Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Students’ Perceptions of Using Machine Translation Tools In the EFL Classroom Sujarwo Sujarwo
Al-Lisan: Jurnal Bahasa Vol 5 No 2 (2020): Al-Lisan: Jurnal Bahasa (e-Journal)
Publisher : LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/al.v6i2.1333

Abstract

Machine Translation (MT) refers to automatically trying to translate words, phrases, text, or speech from one language to another (Arnold et al., 1994). This study aims to analyze English as Foreign Language (EFL) students’ perceptions on utilizing machine translation (MT) in translating words, phrases, text, or speech. This research used descriptive qualitative method, 13 EFL students as respondents using this type of technology were described and analyzed. Data were gained from the analysis of the translation quality supported by machine translation procedures and questionnaires to 13 English students in translation subject. The results showed that, EFL students in the sixth and seventh semester of English education department of Megarezky University in translating words, phrases, texts, paragraphs had to recheck and rearrange to get a good translation by their own understandings. Machine Translation (MT) becomes another option to recognize the meaning of foreign language. Machine Translation can be used as dictionary as well. MT is incredibly useful and helpful, it can provide a general description to the users, it gives an inspiration or consideration to the users to understand the meaning.
MODEL EDUKASI BERDASARKAN SEGMENTASI KONSUMEN UNTUK MEMBANGUN MINAT MASYARAKAT PADA PERBANKAN SYARIAH Bambang Waluyo; Sylvia Rozza; Sujarwo Sujarwo
Sosiohumaniora Vol 20, No 3 (2018): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.102 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v20i3.14561

Abstract

Pemahaman masyarakat yang rendah terhadap perbankan syariah menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Tujuan penelitian mengetahui variasi pelaku segmentasi konsumen dengan memperhatikan aspek-aspek kognitif, sosial, emosional, fisik, estetika dan spiritual. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Penelitian terdahulu menemukan lima segmen konsumen yaitu syariah loyalis, obligatory, follower, functional benefit, dan essentially conventional. Ranking pemahaman terhadap perbankan syariah berdasarkan urutan dari yang paling paham hingga yang paling tidak paham adalah syariah loyalis, obligatory, follower, functional benefit dan essentially conventional. Dasar yang dapat digunakan dalam edukasi perbankan syariah adalah : (1). edukasi perbankan syariah masih sangat diperlukan, (2). Edukasi perbankan syariah perlu dimasukkan dalam kurikulum sekolah, (3). Informasi tentang bank syariah dapat disampaikan melalui iklan pada berbagai media, dan (4). Segmen essentially conventional perlu diberi edukasi baik tentang produk maupun tentang perbankan syariah itu sendiri. Kerjasama diantara para stakeholders sangat diperlukan dalam edukasi perbankan syariah. Evaluasi keberhasilan edukasi dapat dilihat dari meningkatnya awareness segmen essentially conventional pada perbankan syariah. 
CONSUMER PREFERENCES FOR RICE IN MALANG, EAST JAVA, INDONESIA Anisa Aprilia; Fitrotul Laili; Sujarwo Sujarwo
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 16, No 3 (2016)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.78 KB)

Abstract

This research aims to investigate characteristic of rice consumers in Malang and determine which combination of rice attributes that included into consumer preferences. The research method was descriptive analysis and conjoint analysis. The results show that the consumer preferences for rice in Malang are affected by taste, colour, rice grain, packaging size and label. Rice taste that desired by consumers in Malang is a tasty rice. In addition, consumers prefer small packaging, pure white colour and labelled rice product, which contains information related to the rice and brand product.
THE ROLES OF RURAL INSTITUTIONS ON FOOD SECURITY POLICY IN EAST JAVA PROVINCE INDONESIA Nuhfil Hanani; Rosihan Asmara; Fahriyah Fahriyah; Sujarwo Sujarwo
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 16, No 3 (2016)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.58 KB)

Abstract

This study has two main objectives, which are to identify rural institutions and their roles for supporting the implementation of food security policy in East Java Province and to formulate the model of rural institutions to enhance food security in the village level. This study was conducted on February 2012 in six regencies, which represented different food insecurity level in each locations. Primary data were collected by participatory rural appraisal method involving administrators of rural institutions. Descriptive analysis is used to describe rural institutions and their roles on food security implementation. Gap analysis is used to formulate the model to increase the roles of institutions on food security policy. It can be concluded that there are six potential rural institutions supporting food security in village level, which are women farmers’ group, farmers’ group, farmers’ group association, family welfare institution (PKK), rural cooperative, and food barn institution. Farmers’ group, farmers’ group association, and food barn institution potentially support food availability. Meanwhile, on accessibility aspect, farmers’ group, farmers’ group association, rural cooperative, and food barn institutions provide sufficient strength on this role. The last aspect on food security is food utilization. This aspect will be well supported by family welfare institution (PKK) and women farmers’ group. Finally, the institutional form in the village level fostering all aspect of food security is rural food team or TPD (Tim Pangan Desa).
TINGKAT KEMAMPUAN GURU PENJAS SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BANTUL Tomoliyus Tomoliyus; Margono Margono; Sujarwo Sujarwo
Jurnal Kependidikan Vol. 43, No.2 (2013)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.855 KB) | DOI: 10.21831/jk.v43i2.1972

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak guru penjas sekolah dasar di Kabupaten Bantul yang memahami pengertian pendidikan jasmani dan penilaian berbasis kinerja. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Ada dua tahap yaitu (1) tahap persiapan peneliti menyusun pedoman wawancara berisi pertanyaan- pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara, (2) tahap pelaksanaan peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Subjek penelitian ini adalah guru penjas yang sudah bersertifikasi sekolah dasar Kabupaten Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif analitik. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) 84% guru penjas sekolah dasar di Kabupaten Bantul kurang paham terhadap pengertian penjas. Hal ini menyebabkan sebagaian besar (80%) guru penjas sekolah dasar di Kabupaten Bantul dalam proses pembelajaran menggunakan pengertian penjas tradisional; (2) Sebagian besar guru penjas sekolah dasar di Kabupaten Bantul telah mengetahui dan mengenal penilaian berbasis kinerja, tetapi sebagaian besar (84%) guru penjas kurang paham terhadap pengertian penilaian berbasis kinerja. Hal ini karena 92% guru penjas kurang paham tentang cara mengembangkan penilaian berbasis kinerja. Disamping itu 96% guru penjas belum paham cara membuat rubrik.
Pengembangan model pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas Sujarwo Sujarwo; Tristanti Tristanti; Fitta Ummaya Santi
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 10, No 1 (2017): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.04 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v10i1.16798

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengimplementasikan model pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner, 2) mengetahui hasil pelaksanaan model pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner di Desa Wisata Bejiharjo Karangmojo. Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research Development (RD). Hasil penelitian adalah: 1) Pendidikan Berbasis Komunitas Wirausaha kuliner ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: a). Sosialisasi kegiatan, b) Pelaksanaan kegiatan berupa Implementai model pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner dan Focus Group Discussion (FGD), dan c) Evaluasi. 2) Penerapan Model Pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner memberikan hasil sebagai berikut: menambah motivasi peserta, cara memelihara pelanggan, cara mengelola usaha yang produktif, dan keterampilan memasak.
MOTIVASI BERPRESTASI SEBAGAI SALAH SATU PERHATIAN DALAM MEMILIH STRATEGI PEMBELAJARAN Sujarwo Sujarwo
MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN No 2 (2011): Jurnal Majalah Ilmiah Pembelajaran Edisi Oktober 2011
Publisher : MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.266 KB)

Abstract

Dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut memiliki kemampuan memilih strategipembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam memilihstrategi untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan programpembelajaran. Untuk memilih strategi pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusantujuan yang jelas, materi pembelajaran, karakteristik siswa dan kondisi pembelajaran. Setelahtujuan pembelajaran ditentukan, kemudian memilih strategi pembelajaran yang dipandang efisiendan efektif. Suatu strategi pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila dapat mencapaitujuan dengan waktu yang lebih cepat dari strategi yang lain. Kriteria lain yang perludiperhatikan adalah tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Agar penerapan suatustrategi pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka perlu memperhatikan beberapa faktor.Ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode dan strategi, yaitu: 1) isidan tujuan pembelajaran, 2) karakter guru, 3) karakteristik siswa dan 4) lingkunganpembelajaran. Beberapa karakteristik siswa yang perlu diperhatikan dalam penerapan strategipembelajaran, antara lain: bermotivasi berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan doronganingin tahu yang dapat dikembangkan selama proses pembelajaran, sikap yang membangun danmendorong untuk meraih hasil belajar, sehingga motivasi berprestasi akan mempengaruhi hasilbelajar siswa. Adanya dorongan dari dalam diri siswa untuk sukses, bekerja keras, meraih hasilbelajar yang lebih baik dan adanya upaya menghindari kegagalan dalam belajar maka siswamenambah keyakinan dan aktivitas belajar untuk meraih hasil belajar yang lebih baik
STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BAGI BELAJAR ORANG DEWASA (PENDEKATAN ANDRAGOGI) Sujarwo Sujarwo
MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN No 2 (2007): Jurnal Majalah Ilmiah Pembelajaran Edisi Oktober 2007
Publisher : MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.115 KB)

Abstract

In educational perspective, adult’s purposes for learning are to achieve goals and affirm identity. Therefore, participation in adult learning has positive effects in improving quality of life. In andragogy, learning is not merely knowledge transfer but it also should be able to improve confidence that students are capable to perform well in their life.Andragogy sees students as individuals with self-concept, which is independent. Adults have many experiences that will become rich learning resources. Adult’s readiness to study is relevant to the problem that they face. Learning is oriented to meet their needs.The implications of participative learning strategy are: (1) learning atmosphere is adjusted to the characteristics and needs. Learning atmosphere encourages student to have initiatives and flexible. (2) Students are involved in determining the learning needs and outcome. (3) Learning activities involved students actively. (4) Learning evaluations use more self-evaluation.
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM MEMBANTU MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL Sujarwo Sujarwo
MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN No 2 (2010): Jurnal Majalah Ilmiah Pembelajaran Edisi Oktober 2010
Publisher : MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.796 KB)

Abstract

Application of learning models are not only directed to the achievement of learning outcomes that are cognitive, but also how to able to enhance students 'skills in working together, to interact socially, and to develop students' emotional intelligence and multiple intelligence or social skills. The development of emotional intellegence can affect the process and the success of subsequent learning, because learning is not merely a question of intellectual, but also development of students' emotional intelligence. Learning is not just interaction with learning resources, books, and environments, but also involves humanic relationships among students, between students and teachers, and students with their environment. The elements of emotional intelligence include: self-awareness, self-regulation, motivation, empathy and social skills. Emotional intelligence in this analysis is limited to the activity of students in the learning process, ie: student self-control skills to motivate themself, to have a high spirit and to be adious in learning, and skills to interact with fellow students and teachers in the learning process. Student interaction can occur during the learning process that is on cooperative learning, interaction in group discussions both individually and in groups.
STRATEGI CREATIF PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN Sujarwo Sujarwo
MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN No 1 (2006): Jurnal Majalah Ilmiah Pembelajaran Edisi Mei 2006
Publisher : MAJALAH ILMIAH PEMBELAJARAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembelajaran yang menerapkan strategi creatif problem solving,peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagaifasilitator, motivator dan dinamisator belajar, baik secaraindividual maupun secara berkelompok. Langkah-langkahCreatif problem solving tersebut bila diterapkan dalampembelajaran adalah: I) Penemuan fakta, mengajukanpertanyaan sesuai dengan pokok/sub pokok bahasan. 2)Penemuan masalah, berdasar fakta-fakta yang telah dihimpunditentukan masalah/pertanyaan kreatif untuk dipecahkan. 3)Penemuan gagasan, menjaring sebanyak mungkin alternatifjawaban untuk pemecahan masalah. 4) Penemuan jawaban,penentuan tvlok ukur atas Kriteria pengujian jawaban, sehinggaciitemukan jawaban yang diharapkan. 5) penemuan penerimaan,dikctemukan kebaikan c'an kelemailan gagasan, kemudianmenyimpulkan dari masing-masing masalah yang dibahas.Proses pembelajaran yang memberikan kesempatan secara luaskepada peserta didik merupakan prasyarat bagi peserta didikuntuk berlatih belajar mandiri melalui creatif problem solving.Secara umum dapat dikatakan lahwa strategi pembelajaran yangdipergunakan adalah strategi yang banyak melibatkan partisipasipeserta didik dalam pembelajaran, peran fasilitator adalahmembantu peserta didik dalam menciptakan suasana belajar yangkondusif. Kondisi terscbut akan mcmbcrikan kondisi yangnyaman pada peserta didik berpartisipasi dalam pembelajaran.