Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Keanekaragaman Jenis Arthropoda Permukaan Tanah di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas Juan Setiawan; Fujianor Maulana
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 5 No 1
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.239 KB) | DOI: 10.33654/jph.v5i1.647

Abstract

Arthropoda merupakan filum terbesar yang mendominasi kerajaan hewan, hal ini disebabkan karena kemampuannya untuk dapat hidup diberbagai tempat dan mampu beradaptasi dengan baik. Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas memiliki tanah yang cukup subur dan juga masih memiliki kawasan hutan yang cukup alami. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keanekaragaman Arthropoda permukaan tanah Di Desa Banua Lawas Kecamatan Banua Rantau. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 6 bulan. Sampel penelitian ini adalah Arthropoda permukaan tanah yang terperangkap. Jenis dalam penilitian ini adalah penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara observasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dangan cara menggunakan Pitfall trap (perangkap jebakan) untuk menjebak Arthropoda permukaan tanah. Dari hasil penelitian di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas didapat 11 jenis spesies Indeks keanekaragaman Arthropoda sedang dengan nilai H’=1,98. Kemelimpahan tertinggi ditempati oleh Componatos pisceus dengan nilai penting 34,32 sedangkan kemelipahan terendah ditempati Phyllophaga sp dengan Nilai Penting 2,79.
Keanekaragaman Jenis Dan Kemelimpahan Amfibi Di Desa Muning Dalam Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Muhammad Alfian Syarif; Fujianor Maulana
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 4 No 4
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.801 KB) | DOI: 10.33654/jph.v4i4.649

Abstract

Persawahan merupakan salah satu habitat yang cocok dengan kehidupan Amfibi, hal ini disebabkan oleh temperatur suhu lingkungan sawah yang cocok dengan metabolisme Amfibi. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Amfibi tentu saja berdampak besar bagi ekosistem dan Keanekaragaman Jenis lain yang hidup di habitat tersebut. Dengan menjaga kelestarian habitatnya, maka suatu jenis mampu bertahan terhadap gangguan-gangguan alami. Tujuan pnelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis Amfibi (Ordu Anura)dan bagaimana besar Keanekaragaman jenis dan Kemelimpahan jenis Amfibi yang terdapat di Persawahan Desa Muning Dalam Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi langsung. Penelitian dilakukan di malam hari dengan durasi waktu 3 jam, dengan menetukan titik hitung panjang jalur line transek berjumlah 5 buah. Desa Muning Dalam merupakan salah satu daerah persawahan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan . persawahan merupakan habitat yang cocok dengan kehidupan amfibi, hal ini di sebabkan oleh temperatur suhu lingkungan sawah yang cocok dengan metabolisme tubuh amfibi. Area persawahan Desa Muning Dalam menggunakan sistem tumpang sari yakni menanam tumbuhan lain disekitar pematang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebelumnya, persawahan Desa Muning Dalam yang di sela-sela dengan perumahan penduduk dan berbatasan langsung dengan jalan raya. Ditinjau dari lokasi penelitian tersebut, diperkirakan lebih dari satu jenis amfibi yang hidup di Desa Muning Dalam. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman dan kemelimpahan jenis amfibi di persawahan Desa Muning Dalam kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Hasil penelitian ditemukan 3 jenis amfibi yaitu Bufo Asper, Rana erythraea,Fejervarya cancrivora. Keanekaragaman jenis amfibi yaitu 0,89 yang masuk kategori rendah, serta Kemelimpahan jenis amfibi tertinggi ditempati oleh fajervarya cancrivora (katak sawah) dengan jumlah 43 ekor , sedang Rana erythraea (kongkang gading) dengan jumlah 25 dan terendah Bufo asper (kodok puru besar) dengan jumlah 12 ekor.
Kepadatan Populasi Capung Sambar Hijau (Orthetrum Sabina) Pada Persawahan di Desa Karang Buah Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala Antung Safrudin; Fujianor Maulana
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 6 No 2
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.819 KB) | DOI: 10.33654/jph.v6i2.1047

Abstract

Desa Karang Buah Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala terdapat Area persawahan yang digunakan masyarakat untuk perkebunan dan pertanian, yang memungkinkan keberadaan jenis capung yaitu capung Sambar hijau (Orthetrum Sabina). Dikawasan tersebut juga terdapat pekarangan rumah yang digunakan sebagai tempat menanam jeruk dan sebagai tempat penyemaian anak padi serta terdapat pohon galam. Dengan keadaan pekarangan tersebut, diperkirakan akan berpengaruh langsung kepada populasi jenis capung yang tergantung pada habitat akuatik dan keberadaan vegetasi di sekitarnya, salah satunya seperti jenis capung Sambar hijau (Orthetrum Sabina). Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif (Tehnik jelajah dengan menggunakan jaring insekta), dan Produk yang diharapkan yaitu menghasilkan buku saku. Lokasi penelitian adalah dikawasan persawahan Desa Karang Buah Kecamatan Belawang Kabupaten Barito Kuala.Teknik pengambilan sampel di lokasi pengamatan dengan luas 100 Meter dan lebar 100 Meter, dengan jarak antara titik pengamatan masing-masing 3 Meter. Hasil penelitian Populasi jenis capung sambar hijau (Orthetrum Sabina) yang ditemukan pada pagi hari pukul 08:00-10:00 dalam 10 titik pengambilan sampel pada persawahan dengan jumlah 23 ekor capung dengan kisaran Kelembapan Udara 73-79,4(%) Suhu Udara 30-31( Intensitas Cahaya 17,58-19,90(Lux), Kecepatan Anginnya 0,2 Dan pada sore hari pukul 15:00-17:00 dalam 10 titik pengambilan sampel pada persawahan dengan jumlah 40 ekor capung dengan kisaran Kelembapan Udara 67,7-70(%) Suhu Udara 28,3-30,7( Intensitas Cahaya 17,45-33,0(Lux) dan Kecepatan Anginnya 0,1 .
Bioprospek Sungai Biuku Desa Selanjung Sebagai Desa Wisata Edukasi Alam Nana Citrawati Lestari; Fujianor Maulana
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 6 No 4
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.397 KB)

Abstract

Sungai Biuku adalah salah satu sungai yang masih tersisa di kota Banjarmasin yang mana pemanfaatannya hanya sebatas menjadi jalur lalu lintas perairan padahal sungai ini masih menyimpang potensi sumber daya hayati yang sangat besar dan Bioprospeksi dapat digunakan sebagai alternatif strategis pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan melalui program desa wisata Pendidikan alam. Potensi bioprospeksi dapat diketahui dua cara yaitu melalui cara tradisional dan ilmiah. Banyak sumberdaya hayati di Indonesia telah diketahui potensinya melalui kedua cara tersebut. Potensi spesies-spesies tersebut perlu dilakukan penilaian ekonomi sehingga konsep bioprospeksi dapat diterapkan secara formal dalam pengelolaan hutan. Indonesia memiliki berbagai spesies endemik dan non-endemik berpotensi bioprospeksi yang perlu dikelolah secara baik yaitu bernilai ekonomi tinggi dan berwawasan lingkungan sehingga dapat menggantikan bidang perkayuan. Pengelolaan dengan sistem bioprospeksi dapat dilakukan di Indonesia sehubungan dengan potensi sumberdaya hayatinya yang banyak. Penerapan konsep ini diperlukan landasan hukum oleh pemerintah pusat atau daerah. Dalam kaitannya dengan undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah pengelolaan sumberdaya alam dapat dilakukan oleh pemerintah daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara survei di beberapa titik di Sungai Biuku. Observasi lapangan dengan pengambilan sampel flora dan fauna dengan menggunakan berbagai alat pengukuran faktor lingkungan dan perangkap hewan. Ditemukan 69 jenis flora dan fauna yang didapatkan sebagai potensi Bioprospek yang terdiri dari 63 spesies flora dan 6 spesies fauna. Bioprospek yang didapatkan berpotensi dimanfaatkan dibidang farmakologi, toksikologi dan pangan.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Sebagai Alternatif Konsumsi Bekantan (Nasalis Larvatus) di Desa Lawahan Kabupaten Tapin Abdilah Syarif; Fujianor Maulana
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 5 No 4
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.568 KB)

Abstract

Bekantan dengan nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah maskot fauna Kalimantan Selatan Pohon khas hutan Kalimantan yang buahnya merupakan makanan favorit dari bekantan yaitu buah rambai. Hampir setiap orang hanya mengetahui buah rambai saja yang menjadi makanan dari bekantan tersebut. Pulau Bekantan di Desa lawahan adalah pulau yang berada di antara dua perusahaan besar yaitu perusahaan sawit dan batu bara yang kemudian dikelola oleh perusaan batu bara dan dijadikan Ekowisata penangkaran Bekantan. Pulau ini dikelilingi oleh sungai buatan yang dijadikan tempat tranportasi pengiriman batu bara. Pulau ini memiliki luas 71 Ha, di pulau ini tidak terdapat pohon-pohon besar dikarenakan kebakaran sehingga yang ada hanyalah jenis-jenis tumbuhan paku dan teratai saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alternative jenis -jenis tumbuhan sebagai konsumsi Bekantan agar penyebaran Bekantan yang ada di Kalimantan Selatan dapat diperbanyak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif dengan tekhnik pengamatan langsung secara jelajah. Mengamati jenis tumbuhan yang dikonsumsi Bekantan di Desa lawahan. Melakukan pengamatan Bekantan dengan memfoto Bekantan yang sedang makan dan jenis tumbuhan yang dimakan kemudian mencatat setiap jenis tumbuhan yang dijadikan konsumsi oleh Bekantan. Dan Melakukan wawancara kepada pengurus pulau Bekantan di Desa Lawahan. Hasil penelitian ini menunjukan ada 15 jenis tumbuhan yang menjadi konsumsi Bekantan, yakni galam, papisangan, karamunting, kalakai, kakait, pulantan, kariwaya, belaran, kasisap, jeutung, mangobi, halaban, kembang teratai, pindrang dan nanangkaan dengan tingkat kesukaan yaitu sangat suka, suka dan biasa. Morfologi tumbuhan yang menjadi konsumsi bekantan yaitu bagian pucuk, daun muda, batang muda, buah, bunga dan umbut.
Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Budidaya Itik Alabio (Anas Platurynchos Borneo) di Desa Mamar Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai Bahan Pembuatan Booklet untuk Bahan Ajar Biologi Rukayatun Nisa; Fujianor Maulana
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 7 No 1
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.954 KB)

Abstract

Kabupaten Hulu Sungai Utara terkenal dengan lahan rawanya yang banyak dimanfaatkan untuk beternak itik Alabio dan merupakan suatu kearifan lokal ciri khas Provinsi Kalimantan Selatan. Budidaya itik Alabio merupakan warisan turun-temurun yang sangat dijaga kelestariannya hingga saat ini. Namun, tidak banyak masyarakat bahkan peserta didik yang tahu akan keberadaan itik Alabio yang menjadi salah satu kearifan lokal yang kita miliki. Melihat kurangnya pengetahuan maka diperlukan perancangan komunikasi visual berupa booklet untuk memperkenalkan budidaya itik Alabio di lahan rawa sebagai salah satu warisan budaya Kalimantan Selatan. dari penelitian dan pengembangan ini untuk mengetahui bagaimana budidaya itik Alabio, mengkaji nilai-nilai kearifan lokal melalui budidaya itik Alabio, dan menghasilkan booklet yang berguna bagi peserta didik untuk bahan ajar Biologi, serta berguna bagi masyarakat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini terdiri dari dua tahap. Tahap I adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Mamar. Sedangkan sampelnya adalah peternak itik Alabio di desa tersebut. Tahap II adalah pengembangan bahan ajar Biologi yang berbentuk booklet yang disesuaikan dengan kurikulum 2013. Validasi terhadap booklet dilakukan oleh ahli materi, ahli media, dan uji coba keterbacaan kelompok kecil yang dilakukan oleh peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Hulu Sungai Tengah. Hasil penelitian dan pengembangan yang sudah dilakukan diperoleh nilai kearifan lokal yang terdapat di setiap proses budidaya yaitu nilai kedisiplinan, nilai kemandirian, nilai keindahan, nilai kerapian, nilai kebersihan, nilai keamanan, nilai kreativitas, nilai pelestarian, nilai pengetahuan, nilai kebermanfaatan, nilai keberlanjutan, nilai kesabaran dan nilai imanen. Hasil validasi oleh ahli materi terhadap booklet yang dikembangkan sebesar 88,46% dan termasuk dalam kualifikasi valid. Hasil validasi oleh ahli media terhadap booklet yang dikembangkan sebesar 97,22% dan termasuk dalam kualifikasi valid. Hasil uji coba keterbacaan booklet yang dilakukan peserta didik SMP Negeri 1 Hulu Sungai Tengah kelas VII diperoleh nilai sebesar 89,09% dan termasuk dalam kategori sangat baik.
KEANEKARAGAMAN KUPU - KUPU DI DESA UJUNG BATU KECAMATAN PELAIHARI KABUPATEN TANAH LAUT Abdul Hamid; Fujianor Maulana
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 7 No 4
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.86 KB) | DOI: 10.33654/jph.v7i4.1599

Abstract

Kupu-kupu merupakan bagian dari kekayaan hayati yang harus dijaga kelestariannya. Kupu-kupu adalah serangga yang termasuk dalam ordo Lepidoptera, artinya serangga yang hampir seluruh permukaan tubuhnya tertutupi oleh lembaran-lembaran sisik yang memberi corak dan warna sayap kupu-kupu. Kupu-kupu juga memberi andil yang sangat berarti dalam mempertahankan keseimbangan alam dengan bertindak sebagai penyerbuk pada proses pembuahan bunga bersama hewan penyerbuk lainnya. Desa ujung Batu merupakan salah satu desa dengan berbagai tipe habitat yang mendukung keberlangsungan hidup Kupu-Kupu. Tujuan dilakukannya penelitan ini adalah untuk mengetahui jenis Kupu-kupu dan bagaimana keanekaragaman kupu-kupu di Desa Ujung Batu Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. pengambilan sampel diakuan dengan menggunakan metode Garis Transek atau Line Transect. Area penelitian dibagi menjadi tiga Zona. Kupu-Kupu ditangkap menggunakan jaring dan diidentifikasi berdasarkan analisis morfologi. Teknik analisis data menentukan jenis dengan buku identifikasi Lilies, Untuk mengetahui keankearagaman dapat di hitung dengan Indeks Diversitas (Odum, 1996). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 18 jenis kupu-kupu di Desa Ujung Batu Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Jenis yang ditemukan tergolong ke dalam 5 famili, yaitu 9 Spesies Nymphalidae, 4 Spesies Pieridae, 3 Spesies Papilionidae, 1 Spesies Lycaenidae dan 1 spesies Hesperiidae. Dari 18 jenis Kupu-kupu tersebut didapatkan indeks keanekaragaman yang tergolong dalam kategori sedang dengan nilai Hˈ sebesar 2,65.
Peran Komunitas Arthropoda Tanah dalam Upaya Pelestarian Agroforestri Berbasis Sengon dengan Tanaman Budidaya Porang (Amorphopallus muelleri Blumei) Fujianor Maulana
Rawa Sains: Jurnal Sains STIPER Amuntai Vol 5 No 1 (2015): Edisi Juni
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36589/rs.v5i1.44

Abstract

Land-use change forest conversion and poor land management have damaged forest ecosystem. It is automatically disturbing the components in the forest ecosystem, among other soil arthropods. Therefore, environmental friendly land management system is required. One such system is Sengon-based Agroforestry with Porang Cultivation. The objective of research is (1) to understand the structure and function of soil arthropods in the Porang and non-Porang lands; Research is conducted at KPH Saradan, Madiun Regency. Two locations are chosen, Agroforestry land with Porang cultivation and non-Porang Agroforestry land. Method of research is observational survey. Sampling technique toward Arthropod is Pitfall Trap. Result of research indicates that the diversity of soil Arthropods family in the Porang land is counted to 27 families, while in the non-Porang land, 30 families of soil Arthropods are estimated. Shannon-Wienner Diversity Index in the non-Porang land is in low category with H>1 (1.32), while the diversity index in the Porang land is in very low category with H<1 (0.83). Bray-Curtis Index, which is measuring the similarity of two compositions of land community in the Porang and non-Porang lands, is counted to 0.91, submitting to the category of not different. The community of land Arthropods in the Porang land plays some roles such as soil decomposer (57 %), litter transformer (22%), and predator (21%). The roles of litter transformer and predator have similar rate (26 %).
PEMANFAATAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL OLEH SUKU DAYAK MA’AYAN DESA KALAMUS KECAMATAN PAKU KABUPATEN BARITO TIMUR Natalia Jepriani; Fujianor Maulana
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 8 No 2
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Etnobotani (dari “etnologi”- kajian mengenai budaya,dan “botani”-kajian mengenai tumbuhan) adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan Antara menusia dan tumbuhan. Studi mengenai pengetahuan masyarakat lokal tentang botani disebut etnobotani. Ilmu etnobotani berkisar pada pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh orang-orang di sekitarnya, pada aplikasinya mampu meningkatkan daya hidup manusia. Indonesia memiliki budaya pengobatan tradisional termasuk penggunaan tumbuhan obat sejak dulu dan dilestarikan secara turun-temurun. Jenis penelitian deskriptif ini menggunakan metode Nonprobability Sampling. Nonprobality sampling adalah tehnik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tujuan penelitian ini yang pertama untuk mengetahui jenis-jenis tanaman obat yang ada di Desa Kalamus Kecamatan Paku, untuk mengetahui bagian dari tanaman obat yang sering digunakan oleh suku Dayak Ma’ayan dan yang terakhir untuk mendeskripsikan cara pemanfaatan tanaman obat yang dilakukan oleh suku Dayak Ma’ayan. Hasil dari penelitian dilapangan menunjukan; 1) Terdapat 27 jenis dari 26 famili tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Kalamus Kabupaten Paku sebagai obat tradisional, yaitu Ciplukan, tembelekan, ketepeng cina, gadung, mengkudu, daun sendok, putri malu, andong, meniran, lengkuas, tunjuk langit/jajalakan, bawang Dayak, cocor bebek, ilalang, jeruk nipis, daun prasman, knyit, nanas kerang, sirih, pegagang, gandaria, serai merah, kecombrang, akar kelapa, akar pinang, baroco dan bunga rosela. 2) Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan tradisional yaitu akar, daun, buah, bunga, tangkai, kulit batang dan rimpang. Terdapat 47 penyakit yang dapat disembuhkan menggunakan bagian dari tumbuhan berkhasiat obat yaitu, diabetes, paru-paru, hipertensi, epilepsi, kolestrol, bisul, disentri, amandel, batuk, rematik, sariawan, kecing darah, muntah darah, anyang-anyangan, bau badan, haid tidak teratur, maag, anemia, borok, melena, mimisan, keputihan, asma, demam, berdarah, panu, batu saluran kencing, rabies, malaria, rabun senja,sulit tidur, campak, iritasi mata, diare,muntaber, hepatitis, luka baru, sakit pinggang, ketombe, masuk angin, infeksi saluran kencing, sembelit, asam urat dan sakit kepala. 3) pengolahan tumbuahan obat tradisional dilakukan dengan berbagai cara diantaranya : direbus, dikeringkan, digosok, digiling, atau dihaluskan, dibakar, diremas, dimakan dan di aplikasikan langsung pada bagian yang sakit.
SOSIALISASI PEMBELAJARAN BERDEFERENSIASI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID DALAM MERDEKA BELAJAR Rezky Nefianthi; Rabiatul Adawiyah; Fujianor Maulana; Bayu Hari Mukti; Akhmad Syarwani; I Made Darmayasa Wilantara
Bakti Banua : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2023): BAKTI BANUA : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia (STIMI) Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.168 KB) | DOI: 10.35130/bbjm.v4i1.437

Abstract

Kebijakan Merdeka Belajar merupakan upaya untuk mentransformasi pendidikan di Indonesia agar menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan memiliki Profil Pelajar Pancasila. Merdeka belajar memberikan kebebasan kepada sekolah, guru, dan murid dalam berinovasi dan bertindak dalam proses belajar mengajar. Guru sangat dianjurkan untuk tidak bersikap monoton dan berorientasi pada guru saja dalam mewujudkan merdeka belajar. Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan salah satu cara untuk mewujudkan merdeka belajar dengan membantu siswa dengan kebutuhan akademik dan gaya belajar yang berbeda dan menjamin semua siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang berbeda.Sosialisasi pembelajaran berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan murid dalam merdeka belajar sangat penting perannya. Hal ini memberikan pengetahuan guru untuk memenuhi kebutuhan murid dalam pelaksanaan proses belajar mengajar baik secara tatap muka maupun secara daring. Program pengabdian kepada masyarakat ini dapat terealisasi berkat bantuan rekan-rekan Mahasiswa yang masuk dalam TIM pengabdian. Diharapkan kegiatan PKM semacam ini bisa dilanjutkan guna membantu para guru dalam mempersiapkan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan murid dalam merdeka belajar sesuai tuntutan pemerintah. Salah satu nilai dan peran guru penggerak adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan potensi murid. Kepala sekolah berharap program ini bisa membantu para guru dalam mempersiapkan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan murid dalam merdeka belajar.