Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGOLAHAN COKELAT BATANGAN DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG RUMPUT LAUT SEBAGAI PENGGANTI LESITIN Tamrin Tamrin; Nur Asyik; Sri Rejeki; F Faradillah; A Madiki; La Karimuna; La Ode Nafiu; T Saili; La Aba; Sarmin
Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppi.v2i1.516

Abstract

Cokelat batangan adalah salah satu produk olahan sekunder dari biji kakao kering. Cokelat batangan banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, namun proses pengolahannya belum banyak diketahui sehingga praktek penjualan langsung biji kakao kering masih lazim di masyarakat, walaupun diketahui UU nomor 13 tahun 2014 tentang perindustrian telah mengamanahkan proses percepatan hilirisasi produk. Proses pengolahan cokelat batangan umumnya menggunakan pengemulsi lesitin soya yang harus dibeli dari luar Sulawesi Tenggara. Sementara beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara dikenal sebagai wilayah penghasil rumput laut yang dalam bentuk tepung dapat digunakan sebagai pengganti lesitin. Oleh karena itu dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi dan pelatihan pengolahan cokelat batangan menggunakan tepung rumput laut sebagai pengganti lesitin soya. Kegiatan ini dilaksanakan di Pusat Pengembangan Kompotensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu LPPM Universitas Halu Oleo Kendari. Metode kegiatan dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi dan penyampaian materi, diskusi dan praktek pengolahan cokelat batangan dari biji kakao kering dengan penambahan tepung rumput laut. Peserta terdiri dari pelaku industri kecil pengolahan kakao Desa Malaha Kabupaten Kolaka dan Desa Ngapa (Kabupatan Kolaka Utara) serta beberapa anggota Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera dari beberapa desa di kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara. Diakhir kegiatan dihasilkan produk cokelat batangan yang dikemas dan diberi label Sultan Cokelat (yang merupakan akronim dari Sulawesi Tenggara Negeri Cokelat. Peserta dapat mengerti dan memahami proses pengolahan cokelat batangan yang terlihat dari produk yang dihasilkan pada saat kegiatan praktek, sehingga diharapkan kegiatan ini dapat dilanjutkan dan diduplikasi ditempatnya masing-masing terutama oleh pelaku industri dari Desa Malaha dan Desa Ngapa.
PENGOLAHAN KULIT DAN ISI BUAH NAGA MENJADI PRODUK BEREKONOMIS TINGGI DI DESA POTUHO JAYA KECAMATAN LALEMBUU KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Jurnal Pepadu; Sri Rejeki; Mariani L Mariani; R. H. Fitri Faradilla; Waode Rachmasari Ariani; Restu Libriani
Jurnal Pepadu Vol. 4 No. 1 (2023): Jurnal Pepadu
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v4i1.2243

Abstract

Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan pelatihan, pendampingan dan penyuluhan kepada petani buah naga di Desa Potuho Jaya, Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan tentang pengolahan kukit dabpn isi buah naga. Metode pelaksanaan yang digunakan yaitu ceramah dan diskusi, demonstrasi, dan metode pendampingan dengan maksud dapat mengembangkan kreativitas pada mitra desa. Diharapkan setelah dilakukannya program pengabdian ini, para peserta memiliki pengetahuan dan wawasan sebagai pengusaha kecil yang terampil untuk berinovasi dan menambah kreativitas dalam pengelolaan industrinya yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi keluarga agar menjadi lebih baik.
PENINGKATAN SITOKIN INTERFERON GAMA TIKUS WISTAR SETELAH DIBERIKAN EKSTRAK ETANOL BUAH Etlingera rubroloba A.D. Poulsen SEBAGAI IMUNOSTIMULATOR : INCREASED INTERFERON-GAMMA CYTOKINES IN WISTAR RATS TREATED WITH Etlingera rubroloba A.D. Poulsen FRUITS ETANOL EXTRACT AS IMMUNOSTIMULATORS Muhammad Ilyas Y.; Fadhliyah Malik; Wahyuni; Asriullah Jabbar; Faradilla; I Sahidin; Nurhikma
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i2.738

Abstract

Etlingera rubroloba A.D. Poulsen (E. rubroloba) merupakan tumbuhan endemik di Sulawesi Tenggara, dan secara empris oleh masyarakat etnis Wawonii digunakan untuk menyembuhkan demam tifoid dan meningkatkan daya tahan tubuh (imunostimulator), secara ilmiah terbukti meningkatkan aktivitas fagositosis sel makrofag sehingga berpotensi dikembangkan sebagai imunomodulator alami. Tujuan penelitian yaitu mengetahui efek imunostilator ekstrak etanol buah E. rubroloba dengan, mengukur peningkatan kadar Interferon gama (IFN-?) pada tikus wistar. Metode penelitian ini yaitu eksperimental menggunakan 24 tikus wistar jantan, dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yaitu ekstrak dosis 200, 300, 400 (mg/kgBB), kontrol positif (ekstrak meniran komersil), kontrol pelarut (Na.CMC 0,5%), dan kontrol normal. Perlakuan diberikan secara peroral setiap hari, selama 7 hari, hari kedelapan hewan uji diinfeksikan secara intraperitonial bakteri Staphylococcus aureus. Kadar IFN-? dianalisis dengan metode Elisa sandwich, dan data diuji statistik dengan ANOVA satu arah. Penelitian ini memberikan hasil bahwa, perlakuan ketiga dosis ekstrak etanol dari buah E. rubroloba berefek sebagai imunostimulator, dengan meningkatkan  kadar IFN-?, dan secara statistik berbeda bermakna terhadap kontrol pelarut (p<0,05), sehingga tumbuhan ini menjadi salah satu alternatif agen imunomodulator dari alam yang dapat dikembangkan.  Kata Kunci : Buah Etlingera rubroloba, ekstrak etanol, Interferon gama,  Imunodulator, tikus wistar.
Production of Micro Crystalline Cellulose from Tapioca Solid Waste: Effect of Acid Concentration on its Physico-chemical Properties Ansharullah Ansharullah; Nur Muhammad Abdillah Saenuddin; RH Fitri Faradilla; Asranuddin Asranudin; Asniar Asniar; Muhammad Nurdin
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Vol 23, No 5 (2020): Volume 23 Issue 5 Year 2020
Publisher : Chemistry Department, Faculty of Sciences and Mathematics, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2262.363 KB) | DOI: 10.14710/jksa.23.5.147-151

Abstract

This study was aimed to examine the production of microcrystalline cellulose (MCC) from tapioca solid waste (TSW), using HCl hydrolysis with various concentrations, i.e., 2 N, 2.5 N, 3 N, and 3.5 N. MCC was produced by delignifying the TSW with NaOH 20%, and bleaching with NaOCl 3.5% to produce α-cellulose, and subsequently hydrolyzing α-cellulose with three different HCl concentrations to produce MCC. The physicochemical properties of MCC were then analyzed, including Scanning Electron Micrograph (SEM), X-ray diffraction (XRD), and FTIR spectra. The results showed that hydrolysis with 2.0 N HCl resulted in a higher yield of 61.28%, α-cellulose content of 56.33%, moisture 6.25%, pH of 6.54; ash 0.23%, and water solubility 0.34%. SEM analysis showed the morphology and size of the MCC produced were like those of a commercial MCC (Avicel PH101), while the XRD analysis showed the higher concentration of HCl gave rise to an increased crystalline index. FT-IR spectrum analysis indicated that TSW, MCC produced, and commercial MCC had similar functional groups.
ANALISIS PENGARUH UMUR PERKECAMBAHAN DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP NILAI ORGANOLEPTIK DAN MUTU TEMPE KECAMBAH KEDELAI Elfira Hamidsu; Ansharullah Ansharullah; RH Fitri Faradilla
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 8, No 4 (2023): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jstp.v8i4.43264

Abstract

ABSTRACT This study aimed to study the effect of germination age and fermentation time on organoleptic characteristics, nutritional content, and antioxidant activity of soybean sprout tempeh. The research method used a completely randomized design (CRD) with two factors, namely germination age and fermentation time, which consisted of three treatments, each treatment consisting of three replications. Germination age is symbolized by (K) which consisted of three treatments, namely soybeans without germination (K0), 24-hour germination (K1), and 48-hour germination (K2). Fermentation time was symbolized by (F) consisting of three treatments, namely 24-hour fermentation (F1), 48-hour fermentation (F2), and 72-hour fermentation (F3). The results show that the best treatment was obtained from the K2F2 treatment (48-hours germination; 48-hours fermentation) containing 65.58% moisture, 1.24% ash, 14.44% protein, 12.73% fat, 6.01% carbohydrates, and has antioxidant activity with an IC50 value of 158.15 ppm. The moisture, ash, and fat contents of the K2F2 soybean sprout tempeh met the quality requirements of SNI 3144: 2009 national standard. Key words: soybean sprouts tempeh, germination time, fermentation time ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh umur perkecambahan dan lama fermentasi terhadap karakteristik organoleptik, kandungan gizi dan aktivitas antioksidan tempe kecambah kedelai. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktor yaitu umur perkecambahan dan lama fermentasi, yang terdiri dari 3 perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Umur perkecambahan disimbol kandengan (K) yang terdiridari 3 perlakuan, yaitu kedelai tanpa perkecambahan (K0), perkecambahan 24 jam (K1) danperkecambahan 48 jam (K2). Lama fermentasi disimbolkan dengan (F) terdiri dari 3 perlakuan, yaitu fermentasi 24 jam (F1), fermentasi 48 jam (F2) dan fermentasi 72 jam (F3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik diperoleh dari perlakuan K2F2 (perkecambahan 48 jam; fermentasi 48 jam) memiliki kandungan kadar air 65,58%, kadar abu 1,24%, kadar protein 14,44%, kadar lemak 12,73%, karbohidrat 6,01% dan memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 158,15 ppm. Berdasarkan hasil peneltian, kadar air, kadar abu dan kadar lemak tempe kecambah kedelai (K2F2) telah memenuhi syarat mutu SNI 3144: 2009. Kata kunci: tempe kecambah kedelai, umur perkecambahan, lama fermentasi.
BIMBINGAN TEKNIS PROSES PRODUK DAN SERTIFIKASI HALAL BAGI PELAKU USAHA PANGAN MIKRO KECIL DI DESA NAPALAKURA KABUPATEN MUNA RH. Fitri Faradilla; Sitti Leomo; H Saediman; Sri Rejeki
HIRONO : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 1 (2023): 2023 April
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Hein Namotemo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55984/hirono.v3i1.132

Abstract

Napalakura Village is a village that is famous for its processed fish products, such as shredded fish, fish sauce, and frozen fishery products. These products have high selling power and have the potential to be marketed outside the island of Muna. However, most of the food products produced in Napalakura Village and its surroundings are still not halal certified. For this reason, technical guidance on the product process and halal certification is carried out with the aim that these products are guaranteed halal and do not experience obstacles to be marketed. This training is carried out with a series of activities consisting of (a) counseling on halal materials and production processes; (b) assistance in the process of making halal certificates. The results of this training are a) increasing knowledge about halal materials and production processes; b) the food products produced are certified. The results of this training evaluation show that there has been an increase in knowledge and the issuance of halal certificates from technical guidance participants.
INOVASI PENGEMBANGAN BIOPLASTIK BERBASIS AIR KELAPA DI DESA LABUKO KECAMATAN WAKORUMBA BUTON UTARA Sri Rejeki; RH Fitri Faradilla; Mariani L; Ilian Elvira; Restu Libriani
HIRONO : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 2 (2023): 2023 Oktober
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Hein Namotemo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55984/hirono.v3i2.153

Abstract

Napalakura Village is a village that is famous for its processed fish products, such as shredded fish, fish sauce, and frozen fishery products. These products have high selling power and have the potential to be marketed outside the island of Muna. However, most of the food products produced in Napalakura Village and its surroundings are still not halal certified. For this reason, technical guidance on the product process and halal certification is carried out with the aim that these products are guaranteed halal and do not experience obstacles to be marketed. This training is carried out with a series of activities consisting of (a) counseling on halal materials and production processes; (b) assistance in the process of making halal certificates. The results of this training are a) increasing knowledge about halal materials and production processes; b) the food products produced are certified. The results of this training evaluation show that there has been an increase in knowledge and the issuance of halal certificates from technical guidance participants