Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Manuju : Malahayati Nursing Journal

Tumor-Like Mass in Patient with Tuberculosis : Is It Really a Malignancy? a Case Report Joshua Kurniawan; Annisa Ananda; Kasum Supriadi
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 8 (2023): Volume 5 Nomor 8 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i8.10964

Abstract

ABSTRACT Tuberculosis (TB) is not all about chronic cough or hemoptysis. The clinical manifestation of TB could be pulmonary and extrapulmonary, with the later defined as any site other than the lung, affected by the TB. The global burden for tuberculosis is still heavy, standing as the second leading infectious killer after COVID-19 (above HIV/AIDS), TB holds the 13th place of the leading cause of death. The World Health Organization (WHO) predicted around 1.6 million people died from TB, and 10.6 million people fell ill with TB worldwide in 2021. Due to the various manifestations and limitations of the diagnostic tools, determining the diagnosis and treatment of TB has always been a challenge since a long time ago. To give appropriate therapy, making an accurate diagnosis is crucial. It is known that extrapulmonary tuberculosis manifestation often mimics malignancy, both clinically and radiologically. The treatment for these cases should include treatment for the infection and the affected organ or site, following the recommended therapy dose and duration. Neurological examination should be evaluated, especially for tuberculosis of the spine. Surgical approach should be considered for cases with neurological deficits, patient with spine-at-risk, progressive spinal deformity, severe pain, spinal instability, or uncertain diagnosis. Physical therapy could be considered to improve respiratory function, improving muscle strength, reducing the pain, repair/improve the range of motion, sensory function, improve quality of life, and prevent other complications. Keywords: Extrapulmonary Manifestation, Mimics Malignancy, Tuberculosis
Pengaruh Kadar Profil Lipid, Asam Urat, Indeks Massa Tubuh, Tekanan Darah, dan Kadar Gula Darah Terhadap Penurunan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Usia Produktif Ernawati Ernawati; Eko Kristanto Kunta Adjie; Yohanes Firmansyah; Giovanno Sebastian Yogie; William Gilbert Setyanegara; Joshua Kurniawan
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 8 (2023): Volume 5 Nomor 8 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i8.10414

Abstract

ABSTRACT Decreased lung function is a common health problem that affects millions of people worldwide. The prevalence of decreased lung function in the general population has increased from 11.2% to 28.8% in individuals over the age of 50 years. The exact mechanism of these relationships is not fully understood. This study aims to determine the effect of obesity, hypertension, dyslipidemia, hyperuricemia, and diabetes mellitus on the decline in lung function among working-age workers. This research is a cross-sectional study carried out at the Kalam Kudus Foundation in the period of May 2023 involving productive age respondents aged 18 to 60 years. The minimum sample size required in this study is 50 respondents according to the rule of thumb formula. Descriptive data analysis in the form of centralized data distribution for quantitative data and proportion (%) for qualitative data. Analytical data analysis uses the Linear Regression method, enter method to see which factor has the strongest influence on the dependent variable. The results of the linear regression statistical test revealed that only the Low-Density Lipoprotein (LDL) level variable had a significant role in affecting lung vital capacity (OR: 0.433; p-value: 0.030). From the analysis results, it was found that LDL levels significantly affect the vital capacity of the lungs. Further research is needed to assess other factors that affect lung vital capacity. Keywords: Lung Vital Capacity, Lipid Profile, Uric Acid, BMI, Blood Pressure, Blood Glucose Level.  ABSTRAK Penurunan fungsi paru-paru adalah masalah kesehatan umum yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Prevalensi penurunan fungsi paru pada populasi umum mengalami peningkatan dari 11,2%, menjadi 28,8% pada individu di atas usia 50 tahun. Mekanisme yang tepat hubungan-hubungaan ini tidak sepenuhnya dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh dari obesitas, hipertensi, dislipidemia, hiperurisemia, dan diabetes mellitus terhadap penurunan fungsi paru di kalangan pekerja usia produktif. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilaksanakan di Yayasan Kalam Kudus pada periode bulan Mei 2023 dengan mengikutsertakan responden usia produktif berusia 18 hingga 60 tahun. Besar sampel minimum yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 50 responden berdasarkan rumus rule of thumb. Analisa data deskriptif berupa sebaran data terpusat untuk data kuantitatif dan proporsi (%) untuk data yang bersifat kualitatif. Analisa data analitik menggunakan metode Regresi Linear, enter method untuk melihat faktor mana yang memiliki pengaruh terkuat dalam mempengaruhi variabel tergantung. Hasil uji statistik regresi linear mengungkapkan bahwa hanya variabel kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang berperan signifikan dalam mempengaruhi kapasitas vital paru (OR: 0,433; p-value: 0,030). Dari hasil analisis didapat kadar LDL mempengaruhi kapasitas vital paru secara signifikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai faktor lain yang mempengaruhi kapasitas vital paru. Kata Kunci: Kapasitas Vital Paru, Profil Lipid, Asam Urat, IMT, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah
Hubungan Kadar Insulin Puasa dengan Tekanan Darah Pada Kelompok Lanjut Usia: Studi Potong Lintang di Panti Santa Anna Robert Kosasih; Frisca Frisca; Alexander Halim Santoso; Yohanes Firmansyah; William Gilbert Satyanegara; Fernando Nathaniel; Joshua Kurniawan; Friliesa Averina; Daniel Goh; Ribkha Anggeline Hariesti Sitorus; Brian Albert Gaofman
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13127

Abstract

ABSTRACT Hypertension is one of the most common causes of death in the world. Insulin is a hormone that has been studied for a long time, and hyperinsulinemia is a condition where the body requires large amounts of insulin to achieve normal sugar levels. It was found that hypertensive patients with metabolic syndrome disorders have higher insulin levels with or without obesity which makes it considered as a risk factor. Finding the correlation between fasting insulin and blood pressure in nuring home. Cross-sectional study research on the correlation of fasting insulin levels with blood pressure in the elderly group at Santa Anna Nursing house. Respondents who meet the inclusion criteria will follow a series of data collection according to applicable physical and laboratory examination standards. Statistical analysis using spearman correlation analysis. There were 30 respondents who met the inclusion criteria with an average age of 73 (56 - 88) years, systolic blood pressure (SBP) 120 (105-150) mmHg, diastolic blood pressure (DBP) 70 (55-80) mmHg, and fasting insulin levels 9.45 (5.4-29.5) μIU / ml. the results of the analysis did not find a significant correlation between fasting insulin levels and blood pressure (p-value = 0.590 and 0.898). In this study, it was found that the higher the fasting insulin level, the lower the systolic blood pressure (r-systolic = -0.102). Fasting insulin is one of the tests that can be carried out as an early detection of metabolic disease, especially as a prevention of hypertension. Keywords: Fasting Insulin, Elderly, Blood Presure  ABSTRAK Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tersering di dunia. Insulin merupakan hormon yang telah dipelajari sejak lama, dan hiperinsulinemia merupakan suatu kondisi dimana tubuh membutuhkan jumlah insulin yang banyak untuk mencapai kadar gula darah yang normal. Ditemukan bahwa pada penderita hipertensi dengan gangguan sindroma metabolik memiliki kadar insulin yang lebih tinggi baik itu dengan atau tanpa obesitas yang membuatnya dipertimbangkan sebagai faktor risiko. Meneliti bagaimana korelasi kadar insulin puasa dengan tekanan darah di panti lansia. Penelitian studi potong lintang mengenai korelasi kadar insulin puasa dengan tekanan darah pada kelompok lanjut usia di Panti Lansia Santa Anna. Responden yang memenuhi kriteria inklusi akan mengikuti rangkaian pengambilan data sesuai standar pemeriksaan fisik dan labotorium yang berlaku. Analisis statistik menggunakan analisis korelasi spearman.  Terdapat 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 73 (56 – 88) tahun, tekanan darah sistolik (TDS) 120 (105-150) mmHg, tekanan darah diastolik (TDD) 70 (55-80) mmHg, dan kadar insulin puasa 9,45(5,4-29,5)μIU/ml. hasil analisis tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar insulin puasa dengan tekanan darah (p-value= 0,590 dan 0,898). Pada penelitian ini didapatkan semakin tinggi kadar insulin puasa maka akan semakin rendah tekanan darah sistolik (r-sistolik=-0,102). Insulin puasa merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan sebagai deteksi dini penyakit metabolik, khususnya sebagai pencegahan terhadap hipertensi.   Kata Kunci: Insulin Puasa, Lansia, Tekanan Darah
Hubungan Kadar Insulin Puasa dengan Indeks Massa Tubuh Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Lanjut Usia Olivia Charissa; Alexander Halim Santoso; Joshua Kurniawan; Dean Ascha Wijaya; Fernando Nathaniel; Yohanes Firmansyah; Bryan Anna Wijaya; Gracienne Gracienne; Yovian Timothy Satyo; Steve Vallery Ranonto
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13126

Abstract

ABSTRACT Elderly population is increasing globally. One of the global adversity is obesity. Prevalence of obesity in the elderly population is growing over time and has become a global threat. Obesity also affect insulin level and resistancy, becoming the foundation for diabetes melitus, the unending global health problem. This will bring various health risks for elderly. This study aims to find out the correlation between fasting insulin level with body mass index in the elderly population. This cross-sectional study was done in Santa Anna Nursing Home. The sampling method is total sampling. Body mass index data collection was carried out according to standard physical examination protocols and insulin level analysis was carried out according to standard laboratory protocols. Statistic analysis used in the study is Spearman correlation, with hoped significance level of 5% and power of 80%. We found 31 respondents with mean age of 73.1 (±9.55) years with female as the dominant gender. The median of insulin level were 10 (5,4 – 29,,5) uIU/mL, with mean BMI of 22,24 (3,95) kg/m2. Statistical analysis found no significant correlation between fasting insulin level with BMI (p-value : 0.179), but clinically could be seen that increase of fasting insulin level will affect the increase of BMI though its only a weak correlation (r-spearman : 0.248). Fasting insulin level plays a role and could affect body mass index in the elderly body.  Keywords: Body Mass Index, Elderly, Fasting Insulin, Nursing Home  ABSTRAK Jumlah penduduk lanjut usia secara global akan terus meningkat. Salah satu permasalahan yang mendunia adalah obesitas. Prevalensi obesitas pada populasi lanjut usia kian meningkat dan menjadi ancaman global. Obesitas juga memengaruhi kadar dan resistensi insulin yang menyebabkan diabetes melitus menjadi masalah kesehatan yang tak kunjung berakhir di dunia. Hal ini menjadi dasar berbagai risiko kesehatan pada lansia. Studi ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna antara kadar insulin puasa dengan indeks massa tubuh pada kelompok lanjut usia. Studi cross-sectional ini dilaksanakan di Panti Lanjut Usia Santa Anna. Metode pengambilan sampel berupa total sampling. Pengambilan data indeks massa tubuh dilakukan sesuai protokol pemeriksaan fisik standar dan analisa kadar insulin dilaksanakan sesuai protokol laboratorium standar. Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini berupa analisa korelasi spearman, dengan nilai signifikansi yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebesar 5% dengan kekuatan penelitian sebesar 80%.  Didapatkan 31 responden dengan rerata usia sebesar 73,1 (±9,55) tahun dengan dominan berjenis kelamin perempuan (71,0%). Rerata kadar insulin puasa adalah 10 (5,4 – 29,,5) uIU/mL, dengan rerata IMT 22,24 (3,95) kg/m2. Pada uji statistik tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar insulin puasa dengan IMT (p-value : 0.179), tetapi secara klinis dapat terlihat bahwa peningkatan kadar insulin puasa akan berdampak terhadap peningkatan IMT walaupun tergolong dalam korelasi lemah (r-spearman : 0.248). Kadar insulin puasa tampak memegang peranan dan dapat berdampak terhadap indeks massa tubuh pada lansia. Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh, Insulin Puasa, Lanjut Usia, Panti Lanjut Usia
Hubungan Kadar Vitamin D dengan Kejadian Insomnia Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Santa Anna Anastasia Ratnawati Biromo; Noer Saelan Tadjudin; Alexander Halim Santoso; Yohanes Firmansyah; William Gilbert Satyanegara; Dean Ascha Wijaya; Joshua Kurniawan; Ayleen Nathalie Jap; Fladys Jashinta Mashadi; Melkior Michael Fransisco; Linginda Soebrata
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13516

Abstract

ABSTRACT Vitamin D deficiency is a public health problem that affects everyone regardless of their age. It is linked to various health problems, and one of them is sleep problem. Nearly 60% of elderly have sleep problems, with insomnia being the most frequently reported symptom. Insomnia can lead to physical, mental, behaviour problems, and increasing risk of having diabetes and cardiovascular disease. To find the association between vitamin D and insomnia in elderly. This research uses cross sectional study to find association between vitamin D and insomnia in elderly who live in Santa Anna’s nursing home. Respondents who met the inclusion criterias were measured for vitamin D and then filling out Insomnia Severity Index (ISI) questionnaire. Statistical analysis used is the Mann-Whitney test. Twenty-seven participants met the inclusion criteria, with the mean age of 75,59 (SD 7,42) years and vitamin D level 19,93 (SD 6,87) ng/ml. There was no significant difference in vitamin D level between non-insomnia and insomnia (p-value 0,979). However, from this study we found that lower vitamin D serum was associated with the increasing risk of insomnia. Vitamin D deficiency should be taken into account when treating elderly with sleep disorder. Health practitioners should consider Vitamin D supplementation as adjunctive treatment in sleep problems. Keywords: Insomnia, Elderly, Vitamin D  ABSTRAK Defisiensi vitamin D merupakan masalah kesehatan umum yang dapat terjadi pada semua orang tanpa memandang usia. Defisiensi vitamin D dihubungkan dengan berbagai macam masalah kesehatan, salah satunya adalah gangguan tidur. Gangguan tidur pada lansia merupakan masalah yang sering ditemui, dimana hampir 60% lansia mengalami gangguan tidur. Insomnia dapat menyebabkan gangguan fisik, mental, perilaku, dan meningkatkan risiko penyakit diabetes serta kardiovaskular. Meneliti hubungan vitamin D dengan kejadian insomnia pada lansia. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang mencari hubungan antara kadar vitamin D dengan kejadian insomnia pada orang lanjut usia di Panti Lansia Santa Anna. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pengukuran kadar vitamin D dan pengisian kuesioner Insomnia Severity Index (ISI) untuk insomnia. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Sebanyak 27 responden memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 75,59 (SD 7,42) tahun, dengan kadar vitamin D 19,93 (SD 6,87) ng/ml. Hasil analisis statistik tidak mendapatkan perbedaan rerata kadar vitamin D yang bermakna antara kelompok dengan atau tanpa insomnia (p-value 0,979), meski demikian pada penelitian ini didapatkan bahwa defisiensi vitamin D berisiko meningkatkan terjadinya insomnia. Defisiensi vitamin D harus dipertimbangkan dalam manajemen lanjut usia dengan gangguan tidur. Suplementasi vitamin D dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan pada lanjut usia yang mengalami gangguan tidur. Kata Kunci: Insomnia, Lansia, Vitamin D