Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Innovative: Journal Of Social Science Research

Fondasi Pluralisme Multikulturalisme Berdasarkan Alkitab Dapot Damanik; Afriani Manalu; Aristar Sembiring
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 6 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i6.6217

Abstract

Artikel ini menggambarkan fondasi pluralisme multikulturalisme dalam Alkitab, terutama dalam Perjanjian Lama sebagai sejarah purbakala. Fondasi ini ditemukan dalam 11 pasal pertama Kitab Kejadian yang mencatat penciptaan alam semesta oleh Allah, yang diikuti oleh tragedi-tragedi. Sejarah panjang Israel mencerminkan tiga siklus keterputusan dan penyebaran yang menggambarkan pemahaman mereka tentang Allah dan hubungan mereka dengan dunia sekitarnya. Siklus pertama dimulai dengan tanggapan Abraham terhadap panggilan Allah, keluaran dan penaklukan, serta pembuangan ke Asyur dan Babel. Artikel ini memerinci peristiwa-peristiwa dalam Kitab Kejadian, seperti jatuhnya manusia dalam dosa, perjanjian Allah dengan Nuh, dan kisah Menara Babel. Menara Babel dianggap sebagai upaya manusia untuk melawan penyebaran yang mengancam kesatuan masyarakat, tetapi Allah menantang usaha tersebut, menciptakan dasar bagi pluralisme dan multikulturalisme dalam Alkitab. Selanjutnya, tulisan ini menyoroti pemanggilan Abraham sebagai leluhur bangsa Israel dan hubungannya dengan tema keterputusan dan penyebaran. Allah digambarkan sebagai kekuatan dinamis dalam sejarah manusia, yang bergerak dan bermigrasi. Artikel ini juga mengulas keterputusan dan penyebaran dalam Kitab Keluaran serta pemecahan kerajaan Israel dan Yehuda. Selain itu, konsep pluralisme dan multikulturalisme dalam Perjanjian Baru diperiksa, dengan Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah semua bangsa, menjelaskan bahwa perjanjian-Nya tidak terbatas pada satu umat pilihan. Prinsip dasar kasih terhadap Allah dan sesama juga ditekankan dalam Alkitab. Dengan demikian, jurnal ini mengilustrasikan bagaimana Alkitab mencerminkan pemahaman tentang pluralisme dan multikulturalisme sebagai fondasinya.
Manajemen Pendidikan Berbasis Mandat Shalom dan Kearifan Lokal pada Masyarakat Kristen Batak Toba Roy Martin Siagian; Bambang TJ Hutagalung; Dapot Damanik; Ibelala Gea
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 6 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i6.6281

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menggali dan mengangkat nilai kearifan lokal di masyarakat suku Batak Toba yang memiliki nilai mandat shalom dan mendeskripsikan hasil penelitian tersebut menjadi satu model strategi manajemen pendidikan dalam penerapan mandat shalom berbasis kearifan lokal dalam kehidupan sehari hari masyarakat Batak Toba. Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa masyarakat Batak Toba yang mayoritas beragama Kristen tetapi dikenal dengan wataknya keras yang dianggap oleh sebagian masyarakat suku lain suka bekonfrontasi dalam arti spesifik kurang menerapkan nilai mandat shalom atau mandat damai sejahtera terhadap sesamanya. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apa saja nilai kearifan lokal yang mengandung nilai mandat shalom pada suku Batak Toba (2) Bagaimana model penerapan manajemen pendidikan berbasis mandat shalom dan kearifan lokal pada suku Batak Toba. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi 12 langkah termasuk analisa domain, analisa taksonomi dan analisa konseptual yang bertujuan untuk menggali kearifan lokal pada suku Batak Toba. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat beberapa kearifan lokal pada masyarakat Batak Toba yang mengandung nilai mandat shalom dan kemudian penulis menyusun model manajemen pendidikan penerapan mandat shalom kepada masyarakat Batak Toba dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung nilai damai sejahtera. Model ini dapat dilaksanakan melalui pelatihan sumber daya manusia berbasis kearifan lokal yang lebih mudah diterima oleh masyarakat.