Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Aplikasi lost wax casting pada pembuatan screw ortopedi : Application of lost wax casting for manufacturing of orthopedic screw Moh Nor Ali Aziz; Rusnaldy; Paryanto; Patrick Munyensanga
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia Vol. 2 No. 3 (2019): Desember
Publisher : Badan Kerja Sama Pendidikan Metalurgi dan Material (BKPMM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Orthopedic screws are generally manufactured using CNC machines, but these machines are complex and expensive. Orthopedic screws are included in the special product category from its non-corrosive, not easily distorted and have better accuracy than other screws in general; so, it presents a high selling price. To overcome this challenge; the manufacturing process needs to be analyzed. The lost wax casting process gives production process of screw with accepted measures. This paper discusses the results of the dimensional analysis of casting where the process of casting lost wax begins with making the wax pattern mould. Furthermore, the designed assembly tree is smeared and poured in the ceramic pulp until it hardens. The heating process is useful to dilute the wax pattern before the pouring is successful. The main catalyst for good orthopedic screws is magnesium. The pouring process is needed specifically on this material which is easily oxidized or easily increased if the pouring process is in the open room. To avoid this, the material considered to be used is lead and this process is preferred to develop lost wax casting for manufacturing screws that produce small dimension products with high accuracy.
OPTIMALISASI BESARNYA SUDUT POTONG PAHAT PADA PROSES ROUGHING AISI 1040 MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA . Paryanto; . Rusnaldy; Yusuf Umardani; Norman Iskandar
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2010): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 1 2010
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pemesinan dengan gaya pemotongan yang kecil akan menurunkan pemakaian daya listrik, meningkatkan kualitas produk dan menurunkan laju keausan pahat. Salah satu cara yang dilakukan untuk menurunkan gaya pemotongan adalah dengan mengoptimasi besarnya sudut potong pahat. Selama proses roughing gaya pemotongan relatif tinggi, dan umumnya menggunakan sudut potong pahat negatif. Pada makalah ini dibahas pengaruh besarnya sudut potong pahat negatif pada proses bubut tehadap gaya pemotongan, dengan tujuan untuk mengetahui besarnya sudut potong pahat yang paling optimal. Metode penelitian dilakukan dengan pemodelan menggunakan sofware Finite Element Method (FEM) dan material yang digunakan adalah baja AISI 1040. Simulasi dilakukan pada sudut potong -15° sampai 0°. Hasil dari simulasi kemudian dibandingkan dengan hasil empirik berdasarkan pendekatan dari Kienzle dan hasil eksperimental oleh Günay, M., dkk (2005). Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa gaya pemotongan akan menurun sebanding dengan pergerakan sudut potong pahat dari -15⁰ sampai 0⁰, sedangkan perbedaan hasil simulasi FEM dengan hasil empirik adalah 12,94% dan dengan hasil eksperimen adalah 16,10%. Kata kunci: sudut potong pahat, gaya pemotongan, FEM, roughing, bubut.
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PRODUK HASIL PROSES MICRO FORGING PADA MATERIAL ALUMINIUM, DENGAN SISTEM CLOSED DIE FORGING PADA KONDISI COLD DAN HOT WORKING SECARA EKSPERIMENTAL DAN ANALISA DENGAN FEM Norman Iskandar; . Rusnaldy; Ismoyo Haryanto; . Paryanto
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2011): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2 2011
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seiring perkembangan teknologi, komponen yang berskala kecil-micro semakin luas digunakan. Hal ini menjadikan tantangan baru, karena ternyata karakteristik dasar maupun prosesnya tidaklah sama ketika suatu material dibuat dalam bentuk yang sama namun dimensi ukurannya berbeda. Hal-hal yang kadang tidak signifikan dalam pembuatan  produk berdimensi besar, ternyata sangat signifikan pada produk yang dibuat dalam dimensi mini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan karakteristik dari produk yang terbuat dari material aluminium murni guna pembuatan komponen micro dengan menggunakan proses forging, sistem closed die forging yang dikerjakan pada kondisi Cold workong dan Hot working. Kondisi cold working  dalam temperatur ruangan 20oC  sedangkan kondisi hotworking pada temperatur 200oC dan dengan menggunakan variasi pembebanan 75N,85N, 95N, 105N, 115N, 125N. Serta set up ketinggian jatuh beban setinggi 25mm. Penelitian dilakukan dengan cara eksperimen dan dengan penggunaan Software berbasis FEM Deform 2D. Kata kunci: micro forging, aluminium, closed die, FEM
EFFECT OF AIR JET COOLING ON SURFACE ROUGHNESS AND TOOL WEAR Paryanto Rusnaldy dan Tony S. Utomo
Jurnal Teknosains Vol 1, No 2 (2012): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/teknosains.5976

Abstract

The main goal of this work is to investigate the use of air jet cooling on machining process. Surface roughnessand tool are chosen as parameter to analyze of air jet cooling effects; and turning process with AISI 1010 materialused in the experimental study. Surface roughness was measured for several air jet pressures and in two air jetpositions. Every five minutes of machining time, tool wear was measured until reach 30 minutes. Initial resultsshow that the use of air jet cooling with proper selection of position and pressure; possible to reduce tool wear andto increase surface roughness.
PENGARUH TEBAL RODA KERETA TERHADAP RASIO SLIP, KONSUMSI DAYA, PERUBAHAN MASSA DAN KEKASARAN PERMUKAAN Ahmad Alwin; Paryanto Paryanto; Rusnaldy Rusnaldy
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 2 (2022): VOLUME 10, NOMOR 2, APRIL 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena slip merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi pada perjalanan kereta api yang dapat menghambat maupun membahayakan perjalanan kereta api. Slip terjadi ketika gaya traksi roda tidak sebanding dengan gaya adhesi roda kereta. Pada penelitian bertujuan untuk mengetahui efek geometri tebal roda kereta api terhadap fenomena slip, konsumsi daya yang digunakan, perubahan massa yang dihasilkan dan perubahan nilai kekasaran permukaan yang dihasilkan. Pada eksperimen ini, pengujian untuk meneliti pengaruh tebal roda kereta api dengan rel digunakan alat bernama twin disk roller rig. Variasi yang digunakan untuk eksperimen ini adalah variasi tebal roda kereta dan penggunaan laju aliran air yaitu tanpa air dan 10 ml/menit. Hasilnya didapati bahwa pengaruh tebal kontak roda dengan rel kereta api mempengaruhi rasio slip, daya serta laju perubahan massa. Semakin besar kontak area, maka semakin besar rasio slip yang dihasilkan, daya yang digunakan dan perubahan massa yang terjadi. Namun, pada perubahan kekasaran permukaan efek tebal kontak roda dengan rel tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Selain pengaruh tebal roda, kenaikan daya listrik yang digunakan, perubahan massa dan perubahan kekasaran permukaan juga dipengaruhi oleh efek kombinasi rasio slip yang dihasilkan roda dengan pengaruh lubrikasi air. Pada sampel yang sama dengan tebal berbeda, efek dari lubrikasi air dapat memperbesar rasio slip kemudian menaikkan daya listrik, mempercepat perubahan massa, dan mempercepat pengurangan nilai kekasaran permukaan roda
Simulasi Karakteristik Co-Firing Batubara - Sekam Padi pada PLTU Batubara Pulverized Coal Kapasitas 400 MWe Nur Cahyo; Ruly Bayu Sitanggang; Meiri Triani; Rasgianti Rasgianti; Eko Supriyanto; Paryanto Paryanto
ROTASI Vol 24, No 2 (2022): VOLUME 24, NOMOR 2, APRIL 2022
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/rotasi.24.2.43-53

Abstract

A study on co-firing using coal and rice husk biomass has been carried out on a pulverized coal power plant with a capacity of 400 MWe by varying the co-firing biomass ratio from 0 to 50%. The mixing of coal fuel and rice husk biomass in the model is carried out before entering the pulverizer/mill. After the model iteration shows convergence, the output simulation is validated by comparing the simulation output value with the design and actual parameter values. The evaluation is carried out by comparing the simulation results of baseline conditions with co-firing conditions on the parameters of performance, power output, equipment condition, energy consumption itself, and the impact on emission products. The addition of 1% of the co-firing ratio using rice husks showed a decrease in the boiler efficiency (HHV) by 3.19%. Net plant heat rate and SFC increased by 5.22% and 2.53%. Gross output power decreased by 2.53%. ESP power consumption and total auxiliary power increased by 220% and 17.25%. Furthermore, co-firing using risk husk also reduces SO2 emission and increases the particulate rate.
PERCOBAAN PROSES UNDERWATER FRICTION WELDING DENGAN BAJA ST 41 Rafael Raka Priambadha; Rusnaldy Rusnaldy; Paryanto Paryanto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 3 (2022): VOLUME 10, NOMOR 3, JULI 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Friction Welding adalah pengelasan dimana panas dihasilkan dari konversi energi mekanik menjadi panas pada permukaan benda kerja. Temperatur tinggi dapat menyebabkan sifat mekanik dan struktur mikro sambungan las yang buruk. Maka, dengan mempercepat pendinginan diharapkan sifat mekanik dan struktur mikro lebih baik. Underwater merupakan varian FW untuk mengelas logam dengan menghindari panas berlebih sepanjang garis las dengan media pendingin air. Pengelasan dilakukan dengan mesin bubut 3 variasi kecepatan putar sebagai parameter yaitu 400 rpm, 629 rpm, dan 864 rpm. Material pengelasan adalah Baja ST-41 diameter 15mm. Hasil friction welding melalui pengujian kelayakan Non-Destructive yaitu inspeksi visual. Berdasarkan hasil pengelasan, seluruh spesimen berhasil dilas. Waktu yang dibutuhkan pada rpm yang lebih rendah lebih lama dari pada rpm tinggi. Pada rpm rendah, flash yang dihasilkan mengalami kemiringan atau misalignment. Berdasarkan hasil inspeksi visual, bentuk flash pada underwater friction welding menghasilkan flash yang kecil atau bahkan tidak terbentuk sama sekali. Flash dapat terbentuk akibat tekanan aksial pada saat spesimen mengalami suhu tinggi yang memungkinkan deformasi. Pada metode underwater suhu yang timbul relatif lebih rendah akibat pendinginan, maka dari itu pada saat pemberian tekanan, flash yang terbentuk lebih kecil. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa friction welding membutuhkan kecepatan putar yang tinggi agar menghasilkan hasil las yang baik.
RANCANG BANGUN PERANGKAT APLIKASI G-CODE GENERATOR POLA SAMBUNGAN TENON MORTISE Mochamad Agung Tri Sulaksono; Susilo Adi Widyanto; Paryanto Paryanto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 3 (2022): VOLUME 10, NOMOR 3, JULI 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sambungan merupakan komponen penting dalam industri mebel. Sambungan Tenon dan mortise menjadi salah satu sambungan yang masih digunakan pada industri mebel. Pembuatan sambungan yang dilakukan secara manual akan memakan waktu yang lebih lama dan memiliki ketelitian yang kecil. Berdasarkan dari permasalahan tersebut maka dengan adanya teknologi akan membantu dalam proses produksi pada industri mebel. CNC (Computerize Numerical Control) merupakan salah satu teknologi yang dapat membantu dalam proses produksi. CNC merupakan mesin yang bekerja dengan input numerical control yang berupa G/M Code. Penelitian ini mengusulkan aplikasi G-Code generator pola sambungan Tenon dan mortise yang dapat diaplikasikan pada mesin CNC Tenon mortise. Perangkat aplikasi menerima input parameter bentuk benda yang diinginkan berupa jenis pola Tenon atau mortise, ukuran dimensi, feedrate, kecepatan spindle, dan formasi. Parameter diperoleh dari user manual input, lalu perangkat aplikasi dapat men-generate G-Code membentuk pola yang diinginkan. Pembuatan perangkat aplikasi meliputi perancangan algoritma pemrograman, desain dan pemrograman UI/UX, dan pemrograman perhitungan gerak pahat. Semua proses pembuatan aplikasi menggunakan IDE Borland Delphi 7 dan untuk simulasi hasil dari G-Code menggunakan CNC Simulator Pro serta pengujian hardware pada driver yang terpasang firmware GRBL untuk menggerakan motor stepper. Hasil perhitungan G-Code ini terdiri dari penentuan koordinat yaitu menggunakan koordinat incremental. Pada jenis pola sambungan Tenon terdiri dari pemakanan wilayah benda kerja lalu pola pemakanan membentuk Tenon, dan untuk pola sambungan mortise pola pemakanan hanya membentuk lubang yang menyesuaikan bentuk dari Tenon. Maksimal formasi yang dapat terbentuk sebanyak 3 formasi Tenon atau mortise, dan hasil G-Code dapat disimpan dalam jenis file (.nc).
RANCANG BANGUN MESIN CNC TENON – MORTISE Khaidir Noor; Susilo Adi Widyanto; Paryanto Paryanto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 3 (2022): VOLUME 10, NOMOR 3, JULI 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu penyebab produktifitas industri manufaktur pada UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di Indonesia dikarenakan proses produksi yang dilakukan masih dilakukan secara manual oleh tangan manusia. Dengan pengadaan mesin perkakas modern seperti mesin Computer Numerical Control (CNC) diharapkan pelaku UKM mampu meningkatkan kualitas hasil produksi. Untuk mengatasi masalah ini disusun dan dibuatlah mesin CNC tenon – mortise dimana geometri dikhususkan untuk membuat pin atau lubang pada bahan baku kayu. Perancangan mesin ini memiliki desain dengan dimensi secara keseluruhan sebesar 990,30 mm x 1083,30 mm dan tinggi sebesar 1625,80 mm yang memiliki 3 sumbu gerak yaitu X, Y, dan Z. Untuk sistem gerak sumbu menggunakan ballscrew dan motor stepper sebagai penggeraknnya. Dari hasil perhitungan dengan acuan NSK, ukuran ballscrew didapatkan nilai yaitu lead 4 mm atau ≥ 4 mm dan diameter minimal shaft sebesar 3,31 mm pada sumbu X, 5,31 mm pada sumbu Y, dan 1,40 mm pada sumbu Z. Karena sistem penggerak yang akan digunakan pada setiap sumbu sama, maka dipilihlah ballscrew EBB 1605-4 dengan nilai dr = 13,1 mm dan lead 5 mm sesuai dengan katalog THK. Pengujian kelayakan mesin CNC tenon – mortise mengacu pada standar penerimaan mesin perkakas Schlesinger.
RANCANG BANGUN CHAIN CONVEYOR UNTUK KOMPONEN KNUCKLE STEERING D74 DI PT INTI GANDA PERDANA Stevie Pramudita; Paryanto Paryanto; Rusnaldy Rusnaldy
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 3 (2022): VOLUME 10, NOMOR 3, JULI 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT Inti Ganda Perdana (PT IGP) merupakan salah satu perusahaan manufaktur terbesar di Indonesia yang memproduksi rear axle, propeller shaft, knuckle steering, dan lain-lain. Manufaktur di PT IGP sendiri telah mulai berevolusi dari yang menggunakan operator menjadi otomasi dengan menggunakan robot. Adanya proses perubahan menjadi otomasi sendiri diharapkan dapat membawa keuntungan yaitu berupa cost reduction dalam memproduksi suatu produk. Dengan berkurangnya operator maka diperlukan pula sebuah alat untuk mentransportasikan produk yang sedang atau telah selesai dilakukan proses permesinan. Berlatarbelakang hal tersebut maka penulis dalam Tugas Akhir ini membuat sebuah Rancang Bangun Chain Conveyor untuk mentransportasikan knuckle steering berkode D74 yang akan digunakan di Kawasan Industri Mitra (KIM) Karawang. Chain conveyor ini sendiri dibuat dengan ukuran frame 3500 mm x 1250 mm x 900 mm dengan material yang dipakai berupa baja hollow SS400 ukuran 60mm x 60mm x 3mm sebagai frame, plat baja SS400 dan S45C, baja pejal S45C serta nilon MC901. Dalam proses rancang bangun ini juga terdapat analisis berupa analisis ekonomis, analisis akurasi, serta perbandingan antara chain conveyor dan conveyor jenis lainnya yang banyak ditemukan dipasaran.