sinar Agro Permata, maka poktan Sinar Agro Permata masih mengalami hambatan kebingunan dan kekhawatiran akan hasil yang tidak sesuai dengan ekspektasi yang ada. Artikel ilmiah ini merupakan hasil penelitian terhadap pemberdayaan masyarakat tani di Desa Sumberejo. Penelitian dilakukan menggunakan metode kombinasi yang disajikan secara deskriptif serta menggunakan instrumen wawancara mendalam, observasi partisipatif, focus group discussion, dan studi kepustakaan. Penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa komoditas porang belum bisa memberikan daya ungkit pemberdayaan masyarakat secara maksimal. Komoditas ini terbilang menjadi kebiasaan baru bagi Sinar Agro Permata di Sumberejo, sehingga membutuhkan waktu dan pendampingan yang berkelanjutan. Dengan aplikasi pendekatan hexa helix dan behavior drivers model, penelitian yang dilakukan menemukan bahwa masih tiga dari enam komponen hexa helix yang sudah terintegrasikan dalam program pemberdayaan ini. Sedangkan dalam behavior drivers model, penelitian ini juga menemukan bahwa masyarakat Sumberejo memerlukan faktor pendorong sampai ke tingkat individu untuk melakukan perubahan mindset, baik dalam hal bertani maupun sebagai petani. Masih memerlukan waktu agar pemberdayaan masyarakat Sumberejo dengan budidaya porang menemui titik maksimal. Pun dengan peran stakeholders yang dituntut agar kolaboratif dan berkelanjutan.Keywords: pemberdayaan masyarakat, petani, porang, hexa helix, behavior drivers model
Karakteristik Pupuk Organik Cair Berbasis Limbah Vinasse Melalui Teknologi Aktivasi : Characteristics Of Vinasse Waste-Based Liquid Organic Fertilizer Through Activation Technology Angga Handika Putra; Wanti Mindari; Purwadi Purwadi
Agrocentrum Vol. 1 No. 2 (2023): Agrocentrum
Publisher : Agriculture Faculty - UPN "Veteran Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/agrocentrum.v1i2.13

Abstract

Utilization of vinasse waste as POC has great potential in the agricultural sector. This is because there is an abundance of vinasse waste originating from the bioethanol industry sector. So action is needed so that vinasse waste can be utilized into a profitable product. This research aims to test the potential of vinasse waste if it is processed into POC. Apart from using vinasse waste as the main raw material, the formula also added organic ingredients such as straw ash, humate, husk charcoal and filter cake dregs which were fermented for 5 weeks. Based on the research results, the content of N, P, K and C-organic elements cannot comply with the 2019 Ministry of Agriculture Quality Standards. Meanwhile, the content of Na and pH elements is appropriate, but for Fe only the F2 and F4 T1 treatments can be appropriate.