Luh Wayan Ayu Rahaswanti
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Perbedaan promosi kesehatan dengan metode audiovisual dan demonstrasi terhadap tindakan menyikat gigi anak usia 6-8 tahun di SD Negeri 1 Rendang Kadek Rahma Novita Utari; Luh Wayan Ayu Rahaswanti; Ni Wayan Arya Utami
Bali Dental Journal Vol. 5 No. 1 (2021): January 2021
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v5i1.151

Abstract

Introduction: Dental and oral health promotion is an effort to influence someone to behavewell in maintaining oral health. Submission of dental and oral health promotion for children should be made as attractive as possible, in this study we used two different methods: the audiovisual method and the demonstration method. The audiovisual method contains animated cartoon characters and stimulates interesting motion effects for children, while the demonstration method shows a process so that respondents can see, observe, hear, and feel the process shown. This study aimed to determine the differences in effectiveness between the audiovisual method and the demonstration method for brushing teeth of children aged 6-8 years in 1st Rendang elementary school. Method: The design of this research is quasi-experimental study with a two groups pre-post test design approach consisted samples of 44 children aged 6-8 years which were divided into two groups, audiovisual groups and demonstrations groups. Data were analyzed by the Independent T Test. Result: The results showed that the average score of brushing teeth of respondents in the audiovisual group increased by 26.6 from pre test to post test 1, and 27.9 from pre test to post test 2. In the demonstration group showed that the average score of brushing teeth of respondents increased by 32.5 from pre test to post test 1, and 9.9 from pre test to post test 2. Conclusion: The conclusion of this study is both methods is effective in increasing the average score of the action of brushing the teeth of respondents. Latar Belakang: Promosi kesehatan gigi dan mulut merupakan upaya untuk memengaruhi seseorang agar berperilaku baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Penyampaian promosi kesehatan gigi dan mulut untuk anak-anak harus dibuat semenarik mungkin, pada penelitian ini menggunakan dua metode yang berbeda yaitu metode audiovisual dan metode demonstrasi. Metode audiovisual menampilkan karakter animasi kartun serta menstimulasi efek gerak yang menarik untuk anak-anak, sedangkan metode demonstrasi memperlihatkan suatu proses sehingga responden dapat melihat, mengamati, mendengar, dan merasakan proses yang ditunjukkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan efektivitas antara metode audiovisual dan metode demonstrasi terhadap tindakan menyikat gigi anak usia 6-8 tahun di SD Negeri 1 Rendang. Metode: Metode penelitian pada penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan two group pre-post test design dengan jumlah sampel 44 anak usia 6-8 tahun dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok audiovisual dan demonstrasi, kemudian dianalisis dengan uji Independent T Test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor tindakan menyikat gigi responden pada kelompok audiovisual mengalami peningkatan sebesar 26,6 dari pre test ke post test 1, dan 27,9 dari pre test ke post test 2. Pada kelompok demonstrasi, terjadi peningkatan rata-rata skor tindakan menyikat gigi sebesar 32,5 dari pre test ke post test 1, dan 9,9 dari pre test ke post test 2. Conclusion: Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode audiovisual dan metode demonstrasi sama-sama memiliki efektivitas dalam meningkatkan rata-rata skor tindakan menyikat gigi responden.
Hubungan early childhood caries (ECC) dengan status gizi anak umur 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Mengwi III Badung I Gede Marantika Yogananda Sutela; L W Ayu Rahaswanti; I Wayan Weta
Bali Dental Journal Vol. 3 No. 2 (2019): June 2019
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v3i2.205

Abstract

Introduction: Early childhool caries (ECC) is a disease that could impairs dental aestethic and social function of children. ECC also cause pain and discomfort in mastication process.The aim of this study was to find out about ECC incidence and nutritional status of those children and investigate the relationship between those two categories.Method: this study was conducted on 107 children aged 3 to 5 years old through multistage sampling and the data was analyzed with Fisher’s Exact test.Result: the result shows that the data from ECC category were distributed greatly at children with ECC group (71%) which divided into 25.2% from ECC type I group, 32.7% from ECC type II group, and 13.1% from ECC type III group. The data from nutritional status category were distributed greatly at children with normal weight group (77.6%).Conclusion: there is no relation between ECC incidence with nutritional status in children aged 3 to 5 years old at Puskesmas Mengwi III Badung’s Work Area (P-value> 0.05), but the data shows that ECC severity tends to increase when the children grows older. Latar Belakang: Early childhool caries (ECC) merupakan penyakit yang dapat menyebabkan masalah pada bidang estetika dan sosial seorang anak. ECC juga dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan dalam makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian ECC dan gambaran status gizi anak serta hubungan antara ECC dengan status gizi anak umur 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Mengwi III Badung.Metode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional ini menggunakan sampel sebanyak 107 orang anak umur 3 sampai 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Mengwi III Badung. Teknik sampling yang digunakan adalah multistage sampling. Analisis statistik dilakukan dengan uji Fisher’s Exact.Hasil: Sampel paling banyak terdistribusi pada kategori yang mengalami ECC yaitu sebanyak 71% dengan rincian 25.2% pada ECC kelas I, 32.7% pada kelas II dan 13.1% pada kelas III. Gambaran status gizi menunjukkan sampel paling banyak terdistribusi pada kelompok status gizi normal (77.6%). Simpulan : dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ECC dengan status gizi anak (P-value> 0.05), namun secara keseluruhan tampak adanya kecenderungan semakin bertambahnya umur maka keparahan ECC juga akan meningkat.
Hubungan faktor risiko usia, perilaku menyikat gigi, dan penggunaan tusuk gigi terhadap angka kejadian abrasi gigi di Banjar Dinas Tangkupanyar, Desa Tangkup Sidemen, Karangasem Made Sukma Saraswathi; Putu Ratna Kusumadewi Giri; Luh Wayan Ayu Rahaswanti
Bali Dental Journal Vol. 4 No. 1 (2020): January 2020
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v4i1.251

Abstract

Background: Dental and oral health problem in the rural area has increased every year. The Villagers knowledge about the dental abrasion is still lacking. Dental abrasion is a damage on the surface layer of the tooth caused by the contact of the tooth with an object outside which scratches the surface of the tooth and forms a hollow on the tooth surface. Clinical image of tooth abrasion is sharp V-shaped cavity in the CEJ portion of the facial aspect of the tooth. Abrasion can be caused by the improper tooth brushing behavior and the use of toothpicks. Beside that the age factor can also influence the number of dental abrasion in the community. Aim: The purpose of this research is to determine the corelation between risk factor of age, tooth brushing behavior, and the utilization of toothpicks to the number of dental abrasion case at Banjar Dinas Tangkupanyar, Tangkup village, Sidemen Karangasem. Methods: This research is a analytical observational research with cross sectional approach. The samples are 114 people who were determined by using simple random sampling. This research uses the spearman rank test correlation. The data of age, toothbrushing behavior, and utilization of toothpick were obtained by using questionnaire, while dental abrasion data were taken by doing dental screening. Result: The result of this research shows that there is a significant correlation between risk factor of age to dental abrasion with r=0.855 (p< 0.05). This research also shows that there is a correlation between toothbrushing behavior and dental abrasion case with r=0.863 (p <0.05). There is a significant correlation between toothpick use and dental abrasion occurrence with r=0.555 (p< 0.05). Conclusion: It can be concluded that there is a relationship between risk factor of age, tooth brushing behavior, and the utilization of toothpick to the number of dental abrasion case in Banjar Dinas Tangkupanyar, Tangkup Village Sidemen, Karangasem. Latar Belakang: Setiap tahunnya permasalahan kesehatan gigi dan mulut di pedesaan mengalami peningkatan. Pengetahuan masyarakat di pedesaan terkait abrasi pada gigi masih sangat minim. Abrasi gigi adalah kerusakan pada lapisan permukaan gigi diakibatkan oleh kontak gigi dengan benda dari luar yang menggores permukaan gigi hingga membentuk cekungan pada permukaan gigi. Gambaran klinis abrasi berupa cekungan tajam berbentuk V pada bagian CEJ dari aspek fasial gigi. Abrasi dapat diakibatkan oleh penerapan perilaku menyikat gigi yang kurang tepat dan penggunaan tusuk gigi, disamping itu faktor usia juga turut mempengaruhi kejadian abrasi gigi di masyarakat. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor risiko usia, perilaku menyikat gigi, dan penggunaan tusuk gigi terhadap angka kejadian abrasi gigi di Banjar Dinas Tangkupanyar, Desa Tangkup, Sidemen Karangasem. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 114 orang dengan metode pengambilan sampel simple random sampling. Penelitian in menggunakan uji korelasi Spearman rank test. Pengambilan data usia, perilaku menyikat gigi, penggunaan tusuk gigi dilakukan dengan metode wawancara kuesioner, sedangkan data abrasi gigi diambil dengan melakukan screening gigi. Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor risiko umur terhadap kejadian abrasi gigi dengan r=0,855 (p<0,05). Penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan signifikan perilaku menyikat gigi terhadap abrasi gigi dengan r=0,863 (p<0,05), dan terdapat hubungan signifikan antara penggunaan tusuk gigi terhadap kejadian abrasi gigi dengan r=0,555 (p<0,05). Simpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor risiko usia, perilaku menyikat gigi, dan penggunaan tusuk gigi terhadap angka kejadian abrasi gigi di banjar Dinas Tangkupanyar, Desa Tangkup Sidemen, Karangasem.
Evaluasi keberhasilan pengisian saluran akar dengan sediaan zinc oxide eugenol dan campuran calcium hydroxide dengan pasta iodoform Luh Wayan Ayu Rahaswanti
Intisari Sains Medis Vol. 8 No. 1 (2017): (Available online: 1 April 2017)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.214 KB) | DOI: 10.15562/ism.v8i1.1

Abstract

Aim: the aim of this study was to investigate the succesful rate between Zinc Oxide Eugenol and Calcium Hydroxide with Iodoform Paste as root canal sealer for necrotic primary teeth. Method: pulpectomy procedures were conducted on 16 maxilary anterior teeth and for the obturation step, they were devided into two groups consist of 8 teeth. The first group of teeth were obturated with Zinc Oxide Eugenol sealer and the second group were obturated with Calcium Hydroxide with Iodoform Paste sealer. The data was taken on one month, two months, and three months after the treatment and then analized with Fisher’s Exact Test. Result: the result shows that there is no significant succesful rate between Zinc Oxide Eugenol and Calcium Hydroxide with Iodoform Paste as root canal sealer for necrotic primary teeth. Conclusion: the conclusion of this study is that both of Zinc Oxide Eugenol and Calcium Hydroxide with Iodoform Paste have similar efficacy in treating necrotic primary teeth.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua tentang Kesehatan Gigi terhadap Indeks Karies Gigi pada Siswa Retardasi Mental di SLB C Negeri 1 Badung I Gusti Ayu Chyntia Damarayatna; Louise Cinthia Hutomo; Luh Wayan Ayu Rahaswanti
Bali Dental Journal Vol. 6 No. 1 (2022): January 2022
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v6i1.80

Abstract

Background: Knowledge is very influential on the behavior of parents who have children with mental retardation with their limitations. The behavior of parents will be applied in the daily life of children with mental retardation, especially in maintaining dental and oral health. The level of dental and oral health, especially caries in normal children is higher when compared with children with mental retardation. Therefore children with mental retardation need special attention in maintaining dental and oral health. Objective: Aim of this study is to determine the effect of parents's level of knowledge and behavior on dental health due to dental caries index of SLB C Negeri 1 Badung children. Methods: This study used an observational study design with a cross-sectional study design. The sampling technique is using a stratified random sampling, with a total sample is 90 parents and children. Data was obtained from filling out questionnaires by parents and screening children’s oral health. Data analyzed uses univariate and bivariate data analyzed. Results: The results showed that knowledge had an effect on behavior (p = 0.038). While the behavior of parents affects the caries index in the phase of permanent teeth and mixed teeth (p-value DMF-T = 0,000; p-value DMF-T primary teeth = 0.001; p-value def-t = 0.001). Conclusion: Parent's knowledge influences parent’s behavior and parental behavior influences caries index (DMF-T) in permanent dental phase, caries index (DMF-T) in mixed dental phase and caries index (def-t) in mixed dental phase of students in SLB C Negeri 1 Badung. Latar Belakang: Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku orang tua yang memiliki anak retardasi mental dalam keterbatasannya. Perilaku yang dimiliki orang tua akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari anak dengan retardasi mental terutama dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Tingkat kesehatan gigi dan mulut, terutama karies pada anak normal lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak dengan retardasi mental. Oleh karena itu anak retardasi mental membutuhkan perhatian khusus dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua tentang kesehatan gigi terhadap indeks karies gigi anak SLB C Negeri 1 Badung. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling, dengan total sampel sebesar 90 orang tua dan anak. Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang diisi sendiri oleh orang tua kemudian dilakukan screening pada anak. Analisis data menggunakan analisis data univariat dan bivariat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan berpengaruh terhadap perilaku (p= 0,038). Sementara perilaku orang tua berpengaruh terhadap indeks karies pada fase gigi permanen dan gigi campuran (p-value DMF-T = 0,000; p-value DMF-T gigi sulung = 0,001; p-value def-t = 0,001). Simpulan: Pengetahuan orang tua berpengaruh terhadap perilaku orang tua serta perilaku orang tua berpengaruh terhadap indeks karies (DMF-T) pada fase gigi permanen, indeks karies (DMF-T) pada fase gigi campuran dan indeks karies (def-t) pada fase gigi campuran siswa-siswi SLB C Negeri 1 Badung.
Perbedaan Indeks Karies (DMF-T/def-t) Anak dengan Retardasi Mental Ringan dan Sedang di SLB Negeri 1 Badung Audrey Calista Putri; Luh Wayan Ayu Rahaswanti; Mia Ayustina Prasetya
Bali Dental Journal Vol. 6 No. 1 (2022): January 2022
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Children with mental retardation have higher incidence of periodontal disease and lower oral hygiene than normal children. Low levels of oral and dental health of children with mental retardation can cause other oral problems. The most common teeth and mouth problem in children with mental retardation is caries. The aim of this study is to determine the differences in mean caries index in children with mild and moderate mental retardation. Methods: The design of this study was observational with a comparative cross-sectional study design. The sample selection was done by stratified random sampling, which was done based on the existing class strata with a total sample of 64 students by intraoral screening procedure. Results: The result of this research indicated that in elementary school students, the group of children with mild mental retardation obtained a def-t index of 3.2 ± 5.03 (medium) and DMF-T index of 1.5 ± 1.22 (low). Meanwhile, in the group of children with medium mental retardation was recorded a def-t index of 4.1 ± 2.30 which (medium) and DMF-T amounted to 3 ± 2.27 (medium). In junior / high school students, the group of children with mild mental retardation obtained a DMF-T index of 1.9 ± 1.48 (low) and children with mental retardation was recorded DMF-T index of 4.3 ± 2.91 (medium). Conclusion: There was a significant difference in DMF-T of junior / high school students (permanent dentition) in which DMF-T children with mild mental retardation were lower than children with moderate mental retardation, but no significant difference in def-t and DMF- T in elementary school students (mixed dentition) with mild and moderate mental retardation. Latar Belakang: Anak dengan retardasi mental memiliki tingkat kejadian penyakit periodontal yang lebih tinggi serta oral hygiene yang lebih rendah dibandingkan anak normal. Rendahnya tingkat kesehatan gigi dan mulut anak dengan retardasi mental dapat menimbulkan masalah rongga mulut lainnya. Masalah gigi dan mulut yang paling banyak ditemui pada anak dengan retardasi mental adalah karies. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata indeks karies pada anak dengan retardasi mental ringan dan sedang. Metode: Desain penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian comparative cross-sectional. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling, yaitu dilakukan berdasarkan strata kelas yang ada dengan total sampel 64 siswa melalui prosedur screening intraoral. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa SD, kelompok anak dengan retardasi mental ringan didapat indeks def-t sebesar 3.2 ± 5.03 (sedang) dan indeks DMF-T sebesar 1.5 ± 1.22 (rendah). Sementara itu, pada kelompok anak dengan retardasi mental sedang tercatat indeks def-t sebesar 4.1 ± 2.30 (sedang) dan DMF-T sebesar 3 ± 2.27 (sedang). Pada siswa SMP/SMA, kelompok anak dengan retardasi mental ringan didapat indeks DMF-T sebesar 1.9 ± 1.48 (rendah) dan anak dengan retardasi mental sedang tercatat indeks DMF-T sebesar 4.3 ± 2.91 (sedang). Simpulan: Terdapat perbedaan signifikan pada DMF-T siswa SMP/SMA (permanent dentition) dimana DMF-T anak dengan retardasi mental ringan lebih rendah dibandingkan anak dengan retardasi mental sedang, tetapi tidak ada perbedaan signifikan indeks def-t maupun DMF-T pada siswa SD (mixed dentition) dengan retardasi mental ringan dan sedang.