I Made Oka Adnyana
Department Of Neurology, Faculty Of Medicine, Udayana University/Sanglah General Hospital, Bali, Indonesia

Published : 28 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

PREVALENSI KARAKTERISTIK DAN BEBERAPA FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN NYERI KEPALA MIGREN PADA MAHASISWA STIKES BALI I Made Oka Adnyana*
NEURONA Vol 29 No. 3 April 2012
Publisher : Neurona Majalah Kedokteran Neuro Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PENDAHULUAN PENELITIAN MENGENAI PREVALENSI MIGREN SEBAGIAN BESAR DIKERJAKAN PADA POPULASI UMUM BELUM BANYAK PADA POPULASI TERBATAS MISALNYA PADA MAHASISWA
CINTA DALAM PERSPEKTIF NEUROBIOLOGI Lina Kamelia, Oka Adnyana
NEURONA Vol 30 No. 1 Desember 2012
Publisher : Neurona Majalah Kedokteran Neuro Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INTRODUCTION LOVE IS ONE OF BASIC HUMAN EMOTIONS EXPLAINS AN ATTACHMENT BETWEEN TWO INDIVIDUALS WITH A COMPLEX PROCESS VARIOUS ANATOMICAL SUBSTRATES AND NEUROPHYSIOLOGICAL PATHWAYS HAVE BEEN PROPOSED AS BASIC COMPONENTS TO DESCRIBE THE EMOTION OF LOVE IN NEUROBIOLOGY PERSPECTIVE
Characteristics of cervical myofascial pain in medical students Samatra, Dewa Putu Gede Purwa; Widyadharma, I Putu Eka; Haditya, Yogi; Suryamulyawan, Kadek Adi; Devi, Gusti Ayu Putu Giti Livia; Lim, Demetria Jesica; Wijayanti, Ida Ayu Sri; Adnyana, I Made Oka; Purwata, Thomas Eko
Bali Journal of Anesthesiology Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.851 KB) | DOI: 10.15562/bjoa.v3i2.188

Abstract

Background: Cervical myofascial pain or neck pain is in the fourth most disease that causes disability after back pain, depression, and other musculoskeletal diseases. Cervical myofascial pain is characterized by pain originating from a trigger point located in the skeletal muscle, commonly referred as myofascial trigger points (MTrPs).Methods: An observational study with a cross-sectional design, conducted on 3 to 9 of December 2018 with research subjects were medical students at Udayana University who undergoing 5th and 6th year in clinical clerkship at Sanglah General Hospital Denpasar. The data was taken using Google Form which was filled in online by the subject and then analyzed using SPSS version 21.Results: From 307 respondents, 62.2% stated experiencing neck pain (196 respondents) with the majority of women 65.4%, the duration of neck pain occurred for <24 hours with the most frequent frequency at least once per month (46.1%), and appeared most often at night (39.8%) and occurs after night shift in 106 subjects (55.5%). The pain was said getting worse by activity in 102 subjects (52.4%) and getting better when resting in 185 subjects (96.9%). Most of the subjects did not use pain relievers to treat neck pain experienced (84.3%). In subjects who use painkillers, Paracetamol is the most often drug of choice to relieve pain (11%). For non-pharmacological treatment, 53.4% of respondents chose to rest or sleep.Conclusion: Most of the respondents who were clerkship reported experiencing neck pain at least once a month and often felt after a night shift. Respondents who reported neck pain were mostly women.
NYERI KEPALA DAN GANGGUAN TIDUR Kamelia, Lina; Oka Adnyana, I Made; Budiarsa, IGN
Medicina Vol 44 No 2 (2013): Mei 2013
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.145 KB)

Abstract

Nyeri kepala dan tidur merupakan dua fenomena yang saling mempengaruhi dengan patomekanisme yang kompleks. Nyeri kepala primer, terutama migren, nyeri kepala klaster dan hypnic headache dapat timbul karena pengurangan waktu tidur, parasomnia, maupun gangguan pada regulasi arsitektur tidur terutama fase rapid eye movement. Sebaliknya, adanya nyeri kepala memicu timbulnya berbagai macam gangguan tidur. Studi pencitraan otak dan biokimia menunjukkan peranan penting melatonin dan nukleus suprachiasmatik   yang mengalami disfungsi pada penderita nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan tidur. [MEDICINA 2013;44:101-104].
NYERI KEPALA PADA PENDERITA EPILEPSI Oka Adnyana, I Made
Medicina Vol 44 No 3 (2013): September 2013
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.43 KB)

Abstract

Nyeri kepala sering tidak menjadi perhatian pada penderita epilepsi, karena penderita maupunkeluarga lebih memperhatikan serangan kejangnya. Nyeri kepala pada penderita epilepsi dibagimenjadi: preictal headache yaitu nyeri kepala yang timbul tidak lebih dari 24 jam sebelum serangandan berakhir saat serangan dimulai, ictal headache yaitu nyeri kepala yang terjadi saat seranganserangan epilepsi parsial sederhana, dan postictal headache yaitu nyeri kepala yang timbul 3 jamsetelah serangan dan berakhir dalam 72 jam setelah serangan. Nyeri kepala pada penderita epilepsiyang tidak berhubungan dengan serangan kejang disebut ictal headace. Secara epidemologi nyeri kepalapaling sering didapat pada penderita dengan epilepsi intraktabel. Nyeri kepala yang paling banyakdidapatkan adalah postictal headche dan yang paling jarang adalah preictal headache. Komorbiditasantara epilepsi dan migren telah diketahui, yaitu frekuensi epilepsi pada penderita migren adalahlebih tinggi dari populasi umum (1-17%) dan frekuensi migren pada penderita epilepsi juga lebihtinggi dari populasi umum (8-15%). Patofisiologi nyeri kepala terutama migren hampir sama denganepilepsi, hal ini dibuktikan dengan penggunaan obat anti-epilepsi juga bermanfaat untuk pencegahanmigren. Teori terjadinya nyeri kepala pada epilepsi adalah teori hipereksitabilitas neuron dimanayang memegang peranan penting adalah teori cortical spreading depressionteori glutamat, dan teorimutasi gen pada familial hemiphlegic migrain. Gejala klinis yang dijumpai adalah nyeri kepala migren,tension type headahce, dan nyeri kepala tidak terklasifikasi, yang disertai dengan fonofobi, fotofobi,nausea, dan vomiting. Pengobatan yang digunakan adalah analgetik, obat untuk migren, dan obatanti-epilepsi, seperti asam valproat, topiramat, levetiracetam dan zonisamid.
KORELASI KUALITAS TIDUR DENGAN NYERI KEPALA PRIMER PADA SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 AMLAPURA KABUPATEN KARANGASEM Antara, Agus; Adnyana, I Made Oka; Samatra, Dewa Putu Gede Purwa
Medicina Vol 46 No 3 (2015): September 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.826 KB)

Abstract

Nyeri kepala primer dan gangguan tidur sering dijumpai pada remaja. Kedua fenomena ini mempunyai hubungan yang resiprokal. Prevalens nyeri kepala primer pada remaja cukup tinggi. Beberapa faktor yang berhubungan dengan timbulnya nyeri kepala primer, yaitu kualitas tidur yang buruk, obesitas, depresi, kecemasan, stres, dan kelelahan. Nyeri kepala primer dan gangguan tidur pada remaja berkaitan dengan penurunan prestasi belajar dan rendahnya angka kelulusan. Belum banyak data mengenai hubungan kualitas tidur dengan nyeri kepala primer pada remaja, khususnya di Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi kualitas tidur dengan nyeri kepala primer pada remaja. Penelitian potong lintang ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Amlapura Kabupaten Karangasem pada bulan September 2014. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi ada sebanyak 96 orang. Sampel diambil secara simple random sampling.Kualitas tidur dinilai denganThe Pitssburg Sleep Qualiy Index (PSQI).Hasilnya menunjukkan proporsi nyeri kepala primer pada remaja adalah sebanyak 85,42%. Terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara kualitas tidur buruk dengan nyeri kepala primer {P<0,0001, koefisien korelasi(r)=0,421}.Dapat disimpulkan bahwa kualitas tidur buruk berkorelasi(nilai korelasi lemah) dengan timbulnya nyeri kepala primer pada remaja. [MEDICINA 2015;46:156-61].Primary headache and sleep disturbance are common in adolescence. Those two phenomenas correlate reciprocally. The prevalence of primary headache in adolescents was high. Several factors are associated with primary headache among others, poor sleep quality, obesity, depression, anxiety, stress, and fatique. Primary headache and sleep disturbance in adolescents related with decrease of school performance and low graduation rate. Lack of data about the relationship between sleep and primary headache especially in Bali. The aim of this study is to measure the correlation between primary headache and sleep quality in adolescents.This cross sectional study was conducted in Amlapura1 Public Senior High School on September 2014. We collected 96 samples by simple random sampling and met the inclusion and exlusion criteria. Sleep quality has been assessed by The Pitssburg Sleep Qualiy Index (PSQI).The result of the study showed proportion of primary headache was 85.42%. The correlation between poor sleep quality and primary headache were statistically significant {P<0.0001, correlation coefficient (r)=0.421}. It can be concluded that poor sleep quality showed weak correlation with primary headache in adolescents. [MEDICINA 2015;46:156-61].
Peranan melatoninpadanyeri kepalamigren, klaster,dan hipnik Kesanda, I Made Phala; Widyadharma, I Putu Eka; Adnyana, I Made Oka
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.002 KB)

Abstract

Nyeri kepala adalah keluhan yang sering dialami. Hampir 95% manusia pernah mengeluhkan nyeri kepalasetiap tahunnya. Nyeri kepala dapat merupakannyeri kepala primer yang belum diketahui penyebabnya, ataunyeri kepala sekunder akibat kelainan intrakranial ataupun ekstrakranial. Melatonin adalah hormon yangdihasilkan oleh kelenjar pineal yang sekresinya berkaitan dengan hipotalamus. Melatoninmemiliki peranandalam berbagai sistem vital didalam tubuh, salah satunya sebagai pengatur siklus sirkadian dan sebagai antinyeri.Defisiensimelatoninataugangguansekresimelatonindikaitkandenganpatogenesisbeberapanyerikepalaprimersepertinyerikepalamigren,nyerikepalaklaster,dan nyeri kepala hipnik. Saat ini melatoninsudah mulai digunakan sebagai terapi yang potensial maupunsebagai profilaksis pada nyeri kepala migren,nyeri kepala klaster,dan nyeri kepala hipnik.[MEDICINA.2016;50(3):30-37]Headache is a common complaint.Aproximately95% of people complained of headaches annually. Headachecan be as aprimary headache of unknown cause, or secondary headache as aresult of intracranial orextracranial abnormalities. Melatonin is a hormone produced by the pineal gland which is associated with thehypothalamus. Melatoninplayrole in many vital systems in the body, one of them as acircadiancycleregulator and asapainkiller.Deficiency of melatonin or melatonin secretion disorders are associated with thepathogenesis of several primary headaches such as migraine headache, cluster headache, and hypnicheadache. Currently melatonin has beenused as pain killer as well as prophylaxis inmigraine headache,cluster headache,andhypnicheadache.[MEDICINA.2016;50(3):30-37]
Gula darah tidak terkontrol sebagai faktor risiko gangguan fungsi kognitif pada penderita diabetes melitus tipe 2 usia dewasa menengah Nugroho, Bhaskoro Adi Widie; Adnyana, I Made Oka; Samatra, Dewa Putu Gede Purwa
Medicina Vol 47 No 1 (2016): Januari 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.048 KB)

Abstract

Diabetes melitus (DM) telah dihubungkan dengan kejadian gangguan fungsi kognitif (GFK). Kontrol gula darah yang diukur dengan menggunakan kadar HbA1c telah dikaitkan dengan perkembangan dan progresivitas dari komplikasi DM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar gula darah tidak terkontrol (HbA1c >7%) merupakan faktor risiko GFK pada penderita DM tipe 2 usia dewasa menengah. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kasus kontrol. Sampel direkrut secara consecutive. Data dianalisis dengan uji Kai-kuadrat dan regeresi logistik, dinyatakan dalam rasio odds (RO)(IK95%) dengan tingkat kemaknaan (P)<0,05. Didapat jumlah penderita DM usia dewasa menengah yang memenuhi kriteria penelitian untuk dilakukan pemeriksaan sebanyak 86 orang. Hasil analisis statistik mendapatkan bahwa kadar gula darah tidak terkontrol berhubungan dengan kejadian GFK pada penderita DM tipe 2 usia dewasa menengah [RO=3,69 (IK95% 1,416 sampai 9,622), P=0,008]. Disimpulkan bahwa kadar gula darah yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko terjadinya GFK pada penderita DM tipe 2 usia dewasa menengah. Diabetes mellitus has been associated with the incidence of impaired cognitive function. Blood sugar control measured using HbA1c levels have been associated with the development and progression of diabetes complications. The objective of this study was to determine if uncontrolled blood sugar (HbA1c >7%) was a risk factor for cognitive impairment in middle-aged adult patients with type 2-diabetes mellitus. This was a case-control study. Sample selected by consecutive sampling. Data was analyzed by Chi-square and logisitic regression test and expressed in odds ratio (OR)(95%CI), with significant level of P <0.05. The studi found 86 subject met the eligibility criteria. Statistical analysis showed that poorly controlled blood sugar levels associated with impaired cognitive function events in middle-aged adult patients with type 2-diabetes mellitus [OR=3.69 (95%CI 1.416 to 9.622), P= 0.008]. It was concluded that poorly controlled blood sugar levels is a risk factor for the occurrence of impaired cognitive function events in middle-aged adult patients with type 2-diabetes mellitus.
OBAT ANTIEPILEPSI SEBAGAI PENCEGAHAN MIGREN Adnyana IM, Oka
Medicina Vol 38 No 3 (2007): September 2007
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
LOW TOTAL CHOLESTEROL SERUM LEVELS AS A POOR OUTCOME PREDICTOR FOR INTRA-CEREBRAL HEMORRHAGE STROKE Ariswanda, I Gusti Agung Gede; Adnyana, I Made Oka; Widyadharma, I Putu Eka; Nuartha, A A B N; Laksmidwei, A A A Putri; Arimbawa, I Komang
Malang Neurology Journal Vol 6, No 2 (2020): July
Publisher : Malang Neurology Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.mnj.2020.006.02.4

Abstract

Background: Stroke is affected by several factors, age, infection during treatment, obesity, and total cholesterol (TC) levels.  Objective: The study aimed to prove low TC serum levels as an unfortunate outcome predictor for intracerebral hemorrhage stroke. Methods: This study is a prospective cohort design. The research did in the Stroke Unit of Sanglah Hospital, Denpasar, from July 1st, 2018 to January 31th, 2019. The study involved patients with hemorrhage strokes with low TC serum levels and aged 40-95 years. Depending on variable divided into two groups with low TC serum levels (&lt;180 mg/dL) and normal TC serum levels (&gt;180mg/dL). Independent variable is The National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) as an outcome. The processing of data analysis using Mac for SPSS version 23. Result: This study used 70 subjects. The age characteristics of the study subjects with a median value of 62 years in for low TC levels, and 57 years for normal TC levels, dominant in male (60% ), working (71.5%), not obese (58.6%), stroke-related infections (51.4%), and mean arterial blood pressure (MABP) £130mmHg (90%). Subjects with low TC had a risk of 64 times experiencing adverse outcomes (RR = 64: CI 95% = 14.06-291.32: p &lt;0.001). Multivariate analysis showed a low TC serum level as an independent variable.Conclusion: Low TC serum levels as an independent predictor having a poor outcome in intracerebral hemorrhage stroke