Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Faktor – faktor sosiodemografi yang mempengaruhi terjadinya kehilangan gigi pada lansia di Desa Penatahan Penebel Tabanan Ni Kadek Dian Candra Dewi; Putu Lestari Sudirman; I Md Ady Wirawan
Bali Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2018): June 2018
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v2i2.112

Abstract

Background: Edentulous is a condition when the tooth is apart from its socket, which can be caused by caries, periodontal disease, trauma, and systemic disease history. Aim: The purpose of this study is to know the prevalence of tooth loss and to know sociodemographic that affecting the loss of tooth on elderly in Penatahan village. Methods: The design of this study is cross-sectional analytic. Samples of this study are elderly in Penatahan village, Tabanan aged 45-74 years. The sampling technique of this study is using total sampling of 99 people were given a questionnaire.Results: Based on the result of the bivariate analysis there were 78 (78.8%) of people who have lost of the teeth. The incidence of tooth loss by the age of the respondents has a meaningful statistical test (<0.001) with prevalence ratio (PR) CI (Confidence Interval) 95% is 0,554 (0,407-0,752), based on the incidence of tooth loss with menopause status of the respondents has a meaningful statistical test (<0.001) with prevalence ratio (PR) CI (Confidence Interval) 95% is 2.450 (1.202-4.996). Based on the result of the multivariate analysis between the variables of age, menopause status, income and occupation, factor that affecting the loss of tooth is menopause status with OR (odds ratio) CI (confidence interval) 95% is 0.16 (0,02-0,94) with a value p = 0,043. Conclusions: The conclusion of this study is that the incidences of tooth loss related with the age and menopausal status, while occupation and income has not.
Hubungan Pengetahuan Anak dan Orang Tua tentang Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Indeks Karies Gigi pada Anak Usia 6-7 Tahun di SD Negeri 1 Gunaksa Made Dwi Erawati; I Gusti Ayu Fienna Novianthi Sidiartha; Putu Lestari Sudirman
Bali Dental Journal Vol. 5 No. 2 (2021): June 2021
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v5i2.162

Abstract

Introduction: Caries is one of the dental health problems that usually happened to children in elementary school. Caries is manifested as a tooth decay process caused by demineralization of enamel, dentin, and cementum. The def-t index is used an instrument to measure the primary teeth decay process by caries. Knowledge is important that has a contribution to how people do their daily life and behavior. It also gives contribution to maintain of their oral and dental health. The children of elementary school usually have lack awareness about oral and dental health so that their parents have a fundamental contribution to guide their children. The purpose of this study is to know correlation between knowledge of children and their parents about maintenance of oral and dental health with caries index of children between 6-7 years old at the elementary school of one Gunaksa. Method: This study is used an observational-analytical design with cross sectional design. This study had been held at elementary school of number one Gunaksa. This study had been done on 45 children between 6-7 years old with their parents too. Children and their parents had given a questionnaire that continuied with the examination of their children def-t index. Result: The Average of the def-t index = 9,91. According to statistical result based on sig (2 tailed) that had explained the correlation between children knowledge and def-t index = 0,857 (not significant result) meanwhile the correlation between their parent knowledge and def-t index also based on sig 2-tailed formula = 0,047 (significant result). Conclusion: The conclusion of this study is children’s knowledge is not correlated to caries index otherwise, parents knowledge is correlated to caries index of children between 6-7 years old in elementary school of the one Gunaksa. Latar Belakang: Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada anak usia sekolah. Karies adalah kerusakan gigi akibat adanya suatu demineralisasi pada gigi yaitu hilangnya mineral pada enamel, dentin dan sementum pada gigi. Indeks def-t digunakan untuk mengukur kerusakan karena karies pada gigi sulung. Pengetahuan memiliki peranan penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang termasuk dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kesadaran anak sekolah dasar masih kurang dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dan peran dari orang tua masih diperlukan oleh anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan anak dan orang tua tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan indeks karies gigi pada anak usia 6-7 tahun di SD Negeri 1 Gunaksa. Metode: Penelitian menggunakan desain observational analitic dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian bertempat di SD Negeri 1 Gunaksa. Penelitian dilakukan pada 45 orang anak usia 6-7 tahun beserta orang tua. Anak dan orang tua diberikan kuisioner dan dilanjutkan dengan pemeriksaan indeks def-t anak. Hasil: Rata-rata indeks def-t = 9,91. Berdasarkan penelitian hubungan pengetahuan anak dengan indeks def-t didapatkan hasil nilai sig (2- tailed) = 0,857 (tidak signifikan) sedangkan pengetahuan orang tua dengan indeks def-t nilai sig (2- tailed) = 0,047 (signifikan). Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengetahuan anak tidak berhubungan dengan indeks karies gigi akan tetapi pengetahuan orang tua berhubungan dengan indeks karies gigi pada anak usia 6-7 tahun di SD Negeri 1 Gunaksa.
Perbandingan efektivitas penggunaan pasta gigi herbal dan non herbal terhadap penurunan indeks plak Luh Gede Pradnya Jati Wulandari; Sari Kusumadewi; Putu Lestari Sudirman
Bali Dental Journal Vol. 4 No. 1 (2020): January 2020
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v4i1.239

Abstract

Background: Dental plaque is a microbial biofilm, it contains a various microorganism that produce many enzymes, toxins, and lipopolysaccharides. The effective way to remove dental plaque is tooth brushing with dentifrice. Nowadays, there were various herbal and non-herbal dentifrices with the advantages and disadvantages of each dentifrice.Objective: To compare the effectiveness of herbal and non-herbal dentifrices in reducing dental plaque index.Methods: This study used true experimental with pre-test and post-test control group design. Thirty four participants were randomly allocated to two groups, the herbal group and the non-herbal group. The subjects were asked to brush twice daily with Ciptadent dentifrices, for 7 days, using Bass technique. Dental plaque index were recorded according to O’Leary Index method. Result: The mean score of dental plaque index at the post-test was found 12.05 ± 6.76 for the herbal group and 26.75 ± 13.20 for the non-herbal group. The independent sample t-test showed a difference in the mean score of dental plaque index in both group was found 14.70 (CI 95%: 7.37-22.03; p=0.007).Conclusion: The herbal dentifrice was more effective in reducing dental plaque index. Latar belakang: Plak merupakan suatu microbial biofilm, terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme yang memproduksi sejumlah enzim, toksin, dan lipopolisakarida. Cara efektif untuk menghilangkan plak adalah dengan menggosok gigi menggunakan pasta gigi. Saat ini terdapat berbagai jenis pasta gigi herbal dan non herbal dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Tujuan: Mengetahui perbandingan efektivitas penggunaan pasta gigi herbal dan non herbal terhadap penurunan indeks plak.Metode: Penelitian ini bersifat true experimental dengan rancangan pre-test and post-test control group design. Tiga puluh empat sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pasta gigi herbal dan non herbal. Sampel diminta untuk menyikat gigi menggunakan pasta gigi Ciptadent yang diberikan sebanyak 2 kali selama 7 hari, menggunakan teknik Bass. Pengukuran indeks plak pre-test dan post-test menggunakan metode O’Leary Index.Hasil: Rerata indeks plak post-test pada kelompok herbal adalah 12,05 ± 6,76 dan pada kelompok non herbal adalah 26,75 ± 13,20. Analisis independent sample t-test menunjukkan beda rerata indeks plak pada kedua kelompok adalah 14,70 (IK 95%: 7,37-22,03; p=0,007).Simpulan: Penggunaan pasta gigi herbal lebih efektif dalam menurunkan indeks plak.
Hubungan penerapan postur tubuh yang ergonomi terhadap keluhan musculoskeletal selama tindakan scaling pada praktik dokter gigi di Kota Denpasar, Bali- Indonesia Ni Luh Sri Suwina Dewi; Putu Lestari Sudirman; Ni Kadek Fiora Rena Pertiwi
Bali Dental Journal Vol. 4 No. 2 (2020): June 2020
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v4i2.307

Abstract

Background: One of the most common treatments performed by the dentist is scaling. Scaling process typically lasts approximately 45 minutes, during which dentists will be in a static position which can cause musculoskeletal disorder. The aim of the study is to determine the relationship of ergonomic posture application to musculoskeletal complaints during the scaling action in dentist practice in Denpasar City. Methods: The research has been done by using analytic observational with cross sectional design. The sample of this research are 44 dentists who practicing dentistry in Denpasar. Data collection is sourced from the primary data by appraisal using test of visual perception (TVP) and filling the Nordic body map questionnaire by the sample before and after the scaling procedure. Results: Statistical test results using pearson chi-square showed that the significance value of 0.035 < α = 0.05. Conclusion: there is a relationship between the application of ergonomic posture to musculoskeletal complaints during the action of scaling ultrasonic on dentist practice in Denpasar City. Latar Belakang: Salah satu perawatan yang paling sering dilakukan dokter gigi adalah scaling. Proses scaling biasanya berlangsung kurang lebih 45 menit, selama itu dokter gigi akan berada pada posisi statis yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penerapan postur tubuh yang ergonomi terhadap keluhan musculoskeletal selama tindakan scaling pada praktik dokter gigi di Kota Denpasar. Metode: telah dilakukan penelitian observasional secara analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah dokter gigi yang berpraktik di Kota Denpasar sebanyak 44 orang. Pengumpulan data bersumber dari data primer dengan melakukan penilaian menggunakan test of visual perception (TVP) dan pengisian kuisioner Nordic body map oleh sampel, sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan scaling. Hasil: berdasarkan uji statistik menggunakan pearson chi-square menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,035 < α = 0,05. Simpulan: bahwa ada hubungan antara penerapan postur tubuh yang ergonomis terhadap keluhan musculoskeletal selama tindakan scaling ultrasonic pada praktik dokter gigi di Kota Denpasar.
Hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap status kebersihan gigi siswa umur 10-12 tahun di SD N 18 Pemecutan Made Yuni Astari; Putu Lestari Sudirman; Mia Ayustina Prasetya
Bali Dental Journal Vol. 5 No. 2 (2021): June 2021
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v5i2.411

Abstract

Background: The mixed dentition phase is the stage to complete the permanent tooth. Besides that some students have crowding tooth in this phase. If the dental hygiene was poor . It will cause caries in some permanent teeth and it cant be replaced like deciduous teeth. The presence of puberty and hormonal change 10-12th years old, increase the sensitivity of gingiva to biofilm and it can cause some problem such as caries, gingivitis and stomatitis. The relationship between knowledge, attitude and behavior greatly affects the improvement of dental and oral health status, so it needs to be investigated. The aim of this study is to investigate the correlations between knowledge, attitude and behavior at the mixed dentition stage (10-12 years old) towards dental hygiene status in SD N 18 Pemecutan Method: The study uses cross sectional analytic observational method. The sample was 108 respondents from 10-12 years old students at SD N 18 Pemecutan. Knowledge, attitude, behaviors data were obtained through questionnaires, and dental hygiene status data was measured by OHIS indeks Result: spearman’s rank bivariable analysis shows that knowledge, attitude, and behavior variable were not related to dental hygiene status (Sig. > 0.01) Conclusions: Good knowledge and attitude do not always have a good score in oral hygiene status but behavior of maintaining good dental hygiene has a direct influence on dental hygiene status. Latar Belakang : Tidak sedikit siswa mengalami gigi berjejal saat memasuki tahap penyempurnaan gigi permanen. Pada fase gigi permanen apabila mengalami karies karena status kebersihan gigi buruk tidak dapat diganti seperti halnya gigi susu. Usia 10-12 tahun siswa memauski masa pubertas dan perubahan hormonal yang dapat meningkatkan kepekaan gingiva terhadap biofilm kemudian menimbulakan masalah seperti karies, gingivitis stomatitis. Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa yang baik berpengaruh terhadap peningkatan status kebersihan dan kesehatan gigi sehingga diperlukan penelitan lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa fase gigi bercampur (10-12 Tahun) dan status kebersihan gigi di SD N 18 Pemecutan Metode Penelitian: Penelitian menggunakan metode observasional analitik cross sectional. Sampel sebanyak 108 responden siswa 10-12 tahun di SD N 18 Pemecutan. Data pengetahuan, sikap dan perilaku di peroleh melalui kuisioner, dan data status kebersihan gigi diukur dengan indeks OHI-S Hasil: Analisis bivariabel spearman’s rank menghasilkan variabel pengetahuan, sikap dan perilaku yang tidak berhubungan dengan status kebersihan gigi (Sig. > 0.01). Kesimpulan: Pengetahuan dan sikap yang baik belum tentu memiliki nilai status kebersihan gigi yang baik, namun perilaku menjaga kebersihan gigi yang baik mempunyai pengaruh langsung terhadap status kebersihan gigi
Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) terhadap Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut di Yayasan Bali Peduli Shuka Oyagi; Putu Lestari Sudirman; Desak Putu Yuli Kurniati
Bali Dental Journal Vol. 6 No. 1 (2022): January 2022
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v6i1.148

Abstract

Introduction: People living with HIV/AIDS (PLWHA) have higher risk to acquire complications from oral manifestation and oral-sistemic opportunistic infection compared to healthy individuals. Data regarding knowledge, attitude, and behaviour on oral health is of great importance in effort to design a specific programme for PLWHA so as to ensure the well-being and quality of life of PLWHA. Objective of this study is to obtain the description of the knowledge, attitude, and behaviour on oral health among PLWHA in Bali Peduli Foundation. Method: A non-experimental, descriptive observational study was performed on 75 PLWHA samples in Bali Peduli Foundation using questionnaire to evaluate the knowledge, attitude, and behaviour on oral health. Data obtained was then analysed in a descriptive manner and presented in cross-tabulation tables and narrations. Result: It was found in this study that most of PLWHA in Bali Peduli Foundation has an excellent score of knowledge (64%), attitude (79%), and behaviour (52%) on oral health. Despite further analysis and interpretation of responses from the samples of the overall quantitative score were excellent, PLWHA in Bali Peduli Foundation still have several tendencies such as: a) inadequate awareness towards risk of diseases and actual health condition of themselves, b) lack of attention and priority towards oral health, and c) procrastinating treatment or check-up. Conclusion: Regardless of the overall excellent result from the quantitative score, it is still necessary to enforce promotion and education to PLWHA regarding ill-well perception, low-risk behaviour, and the importance of prompt treatment to prevent further complications and bacteremia. Latar Belakang: Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memiliki resiko untuk mengalami komplikasi dari manifestasi oral dan infeksi oportunistik oral-sistemik yang jauh lebih tinggi dibandingkan individu normal. Data mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan penting dalam proses penyusunan program khusus bagi ODHA dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup ODHA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut di Yayasan Bali Peduli. Metode: Dilakukan penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif observasional yang dilakukan pada 75 sampel ODHA di Yayasan Bali Peduli menggunakan kuesioner untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut sampel. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel tabulasi silang dan narasi. Hasil: sebagian besar ODHA di Yayasan Bali Peduli memiliki pengetahuan (64%), sikap (79%), dan perilaku (52%) kesehatan gigi dan mulut yang baik. Meskipun demikian, analisis dan interpretasi jawaban responden mencerminkan sekalipun skor kuantitatif rata-rata pengetahuan, sikap, maupun perilaku kesehatan gigi dan mulut ODHA di Yayasan Bali Peduli termasuk dalam kategori baik, namun ODHA di Yayasan Bali Peduli masih memiliki beberapa kecenderungan yaitu 1) kurang memiliki kesadaran akan resiko sakit maupun kondisi kesehatan sesungguhnya yang dialami, 2) kurang memprioritaskan dan memberi perhatian pada kesehatan gigi dan mulut, dan 3) menunda-nunda pemeriksaan/perawatan. Simpulan: Skor kuantitatif telah menunjukkan hasil yang baik, namun tetap perlu dilakukan promosi dan edukasi kepada ODHA mengenai persepsi sakit-sehat, perilaku low-risk, dan pentingnya prompt treatment untuk mencegah komplikasi dan bakteremia.
Motivasi Dental Tourist Melakukan Perawatan Gigi di Bali Samantha; Desak Nyoman Ari Susanti; Putu Lestari Sudirman
Bali Dental Journal Vol. 6 No. 1 (2022): January 2022
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v6i1.170

Abstract

Introduction: Bali is a tourism destination which is famous for its natural beauty and diverse cultures but beside that Bali is also a famous dental tourism destination. Dental tourism is a travel activity where foreign traveller at least stay 1 night on destination area to keep, enhance and restore health by through dental health intervention. Some reasons why people do dental tourism are due to the lack service on their home countries, maintenance costs related to service quality, cultural aspect, conversation between doctor and patient, and regional integration. Foreigner who do dental tourism called dental tourist. There are intrinsic and extrinsic factors that become individual motivation to do dental tourist. Extrinsic motivation itself has a role in determining destination. This research purpose is to know about dental tourist motivation to do dental treatment in Bali from 5 dimensions, which are information access, quality of service, cost savings, cultural similarity, and supporting services. Method: Design of this study is descriptive quantitative cross-sectional with probability sampling technique. Primary data was collected with questionnaire. Those five dimensions are assessed with Likert scale and later data analyses done with descriptive method. Result: Information access (4.22), quality of service (4.46), cost savings (3.39), cultural similarity (2.73) and supporting services (3.58). Conclusion: Quality of service, information access, and supporting services become dental tourist motivation to do dental treatment in Bali. Latar Belakang: Bali merupakan destinasi wisata yang terkenal akan keindahan alam dan beragam budaya namun disamping itu Bali juga terkenal sebagai destinasi dental tourism. Dental tourism merupakan aktivitas melakukan perjalanan dan menginap minimal 1 malam pada daerah destinasi yang dilakukan wisatawan dengan tujuan untuk menjaga, meningkatkan, dan mengembalikan kesehatan melalui intervensi perawatan kesehatan gigi. Beberapa alasan mengapa seseorang melakukan dental tourism dikarenakan minimnya pelayanan di negara asal, biaya perawatan terkait kualitas pelayanan, aspek budaya, seperti komunikasi antar sama antara dokter-pasien, serta regional integration. Seseorang yang melakukan dental tourism disebut sebagai dental tourist. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik menjadi dorongan bagi individu untuk melakukan dental tourism. Motivasi ekstrinsik sendiri memiliki peran dalam menentukan destinasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui motivasi dental tourist melakukan perawatan gigi di Bali dilihat dari 5 dimensi, yaitu akses informasi, kualitas pelayanan, penghematan biaya, kemiripan budaya, dan pelayanan penunjang Metode: Desain penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel berupa probability sampling. Motivasi ekstrinsik yang akan diteliti terbagi menjadi 5 dimensi yaitu akses informasi, kualitas pelayanan, penghematan biaya, kemiripan budaya, dan pelayanan penunjang, dinilai menggunakan skala Likert. Data primer didapatkan menggunakan kuesioner dan kemudian analasis data dilakukan secara deskriptif. Hasil: Akses informasi (4.22), kualitas pelayanan (4.46), penghematan biaya (3.39), kemiripan budaya (2.73), dan pelayanan penunjang (3.58). Simpulan: Kualitas pelayanan, akses informasi, dan pelayanan penunjang menjadi motivasi dental tourist melakukan perawatan gigi di Bali.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENERAPAN SIKAP KERJA ERGONOMI TERHADAP BEBAN KERJA YANG DITERIMA PADA TINDAKAN PERAWATAN SALURAN AKAR OLEH MAHASISWA JENJANG PROFESI KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS UDAYANA Putu Lestari Sudirman; Riki Kristanto; Putri Rejeki; Ni Made Wiyanda
E-Jurnal Medika Udayana Vol 12 No 3 (2023): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penerapan ergonomi merupakan salah satu upaya untu menyerasikan pekerjaan dengan tenaga kerja, sehingga akan tercipta kenyamanan dalam bekerja. Apabila ergonomi tidak terpenuhi, akan timbul rasa tidak nyaman atau sakit pada bagian tubuh tertentu, seperti gangguan musculoskeletal disorders. Dokter gigi merupakan salah satu praktisi kesehatan yang paling rentan mengalami gangguan musculoskeletal disorders. Area kerja yang sempit, pekerjaan yang membutuhkan presisi, serta kebutuhan visual yang tinggi terkadang dikombinasikan dengan kekuatan tenaga yang menyebabkan dokter gigi bekerja dalam sikap tubuh yang sangat tidak fleksibel. Kurangnya penerapan ergonomi pada pekerja di lingkungan kerja merupakan salah satu dampak dari kurangnya pengetahuan mengenai ergonomi. Penerapan sikap kerja juga mempengaruhi beban kerja yang diterima oleh pekerja.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan penerapan sikap kerja ergonomi terhadap beban kerja yang diterima pada saat melakukan tindakan perawatan saluran akar oleh Mahasiswa Jenjang Profesi Kedokteran Gigi Universitas Udayana. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dilakukan dengan cara observasi terhadap 22 sampel (5 laki-laki dan 17 perempuan). Tingkat pengetahuan sampel dilihat dari nilai kuisioner yang terdiri dari 15 soal, sikap kerja sampel dinilai dengan menggunakan lembar kerja RULA dan beban kerja sampel diperoleh dengan menggunakan oximeter. Data yang didapatkan kemudian diolah dan diuji korelasi menggunakan uji korelasi spearmen. Hasil analisis uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ergonomi terhadap beban kerja yang diterima dengan nilai p=794 > 0,05, dan terdapat hubungan yang kuat antara penerapan sikap kerja ergonomi terhadap beban kerja yang diterima dengan nilai p=0,001 < 0,05 dan nilai r=0,636. Kata kunci: sikap kerja ergonomic., perawatan saluran akar., beban kerja
Effectiveness of mixed tea plant extract gel with chitosan on fibroblast cells after tooth extraction of Wistar rats Nyoman Ayu Anggayanti; Putu Lestari Sudirman; Ni Nyoman Rian Permata Sari; I Gusti Ayu Putu Diah Suryani
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 35, No 1 (2023): March 2023
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjd.vol35no1.36563

Abstract

ABSTRACTIntroduction: Tooth extraction can cause the damage of hard and soft tissue. When an injury occurs, fibroblast will respond in the wound healing process. Herbal medicines such as green tea and chitosan can be used in wound healing. The polyphenol content in green tea, namely EGCG, has an anti-inflammatory effect, increasing wound healing. In wound healing, chitosan promotes hemostasis and tissue recovery. Based on several previous studies, the use of 1.2% green tea extract was effective for improving wound healing in rat open wound models, chitosan 1% could trigger the proliferation of fibroblasts in the wound healing process after tooth extraction. The aim of this study is to analyze the effect of gel mixture of extract Camellia sinensis 1,2% with chitosan 1% on post-tooth extraction wound of Wistar rats. Methods: This was a randomized post-test only control group design using 40 Wistar rats which were randomly divided into 2 groups. Each group underwent intramuscular anesthesia on the rat's thigh and tooth extraction of mandibular left incisor. The treatment group was applied mixed gel of extract Camellia sinensis 1.2% and 1% chitosan as much as 0.01 ml and the control group was not given any treatment, after that decapitated on days 1, 3, 5, and 7. Result: The mean number of treated fibroblasts was higher than the control group on days 1, 3, 5, 7, respectively, 75.00; 176.00; 349.00 and 427.00 cells. The mean difference in the number of fibroblasts was significant with p-value 0.001 (p>0.05). Conclusions:  Mixed extract gel of Camellia sinensis and chitosan increased fibroblasts in wound healing process after tooth extraction of Wistar rats with the highest mean of fibroblast on the 7th day.Keywords: mixed tea leaves,chitosan, fibroblast,wound healing
Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Streptococcus mutans secara In-Vitro Luh Made Diva Sasmita Pradnyani; I Gusti Agung Sri Pradnyani; Putu Lestari Sudirman
Bali Dental Journal Vol. 6 No. 1 (2022): January 2022
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v6i1.173

Abstract

Background : Streptococcus mutans is one of bacteries which is caused caries. The growth of bacteria can be inhibited by natural materials. Ocimum basilicum L. contains antibacterial substances like alkaloids, phenols, flavonoids, steroids, triterpenoids, tannin, and essential oils. This research aims to know the inhibition of ocimum bacilicum L. extract to Streptococcus mutans throught in-vitro. Method : It has been done laboratory experimental research with post only group design. The number of sampels in this research was 42, which were divided into 5 treatment groups of concentrations, they are 20%, 40%, 60%, 80%, 100 % and 2 control groups, they are amoxixilin (positive control) and ethanol 96% (negative control). Inhibited method that used in this research was disc diffusion method. Result : Phytochemical test result of Ocimum basilicum L. extract is alkaloids, phenols, saponin, essential oils, tannin, steroid, and flavonoids. In this research, the average of inhibition zone diameter with incubation length of 24 hour is 7 mm (20%), 7.5 mm (40%), 8.8 mm (60%), 9.2 mm (80%), 8.2 mm (100%), 42.3 mm (positive control) and 0 mm (negative control). For the incubation length of 48 hours, it is obtained 7.2 mm (20%), 8.3 mm (40%), 11.8 mm (60%), 11.6 mm (80%), 9.7 mm (100%), 44.3 mm (positive control) and 0 mm (negative control). Conclusion : Extract is able to inhibit the growth of bacteria of Streptococcus mutans on concentration of 20%, 40%, 60%, 80%, and 100% throught in vitro. Latar Belakang : Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri penyebab karies. Pertumbuhan bakteri dapat dihambat dengan menggunakan bahan herbal. Daun kemangi diketahui mengandung senyawa antibakteri seperti minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, triterpenoid, steroid, tanin dan fenol yang diduga dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun kemangi terhadap Streptococcus mutans secara in-vitro. Metode : Telah dilakukan penelitian eksperimental laboratoris dengan desain post only group. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 42 yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100% dan 2 kelompok kontrol yaitu amoksisilin (kontrol positif) dan etanol 96 % (kontrol negatif). Metode uji daya hambat yang digunakan adalah metode difusi cakram. Hasil :Hasil uji fitokimia ekstrak daun kemangi menunjukkan terdapat senyawa alkaloid, fenol, saponin, minyak atsiri, tanin, steroid, dan flavonoid. Pada penelitian ini diperoleh rata-rata diameter zona hambat dengan inkubasi 24 jam sebesar 7 mm (20%), 7.5 mm (40%), 8.8 mm (60%), 9.2 mm (80%), 8.2 mm (100%), 42.3 mm (kontrol positif) dan 0 mm (kontrol negatif). Untuk inkubasi 48 jam diperoleh hasil sebesar 7.2 mm (20%), 8.3 mm (40%), 11.8 mm (60%), 11.6 mm (80%), 9.7 mm (100%), 44.3 mm (kontrol positif) dan 0 mm (kontrol negatif). Simpulan : Ekstrak daun kemangi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% secara in-vitro.