Puji Lestari
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DAERAH PADAT LALU LINTAS DAN KOMERSIAL DKI JAKARTA: ANALISIS KONSENTRASI PM2,5 DAN BLACK CARBON Muliane, Ulfi; Lestari, Puji
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.5 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.8.2.8

Abstract

Abstrak: Pemantauan kualitas udara ambien merupakan bagian penting dalam pengelolaan kualitas udara. Pemantauan kualitas udara dilakukan di Bundaran HI sebagai representasi daerah padat lalu lintas dan Kelapa Gading sebagai representasi daerah komersial di DKI Jakarta. Kualitas udara ambien dalam penelitian ini ditinjau dari konsentrasi PM2,5 dan black carbon (BC). Pengambilan sampel kualitas udara menggunakan alat Mini Volume Sampler secara kontinu (24 jam) selama 7 hari berturut-turut untuk mengetahui fluktuasi konsentrasi harian selama satu minggu. Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi PM2,5 untuk pengukuran selama 24 jam di Bundaran HI berada pada rentang 46,67 - 77,12 µg/m3 dan untuk Kelapa Gading berada pada rentang 63,45 - 72,57 µg/m3. Dari keseluruhan hasil pengukuran, sebagian besar konsentrasi harian PM2,5 melebihi baku mutu yang diperbolehkan oleh pemerintah, yaitu di atas 65 µg/m3 untuk pengukuran selama 24 jam. Hasil analisis konsentrasi rata-rata harian black carbon dalam PM2,5 untuk Bundaran HI adalah 7,76 µg/m3 atau sebesar 12,27% BC dalam PM2,5 dan untuk Kelapa Gading 7,27 µg/m3 atau sebesar 10,60% BC dalam PM2,5. Angka ini tergolong relatif tinggi menurut WHO, yaitu melebihi 7,5% BC dalam PM2,5. Baik konsentrasi massa maupun black carbon, hasil pengukurannya memiliki korelasi positif dengan volume kendaran yang melintas di lokasi pemantauan. Selain volume kendaraan sebagai sumber emisi, hasil pengukuran juga dipengaruhi faktor meteorologi yang berperan dalam dispersi polutan. 
PENGUKURAN KONSENTRASI PM10 DAN BLACK CARBON YANG DIHASILKAN OLEH ASAP KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DAN HUTAN DI DESA PEKANHERAN, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROVINSI RIAU Krisanti, Asistia; Lestari, Puji
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 1 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.602 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.1.10

Abstract

Abstrak: Setiap tahun penduduk di Desa Pekanheran membuka lahan baru dengan cara membakar lahan. Lahan gambut mengandung banyak unsur karbon dan unsur-unsur lainnya yang menghasilkan gas pencemar saat terbakar. Selain itu, kebakaran lahan juga menimbulkan partikulat yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan mengganggu radiasi normal cahaya matahari di atmosfer. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran konsentrasi PM10 dan black carbon dengan mengambil sampel sebanyak 15 buah untuk lokasi burning site dan 1 buah sampel background site. Lokasi burning site terletak di Desa Pekanheran, Kabupaten Indragiri Hulu, dimana sampel mewakili kualitas emisi dari lahan terbakar. Lokasi background site yang tidak terkena dampak kebakaran diambil di Kota Pekanbaru. Sampel diambil menggunakan filter jenis mix cellulose fiber dengan alat pengambil sampel aktif MiniVol? Tactical Air Sampler (TAS). Dari hasil pengukuran diperoleh konsentrasi PM10 untuk lokasi burning site antara 1.314,54-10.402,03 µg/Nm3 dengan rata-rata konsentrasi sebesar 4.454,81 µg/Nm3 dan konsentrasi background site sebesar 91,06 µg/Nm3. Untuk konsentrasi black carbon sampel wilayah burning site sekitar 22,96 hingga 82,91 µg/Nm3 dengan rata-rata 49,79 µg/Nm3 dan konsentrasi untuk sampel background site adalah 49,93 µg/Nm3. Perbedaan konsentrasi sampel burning site terjadi karena pengaruh kondisi kebakaran dan meteorologi pada saat sampel diambil, sedangkan konsentrasi background site berasal dari asap kendaraan bermotor.Abstract : Every year society in Desa Pekanheran open new land by burning the land. Peat land contains many elements of carbon and other elements which emits pollutant gases when burned. Moreover, land fires also produce particulate matters that can affect respiratory health and interrupt normal radiation of sunlight in the atmosphere. The study is about concentration measurement of PM10 and black carbon by using 15 samples from burning site location and 1 sample from background site location. Burning sites located in Desa Pekanheran, Kabupaten Indragiri Hulu, represent emission quality from burning land. Background site location is unaffected from land fire smoke and located in Kota Pekanbaru. Samples were collected into mix cellulose fiber filter by using active sampler MiniVol? Tactical Air Sampler (TAS). The results for PM10 concentrations in burning site locations are between 1,314.54-10,402.03 µg/Nm3 on the average concentration is 4,454.81 µg/Nm3 and concentration in background site location is 91.06 µg/Nm3. While concentrations of black carbon for burning site locations lie between 22.96 until 82.91 µg/Nm3 on the average 49.79 µg/Nm3 and background site gives result of 49.93 µg/Nm3. The difference of concentration in burning site samples was caused by influence from fire condition and meteorology factors when samples were taken, whereas background site concentration was contributed from vehicle smoke.
LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) PRODUK SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (STUDI KASUS: PT X) Devia, Della; Lestari, Puji; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.993 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.2.1

Abstract

Abstrak: Industri semen dihadapkan pada tantangan dalam mengurangi konsumsi sumber daya alam dan energi, untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. PT X adalah salah satu industri semen di Indonesia yang memiliki produk semen portland komposit yang dianggap lebih ramah lingkungan karena memiliki kandungan klinker yang lebih sedikit dibandingkan dengan semen portland biasa. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tahapan daur hidup produk yang menghasilkan dampak yang signifikan dan menentukan skenario alternatif perbaikan yang dapat menimbulkan potensi dampak paling minimum pada daur hidup produk semen portland komposit. Metode yang dipakai adalah Life Cycle Assessment (LCA) yang terdiri dari (1) Penentuan tujuan dan lingkup, (2) Analisis inventori, (3) Penilaian dampak dan (4) Interpretasi hasil. Lingkup kajian LCA yang akan dilakukan bersifat ?cradle-to-gate? meliputi tahapan proses ekstraksi bahan baku, proses produksi hingga distribusi semen portland komposit. Potensi dampak lingkungan dari semen portland komposit menggunakan metode ReCiPe 2016 adalah pemanasan global (GWP) sebesar 768,43 kgCO2eq, asidifikasi (AP) sebesar 0,75 kg SO2eq, pembentukan partikulat (PMFP) sebesar 0,26 kgPM2,5eq, pembentukan ozon fotokimia (POFP) sebesar 2,31 kgNOxeq dan toksisitas pada manusia penyebab kanker sebesar 5,11E-03 kg 1,4DCBeq. Potensi dampak terbesar adalah GWP yang memiliki nilai normalisasi terbesar diantara potensi dampak lain, yaitu 1,51E-11 secara total. Kontribusi dampak terbesar ada pada tahapan proses produksi sebesar 88,84% yang disebabkan karena emisi CO2 sebesar 98,63%. Skenario yang direkomendasikan untuk mereduksi potensi dampak GWP adalah teknologi penangkapan karbon yang dapat mereduksi dampak sebesar 57%. Kata kunci: semen portland komposit, life cycle assessment, LCA, cradle-to-gate Abstract : Cement industry facing the challenge in reducing resource material consumption and energy through sustainable development. PT X is one of the cement industry in Indonesia which produced portland composite cement which is considered more environmentally friendly because it contains less clinker than ordinary portland cement. Purpose of this study is to identify the product life cycle stages that have a significant impact and define alternative improvement scenarios which have the least potential impact on the life cycle of portland composite cement. The method used is Life Cycle Assessment (LCA) which consists of (1) goal and scope definition, (2) inventory analysis, (3) impact assessment, and (4) interpretation. Scope of LCA is cradle-to-gate from material extraction, production process and cement distribution. The potential impact from portland cement composite are global warming potential (GWP) about 768.43 kgCO2eq, acidification potential (AP) about 0,75 kgSO2eq, particulate matter formation potential (PMFP) about 0.26 kgPM2,5eq, photochemical ozone formation potential (POFP) about 2,31 kg NOxeq and human toxicity with cancer (HTPc) about 5,11E-03 kg 1,4DCBeq. The biggest potential impact is GWP which has the greatest normalization value among others, about 1.51E-11 in total. The largest contribution is in the production process stage about 88.84%, which caused by CO2 emissions about 98.63%. The recommended scenario for reducing the potential impact of GWP is carbon capture technology with a reduction of 57%. Key words: portland composite cement, life cycle assessment, LCA, cradle-to-gate
PERBEDAAN PERGERAKAN ANGIN PADA MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU DAN PENGARUHNYA TERHADAP DISPERSI PENCEMAR UDARA DI KOTA SURABAYA Budaya, Betha Januardi; Lestari, Puji; Sofyan, Asep
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1920.113 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.4

Abstract

Abstrak: Dinamika atmosfer merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam studi tentang pencemaran udara. Kondisi atmosfer dari suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap distribusi pencemar udara di wilayah tersebut. Kota Surabaya memiliki topografi yang unik dimana di wilayah barat dan selatan merupakan daerah perbukitan landai sedangkan di wilayah utara dan timur merupakan daerah tepi laut. Kondisi geografis Kota Surabaya yang terletak di tepi pantai utara dari Provinsi Jawa Timur akan menyebabkan adanya pengaruh dari angin lokal seperti angin darat dan angin laut. Dengan melakukan studi terhadap pergerakan angin maka akan diketahui pola pergerakan udara di Kota Surabaya dan efeknya terhadap pencemar udara yang diemisikan dari berbagai sumber di Kota Surabaya. Salah satu cara untuk mempelajari pola pergerakan udara adalah dengan melakukan pemodelan meteorologi skala meso WRF. Output dari model WRF kemudian akan digunakan sebagai input data meteorologi dalam model Calpuff yang digunakan untuk melihat pola dispersi pencemar udara di Kota Surabaya pada musim hujan dan musim kemarau. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada musim kemarau angin bergerak dari arah timur pada siang hari hingga sore hari yang akan menyebabkan pencemar udara bergerak ke arah barat dari Kota Surabaya, sedangkan pada malam hari pencemar udara akan bergerak ke arah timur kemudian berbelok arah karena terbawa angin yang bergerak dari arah tenggara menuju ke arah utara dan barat laut dari Kota Surabaya. Pada musim hujan, angin bergerak dari arah barat laut pada siang hari hingga sore hari yang akan menyebabkan pencemar udara ke arah tenggara dari Kota Surabaya, sedangkan pada malam hari hingga pagi hari pencemar udara akan bergerak secara dominan ke arah timur dari Kota Surabaya.
ANALISIS EMISI DEBU DAN PARTIKULAT TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF DI INDUSTRI SEMEN Alfianto, Prayudha Nur; Lestari, Puji
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 1 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (908.469 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.1.2

Abstract

Abstrak : Penggunaan bahan bakar alternatif sebagai aplikasi co-processing di Indonesia telah banyak dilakukan oleh beberapa industri semen di Indonesia. Bahan bakar alternatif yang digunakan antara lain biomassa yang berupa sekam padi, ban bekas, waste oil, limbah padat, dan kemasan bekas, dengan presentase hingga 33%. Dengan substitusi bahan bakar ini akan berpengaruh pada emisi debu dan partikulat yang dikeluarkan melalui cerobong kiln. Sehingga analisis konsentrasi partikulat yang dihasilkan setelah bahan bakar alternatif digunakan pada kiln serta dibandingkan dengan bahan bakar batu bara. Data yang dianalisis berasal dari plant pada industri semen dari tahun 2011 hingga 2013. Dari analisis statistika deskriptif didapat konsentrasi rata ? rata partikulat 41,4 mg/m3 dan masih di bawah baku mutu. Sementara energi yang disubstitusi oleh bahan bakar alternatif rata ? rata sebesar 10,17% dan emisi partikulat dengan nilai rata ? rata 6,55245 x104 ton partikulat/ton. Kata kunci : emisi debu dan partikulat, co-processing, bahan bakar alternatif Abstract : The use of alternative fuels as co-processing application in Indonesia have been used by some of the cement industry in Indonesia. Alternative fuels that have been used there are, rice husk biomass, used tires, waste oil, solid waste, and used packaging, with a percentage of up to 33%. With this fuel substitution will affect the emissions released through the kiln stacks. So the analysis of the concentration of ash and particulates generated after alternative fuels used in kilns and fuel compared to coal. The data analyzed comes from the plant in the cement industry from 2011 to 2013. From Statistic descriptive analysis obtained average concentrations - average 41.4 mg/m3 particulate and stilll below the standards. While energy is substituted by alternative fuels average 10.17% and particulate emissions by value average 6.55245x104 tons of particulate / ton. Key words : Ash and particulate emission, co-processing, alternative fuel
PENGUKURAN KONSENTRASI PM10 DAN BLACK CARBON YANG DIHASILKAN OLEH ASAP KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DAN HUTAN DI DESA PEKANHERAN, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROVINSI RIAU Asistia Krisanti; Puji Lestari
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 17 No. 1 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.1.10

Abstract

Abstrak: Setiap tahun penduduk di Desa Pekanheran membuka lahan baru dengan cara membakar lahan. Lahan gambut mengandung banyak unsur karbon dan unsur-unsur lainnya yang menghasilkan gas pencemar saat terbakar. Selain itu, kebakaran lahan juga menimbulkan partikulat yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan mengganggu radiasi normal cahaya matahari di atmosfer. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran konsentrasi PM10 dan black carbon dengan mengambil sampel sebanyak 15 buah untuk lokasi burning site dan 1 buah sampel background site. Lokasi burning site terletak di Desa Pekanheran, Kabupaten Indragiri Hulu, dimana sampel mewakili kualitas emisi dari lahan terbakar. Lokasi background site yang tidak terkena dampak kebakaran diambil di Kota Pekanbaru. Sampel diambil menggunakan filter jenis mix cellulose fiber dengan alat pengambil sampel aktif MiniVolâ„¢ Tactical Air Sampler (TAS). Dari hasil pengukuran diperoleh konsentrasi PM10 untuk lokasi burning site antara 1.314,54-10.402,03 µg/Nm3 dengan rata-rata konsentrasi sebesar 4.454,81 µg/Nm3 dan konsentrasi background site sebesar 91,06 µg/Nm3. Untuk konsentrasi black carbon sampel wilayah burning site sekitar 22,96 hingga 82,91 µg/Nm3 dengan rata-rata 49,79 µg/Nm3 dan konsentrasi untuk sampel background site adalah 49,93 µg/Nm3. Perbedaan konsentrasi sampel burning site terjadi karena pengaruh kondisi kebakaran dan meteorologi pada saat sampel diambil, sedangkan konsentrasi background site berasal dari asap kendaraan bermotor.Abstract : Every year society in Desa Pekanheran open new land by burning the land. Peat land contains many elements of carbon and other elements which emits pollutant gases when burned. Moreover, land fires also produce particulate matters that can affect respiratory health and interrupt normal radiation of sunlight in the atmosphere. The study is about concentration measurement of PM10 and black carbon by using 15 samples from burning site location and 1 sample from background site location. Burning sites located in Desa Pekanheran, Kabupaten Indragiri Hulu, represent emission quality from burning land. Background site location is unaffected from land fire smoke and located in Kota Pekanbaru. Samples were collected into mix cellulose fiber filter by using active sampler MiniVolâ„¢ Tactical Air Sampler (TAS). The results for PM10 concentrations in burning site locations are between 1,314.54-10,402.03 µg/Nm3 on the average concentration is 4,454.81 µg/Nm3 and concentration in background site location is 91.06 µg/Nm3. While concentrations of black carbon for burning site locations lie between 22.96 until 82.91 µg/Nm3 on the average 49.79 µg/Nm3 and background site gives result of 49.93 µg/Nm3. The difference of concentration in burning site samples was caused by influence from fire condition and meteorology factors when samples were taken, whereas background site concentration was contributed from vehicle smoke.
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DAERAH PADAT LALU LINTAS DAN KOMERSIAL DKI JAKARTA: ANALISIS KONSENTRASI PM2,5 DAN BLACK CARBON Ulfi Muliane; Puji Lestari
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 18 No. 2 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2012.8.2.8

Abstract

Abstrak: Pemantauan kualitas udara ambien merupakan bagian penting dalam pengelolaan kualitas udara. Pemantauan kualitas udara dilakukan di Bundaran HI sebagai representasi daerah padat lalu lintas dan Kelapa Gading sebagai representasi daerah komersial di DKI Jakarta. Kualitas udara ambien dalam penelitian ini ditinjau dari konsentrasi PM2,5 dan black carbon (BC). Pengambilan sampel kualitas udara menggunakan alat Mini Volume Sampler secara kontinu (24 jam) selama 7 hari berturut-turut untuk mengetahui fluktuasi konsentrasi harian selama satu minggu. Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi PM2,5 untuk pengukuran selama 24 jam di Bundaran HI berada pada rentang 46,67 - 77,12 µg/m3 dan untuk Kelapa Gading berada pada rentang 63,45 - 72,57 µg/m3. Dari keseluruhan hasil pengukuran, sebagian besar konsentrasi harian PM2,5 melebihi baku mutu yang diperbolehkan oleh pemerintah, yaitu di atas 65 µg/m3 untuk pengukuran selama 24 jam. Hasil analisis konsentrasi rata-rata harian black carbon dalam PM2,5 untuk Bundaran HI adalah 7,76 µg/m3 atau sebesar 12,27% BC dalam PM2,5 dan untuk Kelapa Gading 7,27 µg/m3 atau sebesar 10,60% BC dalam PM2,5. Angka ini tergolong relatif tinggi menurut WHO, yaitu melebihi 7,5% BC dalam PM2,5. Baik konsentrasi massa maupun black carbon, hasil pengukurannya memiliki korelasi positif dengan volume kendaran yang melintas di lokasi pemantauan. Selain volume kendaraan sebagai sumber emisi, hasil pengukuran juga dipengaruhi faktor meteorologi yang berperan dalam dispersi polutan. 
LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) PRODUK SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (STUDI KASUS: PT X) Della Devia; Puji Lestari; Emenda Sembiring
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 23 No. 2 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.2.1

Abstract

Abstrak: Industri semen dihadapkan pada tantangan dalam mengurangi konsumsi sumber daya alam dan energi, untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. PT X adalah salah satu industri semen di Indonesia yang memiliki produk semen portland komposit yang dianggap lebih ramah lingkungan karena memiliki kandungan klinker yang lebih sedikit dibandingkan dengan semen portland biasa. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tahapan daur hidup produk yang menghasilkan dampak yang signifikan dan menentukan skenario alternatif perbaikan yang dapat menimbulkan potensi dampak paling minimum pada daur hidup produk semen portland komposit. Metode yang dipakai adalah Life Cycle Assessment (LCA) yang terdiri dari (1) Penentuan tujuan dan lingkup, (2) Analisis inventori, (3) Penilaian dampak dan (4) Interpretasi hasil. Lingkup kajian LCA yang akan dilakukan bersifat "cradle-to-gate" meliputi tahapan proses ekstraksi bahan baku, proses produksi hingga distribusi semen portland komposit. Potensi dampak lingkungan dari semen portland komposit menggunakan metode ReCiPe 2016 adalah pemanasan global (GWP) sebesar 768,43 kgCO2eq, asidifikasi (AP) sebesar 0,75 kg SO2eq, pembentukan partikulat (PMFP) sebesar 0,26 kgPM2,5eq, pembentukan ozon fotokimia (POFP) sebesar 2,31 kgNOxeq dan toksisitas pada manusia penyebab kanker sebesar 5,11E-03 kg 1,4DCBeq. Potensi dampak terbesar adalah GWP yang memiliki nilai normalisasi terbesar diantara potensi dampak lain, yaitu 1,51E-11 secara total. Kontribusi dampak terbesar ada pada tahapan proses produksi sebesar 88,84% yang disebabkan karena emisi CO2 sebesar 98,63%. Skenario yang direkomendasikan untuk mereduksi potensi dampak GWP adalah teknologi penangkapan karbon yang dapat mereduksi dampak sebesar 57%. Kata kunci: semen portland komposit, life cycle assessment, LCA, cradle-to-gate Abstract : Cement industry facing the challenge in reducing resource material consumption and energy through sustainable development. PT X is one of the cement industry in Indonesia which produced portland composite cement which is considered more environmentally friendly because it contains less clinker than ordinary portland cement. Purpose of this study is to identify the product life cycle stages that have a significant impact and define alternative improvement scenarios which have the least potential impact on the life cycle of portland composite cement. The method used is Life Cycle Assessment (LCA) which consists of (1) goal and scope definition, (2) inventory analysis, (3) impact assessment, and (4) interpretation. Scope of LCA is cradle-to-gate from material extraction, production process and cement distribution. The potential impact from portland cement composite are global warming potential (GWP) about 768.43 kgCO2eq, acidification potential (AP) about 0,75 kgSO2eq, particulate matter formation potential (PMFP) about 0.26 kgPM2,5eq, photochemical ozone formation potential (POFP) about 2,31 kg NOxeq and human toxicity with cancer (HTPc) about 5,11E-03 kg 1,4DCBeq. The biggest potential impact is GWP which has the greatest normalization value among others, about 1.51E-11 in total. The largest contribution is in the production process stage about 88.84%, which caused by CO2 emissions about 98.63%. The recommended scenario for reducing the potential impact of GWP is carbon capture technology with a reduction of 57%. Key words: portland composite cement, life cycle assessment, LCA, cradle-to-gate