Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PERBAIKAN KINERJA PRODUKSI ENTING-ENTING GETI DENGAN PENYANGRAI DAN PENGGILING KACANG Rini Yulianingsih
Journal of Innovation and Applied Technology Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.319 KB) | DOI: 10.21776/ub.jiat.2016.002.01.5

Abstract

ABSTRACTEnting-enting Geti is one of the superior products that produced by micro and small-scale agro-industries  (SMEs) in Karangsari District Blitar City. Service activities aimed to improve the  SMEs (Enggal Jaya and Cemara Jaya) productivity in Enting-enting Geti  production through technological improvement, and the enhancement of management and production system. Application of new peanut roasters and grinder had improved production efficiency. Roasting capacity increased to 50 kg/h of 6-7 kg / h, while the milling capacity increased to 5 kg / h of 2 kg / h. The product quality Improvements are the homogeneity of size, color and texture of the peanut, as well as the improvement of hygiene and product safety since the  previous tools using corrosive materials. The advantages of using the new equipment are the energy cost savings and faster processing that had impacted on the production costs reduction, and provides the better for  quality and perfomance.     
Caterpillar Cultivation Technology Transfer At Hongkong Caterpillar Farmer Group At Oro-oro Ombo, Batu City Rini Yulianingsih
Journal of Innovation and Applied Technology Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.706 KB) | DOI: 10.21776/ub.jiat.2015.001.02.3

Abstract

ABSTRACT Hongkong caterpillar cultivation is one of the actvities of people in Oro-oro Ombo Village, Batu. Its production capacity is 2-3 tons per week or 8-12 tons per month. The products are in the form of hongkong caterpillars and feces. Marketing area of Hongkong cartepillar is some cities at Java. The problems faced by farmer group are low production efficiency and capacity because some steps in cultivation are done manually. Alternative solution is technology transfer by mechanical equipment in cultivation including cutting machine, sieving, and semi automatic shredder. The results of the implementation are an increase in production efficiency, product quality and production capacity of Hongkong cater-pillars. Improvement of existing pro-duction systems with the application of Good Manufacturing Practice, logbook production and management of SME financial statements that is more pro-fessional, besides increasing awareness of health and safety among workers that suggests to increase production capacity that is expected to increase revenue.Keyworda: efficiency of production,  Hongkong caterpillars, production capacity
Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode Pour Plate Merisa Yunita; Yusuf Hendrawan; Rini Yulianingsih
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.333 KB)

Abstract

Industri Katering maskapai penerbangan sangat dibutuhkan oleh maskapai penerbangan, untuk memenuhi kepuasan konsumen dalam bidang kuliner, salah satunya yaitu Aerofood ACS (Aerowisata Catering Service). Aerofood ACS merupakan contoh perusahaanflight catering yang ternama dan tertua di Indonesia, serta merupakan anak usaha dari Garuda Indonesia. Tujuan dari penelitian magang ini yaitu untuk menganalisis jumlah koloni mikroba yang berada dalam suspensi makanan penerbangan Aerofood ACS berdasarkan uji TPC (Total Plate Count). Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan. Beberapa cara dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik didalam suatu suspensi atau bahan yaitu dengan perhitungan jumlah sel salah satunya dengan metode hitungan cawan dan dianalisis berdasarkan SPC (Standard Plate Count). Hasil penelitian jumlah bakteriologi yang didapat berdasarkan SPC yaitu berkisar 1x103 – 1x105 CFU/ml, serta jumlah TPC yang paling banyak yang sudah disesuaikan secara SPC terdapat pada sampel makanan Seafood Soya / Fried Noodle / Vegetarian / Leek and Red Chilli dengan hasil 7 x 105 CFU / ml dan jumlah TPC yang sudah disesuaikan secara SPC yang paling kecil terdapat pada sampel makanan Beef Tomato/ Three Colour Vegetarian/ Pasta dengan hasil 4,0 x 103 CFU / ml. Berdasarkan hasil penelitian jumlah TPC untuk 35 sampel makanan penerbangan yang didapatkan merupakan hasil uji bakteriologi bagi makanan penerbangan yang tergolong aman untuk dikonsumsi. Kata Kunci : Aerofood ACS, Analisis SPC, Hitung Cawan, Metode Pour Plate, TPC 
Analisis Sifat Fisik dan Kimia pada Pembuatan Tepung Umbi Uwi Ungu (Discorea alata), Uwi Kuning (Discorea alata) dan Uwi Putih (Discorea alata) muhamad nur afidin; Yusuf Hendrawan; Rini Yulianingsih
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.196 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan terhadap sifat fisik dan kimia tepung umbi uwi yang dihasilkan. Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial dengan dua faktor. Faktor pertama suhu pengeringan (T), terdiri dari 3 level yaitu  400C (T1), 500C (T2), dan 600C (T3). Faktor yang kedua varietas uwi (U), terdiri dari uwi ungu (U1), uwi kuning (U2) dan uwi putih (U3). Suhu pengeringan memberikan pengaruh terhadap tepung umbi uwi yang dihasilkan. Umbi uwi ungu, kuning dan putih mempunyai karakteristik kandungan yang berbeda, rerata densitas kamba antara 0,38 - 0,64 gram/mL, kadar air antara 7,77 – 10,66%, kadar abu antara 2,1 – 3,77%, karbohidrat antara 77,95 – 82,88%, lemak antara 0,12 – 0,52%, dan protein antara 2,59 -10,49%.Perlakuan terbaik dari hasil analisis menggunakan metode DMRT untuk umbi uwi ungu diperoleh perlakuan terbaik pada suhu 600C, umbi uwi kuning pada suhu 500C dan pada umbi uwi putih pada suhu 600C.
Rancang Bangun dan Uji Performansi Alat Pemotong Kentang Bentuk French Fries Agil Adham Reka; Yusuf Hendrawan; Rini Yulianingsih
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.359 KB)

Abstract

Kentang termasuk kelompok lima besar makanan pokok dunia. Di Indonesia kentang paling populer dijumpai dalam bentuk olahan kentang goreng (french fries). Oleh karena  itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengembangan alat pemotong kentang. Rancang bangun alat pemotong kentang dilakukan dengan membandingkan pisau pemotongan antara pisau cutter, pisau tembakau, dan pisau maspion. Alat pemotong yang dihasilkan kemudian dilakukan pengujian terhadap pisau terbaik dari hasil perbandingan ketiga pisau tersebut. Perlakuan yang digunakan dalam pengujian pisau pemotongan adalah variasi  sudut pemotongan yaitu 24o (pisau tembakau), 27o (pisau maspion), dan 28o (pisau cutter). Pisau Maspion memberikan hasil terbaik dibandingkan pisau tembakau dan pisau cutter. Pisau maspion diuji dengan perlakuan kecepatan: 20 rpm, 30 rpm, dan 40 rpm. Setiap variasi sudut dan kecepatan dilakukan 3 kali pengulangan. Hasil data pengujian membandingkan antara rata-rata hasil potongan dengan variasi kecepatan secara berurutan: Terpotong Penuh (TP) 240 g, 233,3 g, dan 243,3 g, Terpotong Tepi (TT) 81,7 g, 78,3 g, dan 75 g, Rusak Terpotong Penuh (RTP) 86,8 g, 95 g, dan 95 g, Rusak Terpotong Tepi (RTT) 36,7 g, 38,3 g, dan 31,7 g, waktu 48,67 detik, 24 detik, 26,33 detik. Berdasarkan analisis data, variasi kecepatan pemotongan tidak berpengaruh nyata pada hasil potongan TP, TT, RTT, RTP, kecuali sangat berpengaruh nyata terhadap waktu. Alat ini memiliki kapasitas efektif rata-rata 47,48 kg/jam, kerusakan hasil rata-rata 40,3 %, dan efisiensi rata-rata 57,02 %. Efisiensi dapat ditingkatkan dengan memperbaiki tingkat presisi pada alat, sehingga kentang yang lolos pada pemotongan dan tingkat kerusakan kentang semakin kecil. Kata kunci: kentang, pisau, kecepatan, sudut pemotongan 
Pengaruh Volume Enzim Terhadap Kadar Alkohol dan Nilai Kalor dari Bioetanol Berbahan Baku Umbi Gadung (Dioscorea hipsida Dennst.) Anisah Cahyani; Yusuf Hendrawan; Rini Yulianingsih
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.436 KB)

Abstract

Umbi gadung merupakan salah satu jenis umbi yang mengandung senyawa beracun, yaitu asam sianida (HCN), tetapi masyarakat mengolahnya menjadi keripik. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah memanfaatkan pati yang terkandung dalam umbi gadung (Dioscorea hipsida) dikonversi menjadi bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh enzim terhadap proses liquifikasi dan sakarifikasi terhadap total gula reduksi yang diperoleh, mengetahui kadar etanol yang dihasilkan dari destilasi sebagai alternatif bahan bakar, menetukan besarnya nilai kalor bahan bakar alkohol yang dihasilkan. Hasil optimum perolehan nilai total gula reduksi pada proses hidrolisis yaitu pada perlakuan C penggunaan volume enzim 0,6 % v/v sebesar 6,00%. Sedangkan nilai total gula reduksi pada perlakuan A (0,2% v/v) dan B (0,4% v/v) berturut-turut sebesar 4,85% dan 5,24%. Kemampuan tertinggi konversi glukosa menjadi etanol pada perlakuan B dengan penggunaan volume enzim 0,4% v/v sebesar 9,10%. Sehingga kadar etanol tertinggi yang dihasilkan dari hasil destilasi yaitu pada perlakuan B yaitu 79,9%. Sedangkan kadar etanol untuk perlakuan A dan C adalah 66,57% dan 72%. Nilai kalor tertinggi dihasilkan pada perlakuan B yaitu sebesar 5232,23 kal/g. Sedangkan nilai kalor pada perlakuan A dan C berturut-turut 4257,57 kal/g dan 4600,85 kal/g.Kata kunci: α-amilase, glukoamilase, yeast
Marketing Outlets Identification and Distribution Hybrid Corn Pioneer in PT. DuPont Indonesia Muhammad Fatikhillah; Bambang Susilo; Rini Yulianingsih
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The marketing is a whole system of business activities aimed at planning, determine the price of, promoting and distributes goods and services which satisfies the need both to the existing and potential buyers. Marketing management from PT. Dupont Indonesia can be categorized systematic or in accordance with study theory which exists because the continued use of channel management marketing through distribution channels that were on the sphere of work space PT. Dupont Indonesia. The strategy used in company PT. Dupont Indonesia system is using a push strategy and pull strategy that keep seeing market segmentation existing. A groove distribution hybrid corn seeds Pioneer started from the factory Pioneer in Malang. A dealer will do reservations seeds and be sent back from the factory to the warehouse central each a dealer. A dealer having stall a lock (R1) in all the region that is on Sub District Nortern of East Java (NEJ) it also functions as a store of the hybrid corn seeds Pioneer. Kiosks R1 (Retail 1) will distribute seeds hybrid corn Pioneer to the kiosks R2 (Retail 2). Farmers can get hybrid corn seeds Pioneer from the dealer , key kiosks, MAP (Mitra Andalan Pioneer) or kiosks R2 (Retail 2).   Key Word : PT. Dupont Indonesia, Hybrid, Dealer, Retail 1 dan 2, Sub District Nortern of East Java (NEJ), dan MAP (Mitra Andalan Pioneer)
Pemurnian Alkohol Menggunakan Proses Destilasi-Adsorpsi dengan Penambahan Adsorben Zeolit Sintesis 3 Angstrom Bambang Susilo; Rini Yulianingsih; Ulfinasari A
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.729 KB)

Abstract

Kadar alkohol yang didapatkan pada tahap fermentasi hanya sekedar 10% (v/v). Untuk memurnikan alkohol  dengan melalui proses refinery terdapat empat tahap yaitu, tahap evaporasi, tahap destilasi, tahap dehidrasi dan tahap rektrifikasi. Pada tahap evaporasi menghasilkan kadar alkohol 18% (v/v). Pada  tahap dehidrasi menggunakan proses perendaman (adsorpsi) secara secara fisika dengan penambahan adsorben berupa zeolit sintesis 3A. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui kadar alkohol yang dapat diperoleh pada pemurnian alkohol 18% (v/v) dengan menggunakan destilasi- adsorpsi. Tujuan kedua ialah untuk mengetahui lama waktu perendaman dan berat zeolit sintesis 3A yang paling optimal pada pemurnian alkohol 18% dengan menggunakan proses adsorpsi. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Faktorial (RAK) dua faktorial. Faktor pertama yaitu berat zeolit sintesis 3A sedangkan faktor kedua adalah waktu perendaman (adsorpsi). Berat zeolit sintesis 3A yang digunakan terdiri dari 3 level yakni, 25 gram, 35 gram dan 45 gram dengan waktu perendaman selama 180 menit, 300 menit dan 420 menit. Perlakuan menggunakan penambahan adsorben zeolit sintesis 3A sebanyak 45 gram dengan waktu perendaman selama 5 jam dapat meningkatkan kadar alkohol sebesar 98,92%.
Pengaruh Pelapisan Lilin Lebah dan Pengemasan Terhadap Karakteristik Buah Mangga Apel (Mangifera indica L.) selama Penyimpanan pada Suhu Ruang Khotimatus Sa'adah; Bambang Susilo; Rini Yulianingsih
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (763.925 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh penggunaan pelapisan lilin lebah dan pengemasan terhadap karakteristik dan masa simpan buah mangga apel pada suhu ruang. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAK) dengan 2 (dua) faktor  dan 3 (tiga) kali pengulangan dan perlakuan dianalisa pada suhu ruang serta pengamatannya dilakuan dengan interval 2 hari sekali. Faktor I adalah konsentrasi lilin lebah (4%, 6%, 8%). Faktor II yaitu Pengemasan (plastik wrap dan kertas koran). Adapun parameter yang diamati meliputi susut bobot, total padatan terlarut, kadar air buah, tekstur, dan organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur). Data analisis menggunakan ANNOVA, apabila terdapat perbedaan diuji lanjut dengan BNT selang kepercayaan 5%. Hasil analisa menunjukkan faktor pelapisan lilin dan pengemasan berpengaruh nyata terhadap parameter: susut bobot, total padatan terlarut, kadar air buah, tekstur, dan dan menunjukkan perbedaan pada uji organoleptik (aroma, warna, rasa, dan tekstur), dengan menggunakan metode indeks efektifitas diperoleh perlakuan terbaik dari beberapa kombinasi perlakuan yaitu ada P1L2 (lilin lebah konsentrasi 6% dan pengemasan dengan plastik wrap).
Uji Performansi dan Keseimbangan Massa Evaporator Vakum Double Jacket Tipe Water Jet dalam Proses Pengolahan Gula Merah Tebu (Saccharum officinarum L.) Ahmad Muhlisin; Yusuf Hendrawan; Rini Yulianingsih
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.506 KB)

Abstract

Gula merah tebu dihasilkan dari proses pengentalan nira tebu dengan cara pemanasan. Pemanasan ini penting karena dapat menentukan kualitas dari gula merah. Pembuatan gula merah secara tradisional memiliki kelemahan dalam proses pemanasan, sehingga menghasilkan kualitas gula merah yang tidak baik. Evaporator vakum double jacket tipe water jet adalah mesin yang mampu membuat gula merah yang lebih baik di banding pengolahan secara tradisional. Pengoperasinya evaporator vakum membutuhkan energi untuk menghasikan panas. Sehingga diperlukan evaluasi terhadap performansi atau kinerja mesin evaporator vakum double jacket tipe water jet. Hasil penelitian menunjukan antara lain nilai kebutuhan energi panas terbesar evaporator didapatkan pada suhu 600C yaitu sebesar 11.597,04 kJ dan yang terendah pada suhu 700C sebesar 7.190,82 kJ. Rerata Kebutuhan energi listrik terbesar di dapatkan pada suhu 600 C sebesar 11.140,00 kJ dan terendah di dapatkan pada suhu 700C sebesar 9.065,33 kJ . Rerata kadar air tertinggi dicapai pada perlakuan dengan suhu 600 C sebesar 10,60 % dan rerata kadar air terendah dicapai pada suhu 800 C sebesar 9,38 %. Kehilangan massa terbesar pada proses penguapan di dapatkan pada suhu 800C sebesar  84,34 % dan kehilangan massa terendah pada suhu 600C sebesar 80,81 %. Nilai rerata rendemen terbesar di dapatkan pada suhu 600C sebesar  18,84 % dan rendemen terendah di dapatkan pada suhu 800C sebesar 11,46. Nilai rerata massa gula merah terbesar di dapatkan pada suhu 600C sebesar 526 gram rerata massa gula merah terendah didapatkan pada suhu 800C sebesar 448,3. Efesiensi energi terbesar di dapatkan pada suhu 700C sebesar 74,94 % dan terendah di dapatkan pada suhu 800C sebesar 54,62%. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuaan perbedaan suhu pada proses pengupan nira tebu hingga menjadi gula merah berpengaruh pada sifat fisik dan lama waktu pemasakan serta massa gula merah yang dihasilkan. Sedangkan berdasarkan nilai efesiensi yang diperoleh, mesin Evaporator double jacket tipe water jet ini sudah cukup layak untuk proses pengentalan nira tebu.   Kata kunci : Kebutuhan Energi, keseimbangan massa, efesiensi evaporator