Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KUALITAS PELAYANAN BAGI WISATAWAN DIFABEL DI DAERAH WISATA BAHARI MENGGUNKAN SERVQUAL METHOD Agung K Henaulu; Sony Ardian; Achmad Jais Ely
PROFISIENSI : Jurnal Program Studi Teknik Industri Vol 8, No 2 (2020): PROFISIENSI DESEMBER 2020
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.657 KB) | DOI: 10.33373/profis.v8i2.2817

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas pelayanan kepada wisatawan difabel pada daerah wisata bahari desa Suli, Pantai Natsepa (Natsepa Beach), yang kemudian bisa dijadikan langkah perbaikan dan peningkatan kuaitas pelayanan kepada wisatawan difabel. Berwisata telah menjadi bagian terpenting tak terkecuali bagi wisatawan difabel, karena jika ditelusuri banyak fasilitas wisata yang disediakan lebih tertuju pada wisatawan normal, sehingga terkadang layanan kepada wisatawan difable terabaikan. Pada penelitian ini responden yang dituju adalah wisatawan usia lanju. Penelitian ini menggunakan SERVQUAL Method yang dianalsis menggunakan pendekatan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai service quality hanya pada dimensi keahandalan (reliability) dengan rata-rata nilai gap adalah 0,002 sehingga dapat diketahu kualitas pelayanan (Q) 1 juga hanya pada dimensi keahandalan (reliability)  dengan nilai Q = 1,001.
KARAKTERISTIK ORGAN SEKSUAL SEKUNDER IKAN TUDE BATU (SELAR BOOPS) DARI PERAIRAN BITUNG Rudi Saranga; Muhammad Zainul Arifin; Fitroh Dwi Hariyoto; Elsari Tanjung Putri; Achmad Jais Ely
JURNAL BLUEFIN FISHERIES Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.593 KB) | DOI: 10.15578/jbf.v3i1.99

Abstract

Selar boops is a group of small pelagic fish in the Carangidae family, this fish is known by the Bitung people as Tude Batu. This fish has economic value which is caught by fishermen in the waters around Bitung City using hand line fishing. This study aims to identify the secondary sexual organs. Fish samples were collected from 2 locations, namely Kampung Pisang and Pasar Winenet. The secondary sexual organs are identified by observing the morphological using the morphometric truss method of 19 morphological characters. Anova K-Means Cluster (AKMC) analysis as well as discriminant analysis were used to differentiate male and female fish groups. The results of this research showed that the morphometric characteristics of secondary sexual organs in male and female S. boops. The results showed that there were 11 different morphometric truss for morphometric characters in secondary sexual organs of male and female S. boops using AMKC analysis. The results of the discriminant analysis showed that the characteristics of the secondary sex organs in S. boops fish were found in the ratio of pectoral fin length (PaSiPek) and head length (PaKe) with a discriminant value (D) <0 grouped as male fish and discriminant value (D)> 0 classified as female. Keywords : discriminant, morphometry, secondary sexual organs, tude batu
Ekplorasi Penentuan Lokasi Tangkap Perikanan Nelayan Bubu Tradisional Desa Assilulu Menggunakan Teknologi Fish Finder Agung K. Henaulu; Achmad Jais Ely
Jurnal Airaha Vol 8 No 02: DEC 2019
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.819 KB) | DOI: 10.15578/ja.v8i02.137

Abstract

The objective of this reserach was exploration to determine the location of fishing for for traditional Bubu fishermen by utilizing fishfinder technology. The method used in this research is descriptive exploration, obtained from interviews and field surveys. The sample locations are determined according to the distribution of fishing locations. Currently the traditional bubu fishermen in the village of Assilulu still use traditional tools as a pot in determining and finding the presence of fish to be caught, so that the productivity of the fish produced is not optimal, even though the source of fish in the waters of Assilulu is very abundant. So we need tools that can meet the productivity of responsiveness. Exploration results from 6 different locations with depth variations of 30-60 meters show comparisons from the point of view of fishermen and the use of fishfinder technology there are very different observations. the level of species diversity is in the position of the moderate index with a range of 1 ≤ H ’≤ 3. While in the uniformity index, all regions are included in the index high uniformity criteria between 0.73 - 0.82 and 0.78 - 0.92. For the dominance index, the index range is between 0.142 - 0.306 and 0.125 - 0.178. Then all fishing areas have low dominance, stable, and no ecological pressure. Functional fish diagrams show that the highest target fish fall at the pulpit and Nusi Hena fishing locations, with a percentage value of 19% each.
SEMPAN DAN PANTAI/JALUR HIJAU Yvonne Pattinaja; Achmad Jais Ely; Yan Maruanaya
Pattimura Proceeding 2020: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KELAUTAN DAN PERIKANAN 2019
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/PattimuraSci.2020.SNPK19.119-125

Abstract

Berkaca dari pengalaman Indonesia dari berbagai ancaman gempa bumi dan tsunami yang terjadi sejak beberapa tahun belakangan ini, maka diperlukan kebijakan pemerintah dalam mengatur zonasi di wilayah pesisir dengan menetapkan pengaturan tentang batas sempadan pantai. Penetapan Batas Sempadan Pantai di atur dalam dalam Undang-Undang No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir. Disebutkan bahwa fungsi sempadan pantai adalah untuk melindungi pantai terhadap gempa dan/atau tsunami ; terhadap erosi dan abrasi ; dari badai, banjir, dan bencana alam lainnya ; serta melindungi ekosistem pesisir. Sempadan pantai mengatur tentang pemanfaatan di kawasan sempadan pantai, yang diperuntukkan bagi kegiatan Perikanan, Pertanian, Rekreasi pantai, Kehutanan, Riset dan penelitian, Pertahanan dan Keamanan, Objek vital nasional, Kepelabuhanan, Lapangan udara, Perlindungan maritime dan Kegiatan budaya atau ritual keagamaan. Sayangnya, pembangunan di pesisir berjalan tanpa mengindahkan rencana zonasi yang telah ditetapkan. Seiring dengan perkembangan waktu dan timbulnya berbagai ancaman di wilayah pesisir yang diakibatkan oleh alam maupun manusia, maka pemerintah perlu mempertegas pengaturan tentang batas sempadan pantai yang adalah 100 meter dari pasang tertinggi
MODEL PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN TANJUNG WAIROLE DAN PULAU TIGA KABUPATEN MALUKU TENGAH Achmad Jais Ely; Yvonne I Pattinaja; Leopold A Tomasila
Pattimura Proceeding 2020: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KELAUTAN DAN PERIKANAN 2019
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/PattimuraSci.2020.SNPK19.290-299

Abstract

“Zamrud khatulistiwa”, sebutan yang sangat dikenal bagi wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Sebagai negara bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki sumberdaya hayati pesisir dan pulaupulau kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk itu dituntut suatu perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan agar bermanfaat dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional, antara lain berupa peningkatan penerimaan devisa negara, peningkatan lapangan kerja. Pengelolaan sumberdaya dapat dilakukan melalui pengembangan pariwisata. Sayangnya hal ini dapat menimbulkan tekanan terhadap ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, karena kesadaran tentang pelestarian lingkungan yang masih minim. Keuntungan lebih banyak diperoleh bukan oleh penduduk setempat tetapi oleh pihak swasta. Dengan berjalannya waktu dan melihat kondisi lingkungan wisata pesisir yang semakin memprihatinkan, maka timbul kesadaran masyarakat dan pemerhati lingkungan untuk melakukan pengelolaan khusus berbasis konservasi demi menjaga kelestarian lingkungan pesisir dan meminimalisir dampak negatif yang timbul seperti kerusakan ekosistem dan kepunahan jenis-jenis biota pesisir, disamping menjaga dan menyelamatkan adat dan budaya masyarakat setempat