Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

POTENSI CADANGAN KARBON PADA BIOMASSA DI HUTAN LINDUNG LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Ubai Dillah; Mufidah Asy'ari; Suyanto Suyanto
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 1 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 1 Edisi Februari 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i1.11732

Abstract

The potential forests decreasing become global warming, thus affecting the occurrence of global climate change. Climate change in turn has impacted on the survival living. This is marked by appearance of extreme weather. The other phenomena in the form of natural disasters, namely: drought, floods, rain, storms, high waves, tidal floods, and so on. The goal of this case was to specify the potential for carbon stocks of biomass in Liang Anggang protected forest, Banjarbaru City. The chosen research method is using primary and secondary data. Secondary data was obtained from research, while primary data was obtained from field observations by taking several plots of biomass measurements. Plot placement is determined based on the normalized different vegetation index (NDVI). Primary data used a purposive sampling method from 12 plots from three NDVI classes, namely dark green (dense), light green (medium), and yellow (rare). The shape of the plot is in the form of a square measuring 30x30 m for the tree level, which contains plots of 10x10 for the pole level, 5x5 m for the sapling level, and 0.5x0.5 m for observations of understorey biomass and seedling level. The amount of potential biomass is counted using the appropriate allometric equation. The results of this study indicate overall potential for carbon stocks in an area of 960 ha is 37,739.60 tonnes with an average carbon reserve of 39.31 tonnes/ha, including a very low potential when compared to the potential for carbon stocks in general peatlandsPotensi hutan semakin berkurang mengakibatkan pemanasan global, sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan iklim global. Perubahan iklim global tersebut pada gilirannya berdampak pada kelangsungan makhluk hidup. Hal ini di tandai dengan munculnya cuaca ekstrim. Selain itu, munculnya fenomena lain berupa bencana alam, yaitu: kekeringan, banjir, hujan, badai, gelombang tinggi, banjir rob, dan sebagainya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besaran potensi cadangan karbon pada biomassa di hutan lindung Liang Anggang Kota Banjarbaru. Metode penelitian yang dipilih adalah menggunakan data primer dan sekunder, dimana data sekunder didapat pada studi Pustaka sebelumnya, sedangkan data primer didapat dari observasi ke lapangan dengan mengambil beberapa plot pengukuran biomassa. Peletakan plot ditentukan berdasarkan indeks nilai kehijauan (Normalized Different Vegetation Index / NDVI). Data primer di lapangan diambil menggunakan metode purposive sampling 12 plot dari tiga klas indeks kehijauan NDVI yaitu hijau tua (rapat), hijau muda (sedang), dan kuning (jarang). Bentuk plot berupa bujur sangkar berukuran 30x30 m pada tingkat pohon, didalamnya berisi plot 10x10 m sebagai plot tingkat tiang, 5x5 m tingkat pancang, dan 0,5x0,5 m pengamatan biomassa tumbuhan bawah dan tingkat semai. Besaran potensi biomassa dihitung menggunakan persamaan allometric yang sesuai. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi cadangan karbon secara keseluruhan dalam luasan 960 ha adalah sebesar 37.739,60 ton dengan rataan cadangan karbonnya adalah 39,31 ton/ha, termasuk potensi sangat kurang bila dibandingkan dengan potensi cadangan karbon yang umum di lahan gambut
INVENTARISASI POTENSI DAN KERAGAMAN HUTAN GAMBUT SEKUNDER PADA BEBERAPA TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN DI HUTAN LINDUNG LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Nurul Hasanah; Mufidah Asy'ari; Suyanto Suyanto
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 6 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 6 Edisi Desember 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i6.11026

Abstract

Liang Anggang Protection Forest is dominated by peat soils. Peat is a very rich natural resource with biodiversity, dry peat is flammable and can disrupt the function of the land ecosystem. Drying peatlands can increase the chances of peatland fires because dry peat will find it difficult to absorb water due to the repeated forest and land fires. The Liang Anggang Protection Forest is thought to have the potential and diversity of regeneration. This study aims to analyze the composition and potential of youth at several levels of fire hazard classes and to analyze the diversity of youth in fire hazard classes. Sampling was determined by purposive sampling with plotted paths according to fire hazard classes, i.e. moderately prone to fire, prone to fire, and not prone to fire. The Liang Anggang protection forest in the city of Banjarbaru has diversity and potential for regeneration. There are 2 types of plants, namely acacia (Acacia mangium) and galam (Melaleuca leucadendra), according to the fire vulnerability class. The highest average plant potential was in the fire-prone class at the seedling level, namely, galam with a value of 9,000 stems/ha and the lowest average potential was in the fire-prone class at the acacia tree level with a value of 1.28 stems/ha. The diversity index (H') of plants in the Liang Anggang Protection Forest of the 3 fire vulnerability classes has a low type because the value is less than 1.Gambut pada umumnya merupakan sumber daya alam yang kaya dengan keanekaragaman hayati, keringnya gambut memiliki sifat yang mudah terbakar dan mengganggu fungsi ekosistem lahan tersebut. Keringnya lahan gambut dapat memperbesar peluang terjadinya kebakaran lahan gambut karena gambut yang telah kering akan sulit menyerap air akibat kejadian kebakaran hutan dan lahan yang berulang-ulang, Hutan Lindung Liang Anggang diduga memiliki keragaman jenis permudaan dan potensi bervariasi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis komposisi dan potensi permudaan pada beberapa tingkatan klas kerawanan kebakaran dan menganalisis keragaman permudaan pada klas kerawanan kebakaran.Penetuan sampel dilakukan dengan purfosif sampling dengan jalur berpetak sesuai klas kerawanan kebakaran, yaitu agak rawan kebakaran, rawan kebakaran dan tidak rawan kebakaran. Hutan lindung liang anggang kota banjarbaru mempunyai keragaman dan potensi permudaan terdapat 2 jenis tumbuhan yaitu akasia (Accacia mangium) dan galam (Melaleuca leucadendra), sesuai dengan klas kerawanan kebakaran. Rata-rata potensi tumbuhan tertinggi di klas rawan kebakaran pada tingkat semai yaitu galam dengan nilai 9.000btg/ha dan rata-rata potensi terendah ada di klas rawan kebakaran pada tingkat pohon jenis tumbuhan akasia dengan nilai 1,28 btg/ha. Indeks keragaman (H’) tumbuhan pada Hutan Lindung Lindung Liang Anggang dari 3 klas kerawanan kebakaran jenis keanekargamannya tergolong rendah karena nilainya kurang dari 1.
Bimbingan Teknis Budidaya Lebah Madu Kelulut Di Desa Kiram Kabupaten Banjar Damaris Payung; Normela Rachmawati; Susilawati Susilawati; Yazid Busthami; Mufidah Asyari; Eny Dwi Pujawati; Hafizianor Hafizianor; Arfa Agustina Rezekiah; Abdi Fithria; Trisnu Satriadi; Muhammad Hasbi
Repong Damar: Jurnal Pengabdian Kehutanan dan Lingkungan Vol 3, No 1 (2024): June
Publisher : Magister of Forestry,Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/rdj.v3i1.7936

Abstract

Kelompok Tani Harapan Maju Desa Kiram membudidayakan lebah madu kelulut sejak tahun 2020, namun dalam perjalanannya banyak menemui kendala antara lain (1) Toping banyak berjamur, kurang terjaga kebersihannya,sehingga lebah madu kelulut kurang produktif, lebah enggan membuat bejana atau kantong madu dalam toping (2) koloni lebah melarikan diri dari stup.  Terkait hal tersebut maka tim pengabdi ULM melaksanakan kegiatan pengabdian berupa (1) bimbingan teknis budidaya lebah madu kelulut terutama tentang pemeliharaan stup lebah madu kelulut, hama penyakit yang menyerang sarang lebah madu kelulut (2) bimbingan teknis pembuatan demplot tanaman pakan lebah madu kelulut. Kegiatan pengabdian yang dilakukan meliputi kegiatan sosialisasi atau penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Selama pelatihan, tim pengabdi diterima dengan baik oleh aparat desa dan mitra serta mereka sangat antusias untuk mengikuti kegiatan pengabdian ini. Kegiatan sosialisasi dilakukan tim pengabdi bersama mahasiswa fakultas Kehutanan ULM dan berjalan dengan baik. Pelatihan yang diberikan kepada mitra meliputi budidaya lebah madu kelulut yaitu manajemen budidaya lebah madu kelulut. Dari hasil kegiatan pengabdian terdapat masalah yaitu koloni lebah, lebah yang tidak berkembang karena terserang jamur, jarak stup kelulut yang terlalu rapat sehingga antar koloni terjadi persaingan, jarak stup dari tanah yang terlalu tinggi sehingga menyulitkan pemanenen madu. Untuk mengatasi masalah ini, tim pengabdi melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai pemecahan koloni lebah kelulut serta perawatan agar koloni berkembang dengan baik dan cara penanaman tanaman pakan. Selain itu, tim juga memberikan motivasi agar semangat dalam membudidayakan lebah madu kelulut.
TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT PADA KAWASAN AGROFORESTRI DUKUH KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR Febrianto Akhmad Syam Jongka; Mochamad Arief Soendjoto; Mufidah Asy'ari
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 4 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 4 Edisi Agustus 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i4.8816

Abstract

Agroforestry practiced by the community in Karang Intan District holds the potential for plant species that are believed to have various medicinal benefits for the community. The local community living around the agroforestry area has indigenous knowledge of utilizing forest plants for traditional medicine. This practice has been passed down from generation to generation indirectly since ancient times. This research aims to analyze the potential and utilization of medicinal plants by the community within the agroforestry area in Karang Intan District. The research was conducted in three villages in Karang Intan District, namely Kiram Village, Bi'ih Village, and Pulau Nyiur Village. Data collection was done through guided interviews, direct field observations, and a literature study. The selection of key informants was determined through Purposive Sampling and Snowball Sampling. The total number of key informants was 20 people. The results of the research show that there are 34 medicinal plant species from 24 families utilized by the community and 27 medicinal plant species from 21 families whose benefits are known from literature studies. The dominant plant species used as medicine belong to the Euphorbiaceae family. It was found that 32% of medicinal plants have multiple parts utilized for medicinal purposes.Agroforestri yang dimiliki masyarakat Kecamatan Karang Intan menyimpan potensi jenis tumbuhan yang diduga memiliki berbagai manfaat sebagai obat bagi masyarakat. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan agroforestri memiliki kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan hutan untuk pengobatan secara tradisional. Masyarakat melakukannya sudah sejak jaman dulu, diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi secara tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat yang terdapat pada kawasan agroforestri dukuh di Kecamatan Karang Intan. Penelitian ini dilakukan pada 3 desa di Kecamatan Karang Intan yaitu desa Kiram, desa Bi’ih dan desa Pulau Nyiur. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan panduan wawancara, pengamatan langsung dilapangan dan studi pustaka. Pemilihan informan kunci ditentukan dengan cara Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Jumlah informan kunci sebanyak 20 orang. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 34 jenis tumbuhan berkhasiat obat dari 24 famili yang dimanfaatkan masyarakat dan 27 jenis tumbuhan berkhasiat obat dari 21 famili yang diketahui manfaatnya dari studi pustaka. Jenis tumbuhan yang mendominasi digunakan sebagai obat berasal dari famili Euphorbiaceae. Bagian tumbuhan berkhasiat obat yang sering dimanfaatkan sebagai obat lebih dari satu bagian yaitu sebanyak 32%.
PENDUGAAN EROSI DI DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SUB-SUB DAS RIAM KANAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Ayub Rusyandu; Eko Rini Indrayatie; Mufidah Asy'ari
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 3 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 3 Edisi Juni 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i3.12777

Abstract

The research started in October 2021 until September 2022 at the DTA Sub-Watershed of the Right Cascade. The purpose of this study is to analyze erosion and TBE allegations using the Universal Soil Loss Equation method and data analysis using the Geographic Information System (GIS) approach. The results of the study from the TBE land unit, namely low criteria, were found in Podsolok Kandik, Datar, Mixed Dryland Agriculture (PKDPLKC) erosion of 11.55 tons. The medium criteria erosion hazard level is found in Lateric, Flat, Open Land Podzolic (PLDTT) of 39.65 tons and Haplik Oxysol, Ramps, Plantation Forest (OHLHT) of 60.63 tons, Oksisol Kandik, Ramps, Open Land (OKLTT) of 129.35 tons is a high TBE, Typic Eutrudox, Steep Enough, Open Land (TECCTT) of 286.42 tons and Haplic Oxysol,  Moderate, Plantation Forest (OHCCHT) of 161.11 tons, and high erosion hazard levels are found in Lateric, Very Steep, Thicket Podzolic (PLSCB) of 548.59 tons, Lateric Podsolic, Curan, Open Land (PLCTT) and Typic Eutrudox, Steep, Open Land (TECTT) of 628.29 tons, and Typic Eutrudox, Steep Enough, Thicket (TECB) of 392.68 tons.Penelitian dimulai bulan Oktober 2021 sampai September 2022 di DTA Sub-Sub DAS Riam Kanan. Tujuan penelitian ini adalah menganilisis dugaan erosi dan TBE menggunakan metode Universal Soil Loss Equation serta analisis menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian dari TBE satuan lahan yaitu kriteria rendah terdapat pada Podsolok Kandik, Datar, Pertanian Lahan Kering Campur (PKDPLKC) erosi sebesar 11,55 ton. Tingkat bahaya erosi kriteria sedang terdapat pada Podsolik Laterik, Datar, Tanah Terbuka (PLDTT) sebesar 39,65 ton dan Oksisol Haplik, Landai, Hutan Tanaman (OHLHT) sebesar 60,63 ton, Oksisol Kandik, Landai, Tanah Terbuka (OKLTT) sebesar 129,35 ton merupakan TBE tinggi, Typic Eutrudox, Cukup Curam, Tanah Terbuka (TECCTT) sebesar 286,42 ton dan Oksisol Haplik, Cukup Curan, Hutan Tanaman (OHCCHT) sebesar 161,11 ton serta tingkat bahaya erosi kriteria tinggi terdapat pada Podsolik Laterik, Sangat Curam, Belukar (PLSCB) sebesar 548,59 ton, Podsolik Laterik, Curan, Tanah terbuka (PLCTT) dan Typic Eutrudox, Curam, Tanah Terbuka (TECTT) sebesar 628,29 ton, dan Typic Eutrudox, Cukup Curam, Belukar (TECB) sebesar 392,68 ton.