Trisnawati, Sri Yenni
Departemen/SMF Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

MIOSITIS BADAN INKLUSI Sri Yenni Trisnawati, Anak Agung Bagus Ngurah Nuartha, IGusti Ngurah Purna Putra
NEURONA Vol 30 No. 3 Juni 2013
Publisher : Neurona Majalah Kedokteran Neuro Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTRODUCTION INCLUSION BODY MYOSITIS IBM WAS PART OF THE INFLAMMATORY MYOPATHIES IM WHICH THE ANNUAL INCIDENCE OF AROUND 210 NEW CASES PER 1 MILLION PEOPLE IBM WAS A PROGRESIVE INFLAMATORY DISEASE OF THE MUSCLE WITH AN UNKNOWN CAUSE FROM CLINICAL APPEARANCE IT WAS DIFFICULT TO DIFFERENTIATEFROM OTHER IM DISEASE SUCH AS POLYMYOSITIS PM AND DERMATOMYOSITIS DM UNTIL MUSCLE BIOPSY IS NECESSARY AS A GOLD STANDARD DIAGNOSTIC METHOD IBM HAS TO BE DIFFERENTIATED FROM PM AND DM BECAUSE IBM HAS NO RESPONSE TOWARDS STEROID IMMUNOSUPPRESSANT AND IMMUNOMODULATORY
PROFIL GANGGUAN NEUROKOGNITIF PADA PENDERITA PENYAKIT PARKINSON DI RUMAH SAKIT RUJUKAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2018 Putri Eka Pradnyaning; Ketut Widyastuti; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi; Sri Yenni Trisnawati; Dewa Putu Gede Purwa Samatra; I Ketut Sumada
Callosum Neurology Vol 3 No 1 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.664 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i1.105

Abstract

Latar belakang: Fungsi kognitif merupakan aktivitas mental yang dilakukan secara sadar dan gangguannya dapat diukur secara objektif menggunakan alat diagnosis baku. Gangguan fungsi kognitif memiliki dampak besar pada kualitas hidup penderita Penyakit Parkinson (PP), menambah beban pengampu, dan menambah biaya kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan profil gangguan neurokognitif penderita PP di rumah sakit (RS) rujukan Kota Denpasar berdasarkan demografis, gejala PP, dan domain kognitif yang terganggu. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif potong lintang terhadap 47 penderita PP rawat jalan di RS rujukan Kota Denpasar. Hasil: Angka kejadian gangguan neurokogitif pada pasien PP di RS rujukan Kota Denpasar sebesar 55.3% dengan distribusi terbanyak pada laki-laki (72.3%), usia ?60 tahun (63.8%), pendidikan perguruan tinggi atau sederajat (44.7%), dan pensiunan (21.3%). Sebagian besar subjek telah menderita PP selama >5 tahun (42.3%), stadium Hoehn and Yahr 2 (38.5%), dan gejala motorik dominan berupa rigiditas bilateral (26.9%). Domain yang terganggu adalah eksekutif (48.9%), memori (46.8%), visuospasial (29.8%), atensi (23.4%), dan bahasa (10.6%). Simpulan: Lebih dari setengah penderita PP rawat jalan di RS rujukan Kota Denpasar mengalami gangguan neurokognitif dengan karakteristik laki-laki, usia lebih dari 60 tahun, berpendidikan tinggi, dan pensiunan. Gangguan eksekutif merupakan domain neurokognitif yang paling banyak didapatkan. Kata Kunci: Penyakit Parkinson, Gangguan Neurokognitif, Gangguan Neurokognitif pada Penyakit PP
KARAKTERISTIK KLINIS DAN DERAJAT BERAT GEJALA MOTORIK PENYAKIT PARKINSON DI RSUP SANGLAH DAN RSUD WANGAYA DENPASAR Pristanova Larasanti; Dewa Putu Gede Purwa Samatra; Sri Yenni Trisnawati; I Ketut Sumada
Callosum Neurology Vol 3 No 1 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.191 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i1.106

Abstract

Latar Belakang: Penyakit Parkinson (PP) merupakan gangguan neurodegeneratif kedua yang paling sering dijumpai. Laporan Global Burden Disease (GBD) yang diterbitkan pada tahun 2018 memperkirakan pada tahun 2016 terdapat 6,1 juta individu yang menderita PP secara global dan menyebabkan 3,2 juta Disability-Adjusted Life Year (DALY) serta 211.296 mortalitas pada tahun 2016. Disabilitas utamanya disebabkan oleh gejala motorik. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik klinis dan derajat motorik pasien PP di RSUP Sanglah dan RSUD Wangaya Denpasar. Metode: Penelitian deskriptif observasional menggunakan metode potong lintang terhadap seluruh pasien PP di poliklinik Saraf RSUP Sanglah dan RSUD Wangaya Denpasar dari bulan Desember 2018 – Februari 2019. Hasil: Dari 47 subjek dengan PP, didapatkan 72.3% laki-laki, 83% memiliki awitan 1-5 tahun, dan rerata umur 63.87 ± 8.67 tahun. Sebanyak 44.7% subjek dengan stadium Hoehn-Yahr 2 dengan rerata skor MDS-UPDRS III sebesar 35.11 ± 21.39, dan sebanyak 48.9% subjek dengan derajat ringan. Sebanyak 59.6% dengan status ON. Derajat motorik menunjukkan tren meningkat seiring bertambahnya stadium, namun tidak terlihat jika dibandingkan dengan awitan oleh karena status ON/OFF. Kesimpulan:  Penyakit Parkinson di RSUP Sanglah dan RSUD Wangaya lebih banyak ditemukan pada pria, usia lebih dari 50 tahun,  dengan derajat sedang. Pemeriksaan dengan menggunakan MDS-UPDRS III disarankan dibandingkan pada saat pasien ON dan OFF untuk mendapatkan hasil yang lebih sensitif. Kata Kunci: Penyakit Parkinson, Derajat Motorik, Karakteristik
PROFIL GANGGUAN TIDUR PENDERITA PARKINSON DI RUMAH SAKIT RUJUKAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2018 Winda Haeriyoko; Dewa Putu Gede Purwa Samatra; Sri Yenni Trisnawati; I Gusti Ngurah Ketut Budiarsa; Anak Agung Ayu Suryapraba; Ni Ketut Candra Wiratmi
Callosum Neurology Vol 3 No 1 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.742 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v3i1.111

Abstract

Latar Belakang : Jumlah kasus Penyakit Parkinson di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi per penduduk dan insiden per penduduk. Gangguan tidur ddapatkan pada penderita Penyakit Parkinson. Data demografi dapat digunakan sebagai pertimbangan klinisi dalam mendiagnosis serta menentukan penanganan lanjutan yang optimal. Tujuan : Mengetahui karakteristik klinis pasien Penyakit Parkinson dengan gangguan tidur di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah (RSUP) Sanglah dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya periode bulan 2018. Metode Penelitian : Penelitian deskriptif observasional menggunakan kuesioner pasien Penyakit Parkinson yang berobat di Poliklinik Saraf RSUP Sanglah dan RSUD Wangaya bulan hingga 2018. Hasil : Sebanyak pasien dari 47 pasien Penyakit Parkinson dengan rerata usia 61 – 70 tahun sebanyak dengan laki – laki sebanyak 34 orang (72,3%). Pasien dominan berobat ke RSUP Sanglah sebanyak 30 orang (63,8%) dengan pekerjaan terbanyak adalah petani/buruh sebanyak 13 orang (27,7%). Awitan penyakit rata – rata 1 – 5 tahun (39%). Penderita Penyakit Parkinson mengalami gangguan tidur sebanyak 24 orang (51,1%). Profil gangguan tidur dengan rerata kualitas tidur buruk 55,3%; mengalami latensi tidur 1x seminggu 40,4%. Simpulan : Penyakit Parkinson didominasi oleh pasien laki – laki dengan rerata usia 61 – 70 tahun dengan awitan peyakit rata – rata 1 – 5 tahun yang mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang banyak diemukan berupa terjadinya latensi tidur sebanyak 1 kali seminggu. Kata kunci : Penyakit Parkinson, Gangguan Tidur, Karakteristik
The correlation of anxiety disorders and tension-type headache among medical students of Udayana University Christine Kathy Putri Sari; Sri Yenni Trisnawati GS; Ida Ayu Sri Wijayanti; AA Bagus Ngurah Nuartha
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 2 (2019): (Available online: 1 August 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.678 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i2.407

Abstract

Introduction: a Tension-type headache (TTH) is a headache that is commonly happened in almost two-thirds of the world population, especially in medical students. Psychosocial factors, such as anxiety, is often contributed to the incidence of a tension-type headache.Method: The research was using a cross sectional design study to prove the correlation of anxiety disorders and TTH in medical students. Samples were collected by a consecutive method from medical students on second semester, fourth semester, and sixth semesters of Udayana University study year 2017/2018. TTH was diagnosed based on Konsensus Nasional IV PERDOSSI 2013 and anxiety was scored by Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS). Lambda test was used to prove the correlation between anxiety disorders and TTH.Result: There were 300 subjects with dominant age was between 19-20 years old (60.7%) and mostly woman (56.7%). The proportion of TTH was 85.3% while anxiety disorders were 66.7%. The incidence of TTH was found more commonly happened in a subject with anxiety disorders (94.5%) and statistically significant (p=0.001) with weak correlation (r=0.153).Conclusion: These data show a correlation of anxiety disorders and TTH with weak correlation.
Profil gangguan fungsi kognitif pada pasien pasca stroke iskemik di RSUP Sanglah Denpasar Bali, Indonesia periode 2019 Bimo Adi Laksono; Ketut Widyastuti; Sri Yenni Trisnawati
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.26 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i3.463

Abstract

Background: Stroke is a disease that affects straightly to the brain. Stroke occured due to obstruction of blood vessel that contain blood-transporting  nutrients to the brain, which lead to impairment in brain function, as well as cognitive function. Because of  unavailibility of data in Sanglah General Hospital, this research must be done. This study aims to determine the cognitive function profile of post ischemic stroke patient in Sanglah General Hospital based on 5 cognitive domains.Methods: This study is an observational study, collecting data by cross sectional. Data sources were obtained from primary data in the form of interview and MoCA-Ina Test with data retrieval methods using totally sampling technique. The accessible population was patients post ichemic stroke in Sanglah General Hospital that is in a good awareness and fit for MoCA-Ina test.Results: From 26 patients that are accessible, 21 patients were diagnosed with cognitive impairment, which the majority in 41-50 range of age with 9 patients, male with 14 patients, last education of Junior High School with 7 patients, and memory being a domain which is most impaired with mean of 55,38% score.Conclusion: The most affected domain is after an ischemic stroke is memory and visuospacial function
Hubungan antara nyeri punggung dan penggunaan tas punggung pada siswa di SDN 23 Dangin Puri Denpasar Kadek Puja Asmara Miranda; Sri Yenni Trisnawati; Ida Ayu Sri Wijayanti
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.322 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i3.504

Abstract

Background: Back pain is the third most common event after selfagia and migraine. The use of the backpack is one of the factors causing back pain. The aim of this study was to find out the correlation between back pain and backpack use.Methods: Analytical research with cross sectional method and using primary data. Data collection was carried out at SDN 23 Dangin Puri Denpasar from October to December 2018.Results: The subjects of the study consisted of 54% female and 46% male. Age range in samples ranges from 9 to 12 years. Male and female sex did not have a significant effect on complaints of back pain. Positive correlation between back pain and backpack use (p = 0.004). Backpack weight has a correlation with back pain.Conclusions: Back pain has a positive correlation with the use of backpackLatar Belakang: Nyeri punggung merupakan kejadian terbanyak ketiga setelah selfagia dan migraine. Penggunaan tas punggung adalah salah satu factor penyebab nyeri punggung. Tujuan studi ini adalah mengetahui hubungan antara nyeri punggung dan penggunaan tas punggung.Metode: penelitian analitik dengan metode cross sectional (potong lintang) dan menggunakan data primer.  Pengambilan data dilakukan di SD N 23 Dangin Puri Denpasar dari Oktober sampai dengan Desember 2018.Hasil: Subjek penelitian terdiri atas 54% perempuan dan 46% laki – laki. Jangkauan usia pada sampel berkisar antara 9 hingga 12 tahun. Jenis kelamin laki – laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap keluhan nyeri punggung. Korelasi positif antara nyeri punggung dan penggunaan tas punggung (p = 0.004). berat tas memiliki hubungan dengan nyeri punggung.Simpulan: nyeri punggung ada korelasi positif dengan penggunaan tas punggung.
GEJALA PSIKOTIK PADA PENYAKIT PARKINSON: SEBUAH LAPORAN KASUS DAN TINJAUAN PUSTAKA Sri Yenni Trisnawati; Purwa Samatra Dewa Putu Gde; Lely Setyawati Kurniawan; Astari Arum Cendani Goller; Valentina Tjandra Dewi
Callosum Neurology Vol 4 No 2 (2021): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29342/cnj.v4i2.152

Abstract

Pendahuluan: Penyakit Parkinson (PP) memiliki dimensi gejala sangat luas yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga. Gejala non motorik PP diantaranya adalah gangguan neuropsikiatri seperti depresi, psikosis, ansietas. Kami melaporkan sebuah kasus PP dengan gejala psikotik berupa halusinasi yang jarang dijumpai. Laporan Kasus: Pasien perempuan berusia 74 tahun terdiagnosis Parkinson sejak lebih dari 20 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan bicara tidak nyambung, adanya halusinasi visual, dan emosi yang tidak stabil sejak 1 bulan. Keluarga pasien juga merasa sejak 6 bulan terakhir pasien menjadi sering lupa. Pasien dengan riwayat PP tidak rutin mengkonsumsi obat parkinson di bawah supervisi dokter. Keluhan halusinasi pernah dirasakan 2 tahun lalu namun membaik setelah perawatan. Diskusi: Gejala non motorik dapat dijumpai seiring perkembangan penyakit Parkinson dandapat diidentifikasi sebelum sindrom motor muncul. Adanya gejala psikosis berupa halusinasi dalam kasus yang dipaparkan terhadi setelah 18 tahun sejak pasien terdiagnosis, dimana berdasarkan hasil studi terdahulu dilaporkan 60% penderita PP berkembang adanya halusinasi atau delusi setelah 12 tahun perawatan dan pada usia lebih tua saat onset PP. Gangguan kognitif pada PP juga dicurigai dalam kasus walau belum sepenuhnya dapat ditegakan serta adanya gangguan tidur pada PP dengan prevalensi 40-90% dijumpai pada kasus yang kami laporkan. Kesimpulan: Manifestasi non motorik PP yang mencakup gejala neuropsikiatri sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien maupun keluarga dan perawat pasien. Klinisi harus meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala non motorik PP dan pemberian tatalaksana farmakologi dan non farmakologi harus dilakukan secara terintegratif bersama dengan bidang-bidang terkait sesuai dengan kondisi pasien. Kata kunci: Parkinson, non-motor, psikotik, neuropsikiatri