Moch Zaenal Hakim
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KESADARAN PENULARAN HIV DAN AIDS KEPADA PASANGAN DI KALANGAN ORANG DENGAN HIV DAN AIDS (ODHA) DI INDONESIA Moch Zaenal Hakim; Okta Tresna Minda Putra; Wawan Heryana
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 4 No 1 (2022): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kesadaran diri ODHA pada penularan HIV dan AIDS terhadap pasangan di Jakarta Utara, mencakup sistem nilai pada penularan HIV, cara pandang pada penularan HIV, dan perilaku dalam upaya pencegahan penularan HIV. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei deskriptif terhadap 99 responden yang dipilih melalui Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan melalui angket dan studi dokumentasi. Alat ukur menggunakan skala Likert dengan uji validitas muka. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif menyajikan tabel frekuensi untuk menarik kesimpulan tanpa menaksirkan hasil penelitian terhadap populasi. Hasil penelitian menunjukkan 79,04% responden memiliki sistem nilai yang baik pada penularan HIV dan AIDS, 80,30% responden memiliki cara pandang yang baik pada penularan HIV dan AIDS, dan 92,21% responden memiliki perilaku yang baik dalam pencegahan penularan HIV dan AIDS. Penelitian ini menemukan adanya pandangan buruk responden mengenai kemungkinan dirinya menularkan HIV pada pasangan, keinginan pasangannya tidak tertular HIV, pandangan buruk dari orang lain mempengaruhi perilaku responden, dan adanya keacuhan responden untuk berbagi informasi HIV dan AIDS dengan pasangan. Hal ini menunjukkan adanya kesalahan informasi dalam penilaian responden. Rekomendasi penelitian adalah perlu pemberian pemahaman dan kesadaran ODHA serta diberikan keberdayaan agar melaksanakan pencegahan positif pada pasangannya dan orang lain. Intervensi pekerjaan sosial melalui kelompok pendidikan (Educational group) dan kelompok bantu diri (self help group) dilakukan untuk meningkatkan kesadaran diri ODHA pada penularan HIV dan AIDS terhadap pasangan dan orang lain.
KEINGINAN BUNUH DIRI ORANG DENGAN HIV DAN AIDS (ODHA) DAMPINGAN YAYASAN PKBI DKI JAKARTA Iqbal Putra; Moch Zaenal Hakim; Wawan Heryana
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 1 No 1 (2019): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.776 KB)

Abstract

Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dihadapkan kepada permasalahan diri yang negatif dan situasi lingkungan sosial ODHA yang tidak mendukung karena stigma dan diskriminasi. Kondisi ini berdampak kepada keputusasaan dan keinginan untuk bunuh diri ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana keinginan bunuh diri yang dialami ODHA dampingan Yayasan PKBI DKI Jakarta, yang mencakup karakteristik responden, gambaran depresi responden, gambaran keputusasaan responden, dan riwayat percobaan bunuh diri responden. Metode penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel dipilih 44 dari 219 orang dalam populasi, dengan menggunakan teknik pengambilan proportionate stratified random sampling yang terbagi menjadi tiga strata yaitu Wanita Pria (Waria), Lelaki Suka Lelaki (LSL), dan Ibu Rumah Tangga (IRT), dengan Pengumpulan data melalui kuesioner dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, diolah dengan perangkat lunak SPSS. Hasil analisis menunjukkan terdapat tujuh orang Wanita Pria (Waria), 15 orang Lelaki Seks Lelaki (LSL), dan 22 Ibu Rumah Tangga (IRT). Gambaran depresi yang dialami responden ialah 38,84%, sebanyak 44,31% responden mengalami keputusasaan, dan 29,16% responden mengalami riwayat percobaan bunuh diri. Secara keseluruhan 38,17% responden memiliki keinginan bunuh diri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perlu adanya upaya Peningkatan Kapasitas dan Potensi Diri ODHA melalui kelompok bantu diri (Self Help Group). Melalui upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan potensi diri ODHA untuk mengatasi permasalahan yang dialami.Kata Kunci: Keinginan Bunuh Diri, ODHA, Self Help Group.
KEPERCAYAAN DIRI ORANG DENGAN HIV DI KALANGAN LELAKI YANG BERHUBUNGAN SEKS DENGAN LELAKI (LSL) DI KOTA BANDUNG Rizkiyatuzzahro .; Moch Zaenal Hakim; Enung Enung
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 2 No 1 (2020): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.069 KB) | DOI: 10.31595/rehsos.v2i1.256

Abstract

Kepercayaan diri yang dimaksud bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai keyakinan terhadap kemampuan diri, optimisme informan terhadap status HIV informan, obyektivitas terhadap masalah yang dihadapi, Kemampuan bertanggungjawab informan, rasionalitas informan terhadap masalah yang dihadapi informan orang dengan HIV. Metode penelitian yang digunakan  metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan sumber data primer dan sumber data sekunder yang ditentukan dengan menggunakan Teknik purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview), observasi, dan studi dokumentasi. Adapun Teknik pemeriksaan keabsahan dan data menggunakan uji kredibilitas yaitu triangulasi. Analisis data yang digunakan data reduction (data reduksi), data display (penyajian data), dan  conclusion (penarikan Kesimpulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri orang dengan HIV cukup baik, terutama pada aspek obyektivitas terhadap masalah yang dihadapi, Kemampuan bertanggungjawab informan, rasionalitas informan terhadap masalah yang dihadapi informan. Namun, berdasarkan hasil penelitian bahwa aspek keyakinan terhadap kemampuan diri dan optimisme informan terhadap status HIV informan masih belum cukup baik. Berdasarkan hal tersebut,  maka peneliti merekomendasikan perlu dilakukan upaya penanganan dalam rangka Peningkatan keyakinan terhadap kemampuan diri dan optimisme Orang Dengan HIV dikalangan Lelaki yang berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) di Perkumpulan Puzzle Indonesia  melalui pendekatan konseling dan pembentukan Self Help Group Kata Kunci:Kepercayaan Diri; Lelaki yang berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL);  ODHA; Konseling; Kelompok Bantu Diri
BURNOUT PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT (PICU) RSUD ULIN BANJARMASIN Safriana Nur Awaliah Akbar; Aep Rusmana; Moch Zaenal Hakim
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 2 No 2 (2020): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.58 KB) | DOI: 10.31595/rehsos.v2i2.308

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran empiris mengenai kondisiburnout pada keluarga pasien di Ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di RSUDULIN Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitiatif dengan metodedeskriptif. Adapun objek dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 responden yang diperolehmelalui teknik pengambilan sampel jenuh. Sedangkan teknik pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner dan studi dokumentasi. Dalampenelitian ini, alat ukur penelitian menggunakan skala likert, yang mana skala likertdigunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok. Adapun hasil penelitian ini dianalisis dengan satu variabel menggunakan teknik statistik deskriptifmelalui tabel-tabel dan garis kontinum dengan memperhatikan persentase skor total.Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa burnout pada keluarga pasien di RuangPediatric Intensive Care Unit (PICU) di RSUD ULIN Banjarmasin berada pada kategoritinggi, hal tersebut ditunjukkan pada tiga dimensi yakni kelelahan emosional, kelelahan fisikdan kelelahan mental. Maka dari itu untuk mengurangi burnout pada keluarga pasien,peneliti mengusulkan program “Upaya Pengurangan Tingkat Burnout Keluarga PasienMelalui Kelompok Bantu Diri (Self Help Group)”. Metode yang digunakan adalah metodegroup work dengan teknik konfrontasi, intrepertasi dan support dengan kegiatan diskusikelompok dan role playing
SELF SERVING BIAS ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II BANDUNG Akung Wahyu Tri Wiyono; Moch Zaenal Hakim; Dayne Trikora Wardhani
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 2 No 2 (2020): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.106 KB) | DOI: 10.31595/rehsos.v2i2.309

Abstract

Self Serving Bias adalah tendensi seseorang untuk menganggap dirinya lebih baikdibandingkan orang lain. Penelitian ini akan mengkaji tentang: 1) karakteristik informan, 2)Self Serving attribution (kesalahan dalam mengatribusi) 3) Self Congratulatory Comparison(menganggap diri lebih baik dibanding orang lain), 4) Illusory Optimism (optimisme yangtidak realistis), 5) False Consensus For Failings (kesalahan konsensus terhadap kegagalan),dan 6) Harapan Informan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam selfserving bias sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai resiko munculnya selfserving bias dan mengupayakan program pembinaan yang tepat. Informan penelitian inisembilan orang yaitu lima anak berhadapan dengan hukum dan empat sebagai informanpendukung. Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi kasus. Sumber datayang digunakan data primer dan data sekunder. Penentuan informan menggunakan teknikpurposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasipartisipatif, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan anakberhadapan hukum yang menjadi informan melakukan self serving bias dengan gejala-gejalaberupa mengatribusikan hal positif kepada diri sendiri dan hal negatif kepada orang lain,menganggap dirinya lebih baik daripada anak didik yang lain dalam berbagai hal, memilikiharapan yang tidak realistis, dan memiliki konsenus yang salah terhadap tindak kejahatanyang dilakukan dan menjadi anak didik didalam lembaga pembinaan khusus anak. Melaluiterapi kognitif perilaku dapat menurunkan perilaku self serving bias pada anak. Namunsebelum terapi individu terlebih dahulu anak berhadapan hukum melakukan terapi kelompokterapeutik guna meningkatkan perkembangan diri dalam hal konitif, emosional, psikososial,dan moral.
KEBERMAKNAAN HIDUP IBU RUMAH TANGGA DENGAN HIV/AIDS DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA “SMILE PLUS” TEMANGGUNG Ayu Rakhma Windarti; Moch Zaenal Hakim; Uke Hani Rasalwati
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 3 No 02 (2021): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.972 KB) | DOI: 10.31595/rehsos.v3i02.448

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebermaknaan hidup ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS di KDS “Smile Plus” Temanggung. Aspek kebermaknaan hidup yaitu: tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan hidup, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan untuk hidup. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data empat informan utama dan tiga informan pendukung berdasarkan purposive sampling. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan hidup ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS yaitu ingin selalu diberikan kesehatan. Hambatan yang dialami dalam mencapai tujuan hidup adalah terkait kesehatan, tidak semua orang mau menerima keadaannya yang berstatus Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), dan permasalahan keturunan dimana pasangan yang bukan ODHA masih takut untuk memiliki keturunan dari dirinya. Kepuasan dalam hidup adalah selalu bersyukur atas apa yang dimiliki dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Kebebasan hidup adalah kebebasan dalam bersosialisasi di masyarakat. Pandangan kematian bagi mereka adalah setiap orang akan mengalami kematian sehingga harus banyak melakukan kebaikan. Pikiran tentang bunuh diri terjadi karena mereka merasa tidak memiliki harapan hidup karena terinfeksi HIV/AIDS. Kepantasan untuk hidup bagi mereka adalah karena hidup penuh cobaan sehingga hidup perlu diperjuangkan.
KESEDIAAN BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) DALAM MENANGANI HIV/AIDS Moch Zaenal Hakim
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 1 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i1.4

Abstract

Abstract As an institution in providing training for social workers, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) has a very important role to play towards the social well-being of the community. A qualitative study was conducted in order to identify the extent of BBPPKS’s involvement in providing training on HIV/AIDS. Aspects which is tested including the profile of BPPKS institution; the institutional assessment concerning HIV/AIDS from the aspects of knowledge, attitudes toward people with HIV/AIDS (PLWHA); policy and requirement of HIV/AIDS training; and HIV/AIDS training curriculum for social worker. With purposive and snowball sampling technique, six institutions throughout Indonesia under the BBPPKS were selected as informants. Results showed that informant had a good understanding about HIV/AIDS and have positive attitudes towards PLWHA. With regards to the training needs of HIV/AIDS for social workers, the BBPPKS in Jayapura understands the problems of HIV/AIDS and has conducted training on HIV/AIDS for their social workers and stakeholders in this region. However, the other five institutions of BBPPKS, namely Padang, Bandung, Yogyakarta, Makassar and Banjarmasin have yet to acknowledge the problems of HIV/AIDS in their areas. Furthermore, the five institutions do not have a training program of HIV/AIDS for social workers. At the same time, the five BBPPKS highlighted that currently there is no stakeholders in the province ever propose for HIV/AIDS training for social workers.  However, results of research showed that there is an important need for HIV/AIDS training. Other factors which cause these institutions for not having any training programs include that there are no curriculum on HIV/AIDS to train the social workers, there are no competent trainers in this area and is not a top priority from the Ministry of Social Affairs of Indonesia to have such training. This study also introduced a curriculum on HIV/AIDS training for social workers which can be implemented by BBPPKS.Keywords: BBPPKS, social worker, stakeholders, training programme, curriculum on  HIV/AIDS training for social worker Abstrak Peranan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BPPKS) sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. Penelitian kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana BBPPKS terlibat dalam pelatihan tentang HIV/AIDS. Aspek-aspek kajian meliputi profil BBPPKS; penilaian institusi terhadap HIV/AIDS berdasarkan aspek pengetahuan, sikap terhadap ODHA, kebijakan dan keperluan pelatihan HIV/AIDS, serta kurikulum pelatihan HIV/AIDS untuk pekerja sosial. Dengan menggunakan teknik purposive dan snowball sampling, enam BBPPKS di Indonesia telah dipilih sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan informan mempunyai pemahaman yang baik tentang HIV/AIDS dan sikap yang positif terhadap ODHA.  Terkait dengan kebutuhan latihan HIV/AIDS untuk pekerja sosial, BBPPKS Jayapura memahami permasalahan HIV/AIDS dan telah menjalankan latihan HIV/AIDS untuk pekerja sosial dan stakeholder di wilayah kerjanya. Lima  institusi lainnya yaitu BBPPKS Padang, Bandung, Yogyakarta, Makassar dan Banjarmasin belum dapat memahami permasalahan HIV/AIDS dengan baik di wilayah kerjanya. Kelima institusi  ini juga belum mempunyai program latihan HIV/AIDS untuk pekerja sosial. Kelima BBPPKS juga berpendapat belum ada stakeholder di wilayah kerjanya yang mengusulkan latihan HIV/AIDS untuk pekerja sosial. Namun demikian, hasil penelitian menunjukkan sudah ada kebutuhan latihan HIV/AIDS. Faktor-faktor lain yang menyebabkan BBPPKS belum mempunyai program latihan, yaitu ketiadaan kurikulum latihan HIV/AIDS untuk pekerja sosial, tidak ada tenaga pengajar yang kompeten melatih HIV/AIDS, dan belum ada keutamaan dalam program latihan HIV/AIDS dari Kementerian Sosial Indonesia.  Kajian ini juga merekomendasikan satu kurikulum latihan HIV/AIDS khusus pekerja sosial untuk diimplementasikan oleh BBPPKS di Indonesia.   
PERILAKU BERISIKO TINGGI TERTULAR HIV DAN AIDS DI KALANGAN SUPIR TRUK ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI Moch Zaenal Hakim; Rini Hartini R.A; Lina Favourita; Nono Sutisna
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 12 No 1 (2013): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v12i1.9

Abstract

AbstractHIV/AIDS case in Indonesia more increase by the year, in quality nor quantity. Until 2010, identificated 24.131 people living with HIV/AIDS (PLWHA) from many groups includes high risk infected HIV group. As one of high risk man group, truckers is very susceptible infection by HIV/AIDS. The high risk behaviour in truckers and their knowledges about sexual infection disease and HIV/AIDS are still low bring them pass to suspectible and already infected HIV. This conditions are very felt concerned, because if truckers has been infected by HIV, they are big potentially spreading to the other society group by high riskman or not. Truckers are the the main bridge of spreading of HIV/AIDS between prostitutes and society. This qualitative research purpose to know high risk behaviour to infected HIV/AIDS in truckers group in North Coast Area, Subang, West Java. Aspects which is tested including data about characteristic of truck driver,  to know the comprehension of truck driver about understanding, transmission, symptom, prevention and care for HIV/AIDS, to know  How truck drivers activities in the time rest at northen coast Subang, and  providing recommendation for prevention program of HIV/AIDS among truck driver and their environment. Using purposive sampling tehnique, five informants are choosen as primary data resources with two addition informants as secondary data resources for interviewed.The results are showing that the the knowledge about HIV/AIDS of the five informants are low. High risk behaviour to infected HIV in truckers is having sex with women prostitutes by static spouse or changing spouse, did not using condom, having sex with girl friend, having sex in vaginal or oral. The factors that causing high risk sexual behaviour in truckers are pretention, need, and propensity to do something (internal) dan environment factor (external) such as friend influence, and the existing of rest area and prostitution place in the North Coast Strip, Subang, West Java. The Research are recomendating the importance of trucker to change their knowledge, strengthening  their comprehension and perception about HIV/AIDS problem by formatting educational group, and strengthening the environment factors that possible to make positive behaviour changing in truckers. Keywords: PLWHA, high risk man, truckers, educational group, positive behaviour change AbstrakKasus HIV/AIDS di Indonesia semakin meningkat setiap tahun, baik kualitas maupun kuantitas. Sampai dengan tahun 2010 telah ditemui 24.131 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dari berbagai kelompok termasuk kelompok berisiko tinggi tertular HIV. Sebagai salah satu kelompok lelaki berisiko tinggi, supir truk sangat rentan tertular HIV/AIDS. Praktek perilaku berisiko tinggi di kalangan supir truk ditambah dengan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, menjadikan mereka rentan dan sudah tertular virus HIV. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan, karena ketika supir truk telah tertular virus HIV, mereka berpotensi besar untuk menularkannya kepada kelompok masyarakat lainnya baik yang berisiko tinggi maupun tidak. Supir truk merupakan jembatan utama penularan HIV/AIDS antara wanita pekerja seks dengan masyarakat umum. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS di kalangan supir truk di kawasan pantai utara Subang Jawa Barat. Aspek yang diteliti adalah karakteristik supir truk; pemahaman supir truk tentang HIV/AIDS dari aspek pengertian, penularan dan gejala-gejala, ujian antibodi, serta pencegahan dan perawatan HIV/AIDS; dan perilaku supir truk dalam memanfaatkan waktu luang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; serta rekomendasi pelayanan yang diperlukan supir truk untuk menangani HIV dan AIDS.  Dengan menggunakan tehnik purposive sampling, lima informan telah dipilih sebagai sumber data primer ditambah dengan dua informan tambahan sebagai sumber data sekunder, untuk diwawancara.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima informan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang sangat kurang tentang HIV/AIDS. Perilaku berisiko tinggi tertular HIV informan adalah berhubungan seks dengan Wanita Tuna Susila (WTS) baik pasangan tetap maupun berganti-ganti, tidak menggunakan kondom, berhubungan seks dengan pacar, melakukan hubungan seks secara vaginal dan oral. Faktor internal perilaku seksual berisiko tinggi, yaitu keinginan, kebutuhan dan hasrat untuk melakukan sesuatu, dan faktor lingkungan (eksternal) adalah pengaruh teman, dan tempat istirahat atau lokasi prostitusi di sepanjang pantai utara Subang Jawa Barat. Penelitian merekomendasikan perlunya memperkuat perubahan pengetahuan, pemahaman dan persepsi para supir truk terhadap masalah HIV/AIDS melalui pembentukan educational group, serta memperkuat faktor lingkungan yang dapat membawa perubahan perilaku secara positif di kalangan supir truk.  Kata kunci: ODHA, lelaki berisiko tinggi, supir truk, kelompok pendidikan, pengubahan perilaku positif
PEMENUHAN HAK PENGASUHAN BAYI OLEH NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS II A TANGERANG Habibah Mutiara Triano; Moch Zaenal Hakim; Enung Huripah
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 19 No 1 (2020): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v19i1.239

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mendalam tentang pemenuhan hak pengasuhan bayi oleh narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tangerang, yang dibagi dalam beberapa aspek yaitu gambaran mengenai pelayanan kesehatan, makanan yang layak dan fasilitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 orang narapidana perempuan yang membawa bayi, 1 orang pendamping narapidana yang membawa bayi, dan 1 orang pegawai bagian Kemasyarakatan dan Perawatan. Informan ditentukan berdasarkan purposive (pertimbangan peneliti). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan hak pengasuhan bayi oleh narapidana perempuan dilihat dari aspek pelayanan kesehatan, makanan yang layak dan fasilitas telah dilaksanakan dengan cukup baik, namun ada beberapa hal yang belum terlaksana yaitu belum tersedianya fasilitas kebutuhan khusus ruang laktasi dan pemberian konsultasi oleh pendamping dan pegawai bagian Kemasyarakatan dan Perawatan untuk narapidana yang membawa bayi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti merekomendasikan  pengembangan kapasitas pendamping dan pegawai dalam pemenuhan hak pengasuhan bayi oleh narapidana perempuan. Menggunakan metode Praktik Pekerjaan Sosial Kelompok melalui teknik Educational Group, para pendamping dan pegawai ditingkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilannya agar dapat memenuhi dan memfasilitasi seluruh kebutuhan Narapidana Perempuan untuk dapat mengasuh bayinya.Kata Kunci:Pemenuhan Hak Pengasuhan Bayi, Narapidana Perempuan, Educational Group
SELF ESTEEM ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 3 JAKARTA SELATAN Anastasia Tamaro; Aep Rusmana; Moch Zaenal Hakim
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 19 No 2 (2020): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v19i2.326

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui self esteem anak asuh di Panti SosialAsuhan Anak Putra Utama 3 Jakarta Selatan yang mencakup tentang: 1) karakteristikinforman, 2) self esteem anak asuh dilihat dari keberartian diri (significance), 3) self esteemanak asuh dilihat dari kekuatan (power), 4) self esteem anak asuh dilihat dari kemampuan(competence), 5) self esteem anak asuh dilihat dari kebajikan (virtue) sesuai dengan teori SelfEsteem dari Coopersmith. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodedeskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalampenelitian ini menggunakan accidental sampling sehingga total sampel yang digunakanberjumlah 30 anak sesuai dengan keadaan lapangan. Teknik pengumpulan data yangdigunakan adalah kuisioner dan juga studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwaself esteem anak asuh dilihat dari aspek Keberartian Diri (Significance), Kekuatan (Power),Kemampuan (Competence), dan Kebajikan (Virtue) Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3Jakarta Selatan berada pada kategori sedang dengan perolehan skor total 724 pada aspekkeberartian diri (significance), skor total 693 pada aspek kekuatan (power), skor 655 padaaspek kemampuan (competence) dan 616 pada aspek kebajikan (virtue). Peningkatan self esteem anak asuh masih sangat diperlukan untuk perkembangan diri anak asuh. Program yangdiusulkan adalah “Support Group untuk Peningkatan Self