Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

EFEKTIFITAS FILTER BAHAN ALAMI DALAM PERBAIKAN KUALITAS AIR MASYARAKAT NELAYAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BANGK Adi, Wahyu; Sari, Suci Puspita; ST, Umroh
AQUATIC Vol 8, No 2 (2014):
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5.687 KB)

Abstract

Local fisherman communities in Bangka regency coastal, have a clean water supply problem. They Local fisherman communities in Bangka regency coastal, have a clean water supply problem. They have to buy clean water for 2.000 IDR per 20 liters. This research about water filter effectiveness, using natural resources. Research on the effectiveness of the filter with natural materials need to be done to overcome these problems . With the experimental method, stacking filters designed with several treatment sequence. Treatment 1: rubble, fibers, quartz sand, charcoal, cotton. Treatment 2: Fine sand, gravel, palm, coconut shell charcoal, and rubble. Treatment 3: rubble, gravel, fibers, fine sand, charcoal, cotton. Of the three treatment showed no clean water quality standard approach , and among the three, treatment 2 were approaching the value of clean water quality standard.
STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN BEDUKANG KABUPATEN BANGKA Putra, Nursyah; Adi, Wahyu; Yusuf, Muh.
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 1, No 1: April 2019
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/jrkt.v1i1.15

Abstract

Benthos adalah salah satu organisme dasar yang biasa ditemukan di daerah terumbu karang. Aktivitas nelayan yang mengelilingi terumbu karang akan berdampak pada tutupan karang juga organisme benthos, yang dapat dilihat dari variabel struktur komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan, keanekaragaman, keseragaman, dan dominasi makrozoobentos (Epifauna) di ekosistem terumbu karang, untuk menganalisis persentase bentuk kehidupan karang dan untuk memeriksa kemungkinan pemanfaatannya. Penelitian ini dilakukan pada Maret 2018 di perairan Bedukang, Riau Silip, Kabupaten Bangka. Metode Belt Transect digunakan untuk pengambilan data makrozoobenthos (Epifauna) dan Line Intercept Transect untuk pengambilan data terumbu karang. Hasil penelitian ini adalah kerapatan makrozoobentos (Epifauna) 3,663 ind / ha di perairan Bedukang. Kepadatan makrozoobentos (Epifauna) paling tinggi adalah Drupella sp. (Kelas Mollusca) adalah 1.575. Nilai keanekaragaman tertinggi di stasiun 4 adalah 2.026 ind / ha, nilai keseragaman tertinggi di stasiun 1 adalah 2.466, dan nilai dominansi tertinggi di stasiun 3 adalah 0.406. Persentase terumbu karang di perairan Bedukang baik dan sedang, persentase tertinggi di stasiun 2 adalah 54,23% dan persentase terendah di stasiun 3 adalah 43,01%. Makrozoobenthos (Epifauna) ditemukan paling banyak digunakan untuk makanan dan paling sedikit digunakan untuk kosmetik.
DISTRIBUSI DAN KONDISI KOMUNITAS LAMUN DI BANGKA SELATAN, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Okto Supratman; Wahyu Adi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 3 (2018): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2095.456 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v10i3.20614

Abstract

ABSTRAKBangka Selatan memiliki potensi keanekaragaman lamun yang tinggi, tetapi informasi yang berkaitan dengan sebaran spesies dan kondisi komunitas lamun masih belum banyak diketahui. Tujuan penelitian yaitu menentukan jumlah spesies, sebaran dan kondisi komunitas lamun di Bangka Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 sampai Mei 2017. Lokasi penelitian dilakukan di beberapa wilayah Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung. Sebaran dan jumlah spesies lamun ditentukan berdasarkan gabungan data primer dan data sekunder. Pengambilan data kondisi padang lamun meliputi data tutupan dan kerapatan lamun dilakukan menggunakan transek kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm. Hasil penelitian di Bangka Selatan ditemukan sebanyak 10 spesies lamun. Sebaran lamun  meliputi Pantai Tanjung Kerasak (9 spesies), Pulau Lepar  (8 spesies), Pesisir Desa Tukak (8 spesies), Pulau Anak Air (5 spesies), Pantai Puding dan Pulau Kelapan ditemukan hanya 4 spesies. Kondisi padang lamun di Bangka Selatan dengan kerapatan yaitu 633,37 tegakan/m2sampai 1066,76 tegakan/m2. Rata-rata persentase tutupan lamun yaitu 29,61% dikategorikan miskin.ABSTRACTSouth Bangka has a high potential for seagrass diversity, but information relating to the distribution of species and the condition of seagrass communities is still not widely understood. The research objective was to determine the number of species, distribution and conditions of seagrass communities in South Bangka. The research was conducted in June 2016 until May 2017. The location of the research was carried out in several areas of South Bangka, Bangka Belitung Islands. The distribution and number of seagrass species was determined based on a combination of primary data and secondary data. Data collection of seagrass condition includes seagrass coverage and density carried out using quadratic transect measuring 50 cm x 50 cm. The results of research in South Bangka found 10 species of seagrass. Seagrass distribution includes Tanjung Kerasak Beach (9 species), Lepar Island (8 species), Coastal Tukak Village (8 species), Anak Air Island (5 species), Puding Beach and Kelapan Island found only 4 species. Seagrass conditions in South Bangka with a density of 633.37 stands/m2 to 1066.76 stands/m2. The average percentage of seagrass cover is 29.61% which is categorized as poor.
KAJIAN PERUBAHAN LUASAN PADANG LAMUN DENGAN PENGINDERAAN JAUH DI PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Wahyu Adi
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 7, No 1 (2015): Edisi Januari
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1024.066 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v7i1.2496

Abstract

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan padang lamun yang dimungkinkan berkorelasi dengan pelegalan tambang timah rakyat. Pulau Lepar, sebagai salah satu pulau di Provinsi ini, diduga salah satu yang mengalami penurunan penutupan luasan padang lamun. Perubahan penutupan padang lamun dianalisa dengan menggunakan interpretasi citra satelit Landsat 7 ETM+ (1999 dan 2011). Penelitian di padang lamun difokuskan dalam menyajikan perubahan luasan padang lamun selama kurun waktu 12 tahun dan kondisi terkini dari status padang lamun. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan penutupan padang lamun sebesar 70,2% (meningkat seluas 23.140,17 Hektar). Status padang lamun di pulau Lepar adalah "baik" dengan rata-rata penutupan 72,9%.Kata Kunci: Padang lamun, penginderaan jauh, Pulau Lepar.
Analisis Tangkapan Lestari dan Pola Musim Penangkapan Cumi-Cumi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat-Bangka Dwi Rosalina; Wahyu Adi; Dini Martasari
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 2, No 1 (2011): Edisi Januari
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.464 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v2i1.1141

Abstract

Cumi-cumi merupakan hasil tangkapan tertinggi dari sumberdaya hayati non-ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat. Selain itu cumi-cumi juga memiliki nilai ekonomis penting di Pulau Bangka, salah satunya dibuat makanan khas Bangka. Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah menganalisis tangkapan lestari atau maximum sustainable yield (MSY), data dianalisis menggunakan metode surplus produksi model Schaefer. Tujuan yang kedua adalah menentukan pola musim penangkapan yang dianalisis menggunakan metode rata-rata bergerak (moving average). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: nilai parameter pendugaan yaitu cumi-cumi dengan nilai intercept (a) = 36,388 dan slope (b) = -0,00159 sehingga membentuk persamaan linier  CPUE = 36,388 – 0,00159 f. Hubungan persamaan ini dapat diartikan bahwa bila dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai produktivitas (CPUE) cumi-cumi sebesar 0,00159 kg/tahun.  Setelah mengetahui nilai intercept dan slope, diperoleh pendugaan nilai potensi lestari (MSY) cumi-cumi di daerah penangkapan (perairan Bangka) adalah sebesar 207.635 kg/tahun, dan pendugaan nilai upaya lestari (fMSY) adalah sebesar 11.412 trip/tahun. Berdasarkan nilai MSY dan upaya optimum tersebut, penangkapan cumi-cumi dalam kurun waktu lima tahun   (2005-2009) belum mencapai overfishing. Puncak musim penangkapan cumi-cumi terjadi di bulan November dengan nilai IMP sebesar 146,21% kemudian berturut-turut Mei (134,21%), April (119,11%), Oktober (115,83%), dan Juni (114,38%).   Kata kunci : Cumi-cumi, MSY, Musim penangkapan. ABSTRACT The squid is the highest catch of living resources of non-fish fishery landed in Sungailiat-Bangka of Archipelago Fishing Port. In addition, it also has a significant economic value on the island of Bangka, one of them is processed into typical food. The first objective of this research is to analyze the maximum sustainable yield (MSY), data were analyzed using Schaefer model. The second objective of this study is determine the pattern of the fishing season, which were analyzed using the moving average method. The result of the research indicates that the value of the parameter estimates squid with intercept value (a) = 36,388 and slope (b) = -0,00159 thus forming a linear equation CPUE = 36,388 – 0,00159 f. The relationship of this equation can be interpreted when an attempt to arrest of f units per year and reduce the value of productivity (CPUE) for squid 0,00159 kg/year. After knowing the value of intercept and slope, obtained its maximum sustainable yield value region squid waters of Bangka is 207.635 kg/year, and predicted value of optimum fishing effort (fMSY) is approximately 11.412 trip/year. Based on valuation  of the MSY and optimum fishing effort, catching squid in the last five years (2005-2009) has not reached overfishing. Peak of the squid fishing season occurs in November with a value of 146,21% IMP then successively May (134,21%), April (119,11%), October (115,83%), and June (114,38%).   Keyword : Fishing season, MSY, Squid.
Ragam Vegetasi Hutan Rawa Air Tawar di Taman Wisata Alam Jering Menduyung, Bangka Barat Aziz Aziz; Henri Henri; Wahyu Adi
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 18, No 1 (2020): April 2020
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.358 KB) | DOI: 10.14710/jil.18.1.200-208

Abstract

Taman Wisata Alam (TWA) Jering Menduyung merupakan salah satu hutan konservasi Bangka Belitung yang terletak di Kabupaten Bangka Barat. Pada kawasan ini mempunyai hutan mangrove primer yang mendominasi seluas 1209,7 Ha dari seluruh tutupan lahan. Selain itu, juga terdapat ekosistem hutan rawa 405,519 Ha dan hutan belukar rawa 478,709 Ha. Hutan rawa air tawar pada beberapa tahun terakhir keadaan vegetasi mengalami banyak gangguan seperti adanya aktivitas pertanian. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman vegetasi hutan rawa air tawar di TWA Jering Menduyung. Metode analisis vegetasi menggunakan metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak, sedangkan penempatan jalur menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hutan rawa air tawar memiliki 25 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 19 famili. Famili Rubiaceae merupakan jenis yang paling banyak, diantaranya yaitu jenis Ixora paludosa (Blume) Kurz, Psychotria sp., Oxyceros longiflorus (Lam.) T.Yamaz, Psychotria sp.. Melaleuca leucadendron L merupakan spesies yang mendominasi pada tingkat pertumbuhan pancang (115,64%), tiang (300%) dan pohon (300%). Sementara tingkat semai, spesies yang mendominasi adalah Cyperus sp. (58,62%). Indeks keanekaragaman Shannon-Weiner yang ditemukan tertinggi berkisar anatara 1,591-2,197 yang ditemukan pada tingkat semai dan pancang. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Weiner pada tingkat tiang dan pohon <1. Distribusi spesies berdasarkan indeks kemerataan Evennes untuk semua tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang dan pohon) di hutan rawa air tawar menunjukkan distribusi spesies yang tidak sama (0-0,792). Stategi yang tepat dalam pengelolaan hutan rawa air tawar TWA Jerieng Menduyung ini melalui pendekatan partisipatif pada tingkat lanskap untuk perencanaan pengelolaan ekosistem hutan yang efektif dan berkelajutan.
STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI MALANG RAPAT, BINTAN Wahyu Adi; Aditya Hikmat Nugraha; Yehiel Hendry Dasmasela; Agus Ramli; Calvyn Fredrik Aldus Sondak; Nurul Dhewani Mirah Sjafrie
JURNAL ENGGANO Vol 4, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1068.895 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.4.2.148-159

Abstract

Padang lamun menyediakan banyak manfaat. Diperlukan penilaian tutupan lamun dan distribusi spasial spesies lamun, untuk memastikan manfaat dari padang lamun tetap ada. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuadran disepanjang line transect, dan analisis data dilakukan untuk dapat menyajikan informasi tentang titik koordinat transek garis, persen tutupan lamun, persen tutupan spesies lamun, jenis substrat (pasir, lumpur dan pecahan karang), jumlah spesies Enhallus acoroides (tegakan/m2) dan distribusi spasial spesies lamun. Hasil penelitian menunjukkan kondisi padang lamun di wilayah studi sebagai kategori tutupan padat. Spesies lamun Thalassia hemprichii (Th) dan Enhalus acoroides (Ea) adalah spesies dominan dan menyebar ke seluruh wilayah penelitian.COMMUNITY STRUCTURE OF SEAGRASS IN MALANG RAPAT, BINTAN. Seagrass beds provide many benefits. Assessment of seagrass cover and spatial distribution of seagrass species is needed, to ensure the benefits of seagrass beds remain. The study was conducted using the quadratic method on the line transect, and the analysis was carried out to be able to present information about line transect coordinate points, percent cover of seagrass, percent cover of seagrass species, substrate type (sand, mud and rubble), number of species of Enhallus acoroides (shoot/m2) and spatial distribution of seagrass species. The results showed the condition of seagrass beds in the study area as a category of solid cover. Seagrass species Thalassia hemprichii (Th) and Enhalus acoroides (Ea) are dominant species and spread throughout the study area.
PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI BERDASARKAN DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-a DI PERAIRAN BANGKA Bukhari Bukhari; Wahyu Adi; Kurniawan Kurniawan
Jurnal Perikanan Tangkap : Indonesian Journal of Capture Fisheries Vol 1, No 03 (2017): Jurnal Perikanan Tangkap, Desember 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fishing activity definitely influenced by the condition of fishing ground. Therefore, the information about potential fishing ground is needed by fisherman in the fishing activity. Chlorophyll-a is the primary productivity in the waters. Chlorophyll-a development of the waters affected by sea surface temperature (SST). The purpose of this study are to map the distribution of chlorophyll-a and SST in the Bangka waters and to predict fishing areas in the Bangka waters. Fishing grounds were estimated using three indicators namely the concentration of chlorophyll-a, SST and catch per unit effort (CPUE). Distribution of chlorophyll-a and SST in the waters of Bangka using Aqua MODIS image data. Distribution of the average value of the highest SST in the waters of Bangka occur in first transitional season that is equal 31,2˚C, while the lowest value occurred in the western season namely 28,1˚C. The concentration of chlorophyll-a in the west tend to be high season with an average value of 1,3 mg/m3, while in the transitional season 1 the value of chlorophyll-a concentration lower at 0,4 mg/m3. Most of the catch obtained in the first transitional season 470.306 kg with a value of CPUE 1.256,44 kg/trip. Lowest number of catches on the west season is 218.753 kg with a value of CPUE 551,11 kg/trip. The Results from in situ data retrieval of chlorophyll-a concentration values were highest at station 5 at 1,602 mg/m3, while the lowest concentrations of chlorophyll-a occurred at station 2 of 0,801 mg/m3. While sea surface temperatures in the study area ranged between 29°C to 31°C. The relationship between oceanographic factors may determine the potential fishing area. Based on the analysis of chlorophyll-a and SST, the waters of Bangka viable as a predictor of potential mackerel fishing area. The spread of fishing areas not just in the waters close to fishing base (PPN Sungailiat), but also in waters far enough away from the fishing base that includes locations around Karang Sembilan, Karang Tinggi, Karang Bahaya, Toti Island and the Tujuh Island.
PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI BERDASARKAN DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-a DI PERAIRAN BANGKA Bukhari Bukhari; Wahyu Adi; Kurniawan Kurniawan
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 11 No 1 (2017): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1218.274 KB)

Abstract

Keberhasilan kegiatan penangkapan ikan tentunya sangat dipengaruhi oleh kondisi dari Daerah Penangkapan Ikan (DPI). Oleh karena itu, informasi mengenai daerah penangkapan ikan yang potensial sangat diperlukan oleh nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan. Klorofil-a merupakan produktivitas primer di suatu perairan. Perkembangan Klorofil-a perairan dipengaruhi oleh Suhu Permukaan Laut (SPL). Tujuan penelitian ini yaitu membuat peta sebaran klorofil-a dan SPL serta menduga DPI di perairan Bangka. DPI diduga dengan menggunakan tiga indikator, yaitu konsentrasi klorofil-a, sebaran SPL dan catch per unit effort (CPUE). Distribusi klorofil-a dan SPL di perairan Bangka menggunakan data citra Aqua MODIS. Sebaran nilai rata-rata SPL tertinggi di perairan Bangka terjadi pada musim peralihan 1 yaitu sebesar 31,2˚C, sedangkan nilai terendah terjadi pada musim barat yaitu 28,1˚C. Konsentrasi klorofil-a pada musim barat cenderung tinggi dengan nilai rata- rata 1,3 mg/m3, sedangkan pada musim peralihan 1 nilai konsentrasi klorofil-a lebih rendah yaitu 0,4 mg/m3. Hasil tangkapan ikan terbanyak diperoleh pada musim peralihan 1 yaitu sebesar 470.306 kg dengan nilai CPUE 1.256,44 kg/trip. Jumlah hasil tangkapan terendah pada musim barat yaitu 218.735 kg dengan nilai CPUE 551,11 kg/trip. Hasil dari pengambilan data insitu nilai klorofil-a tertinggi terjadi pada stasiun 5 sebesar 1,602 mg/m3 dan nilai klorofil-a terendah pada stasiun 2 sebesar 0,801 mg/m3, sedangkan SPL berkisar antara 29˚C - 31˚C. Hubungan antara faktor oseanografi tersebut dapat menentukan daerah potensial penangkapan ikan. Berdasarkan hasil analisa klorofil-a dan SPL, perairan Bangka layak sebagai penduga DPI tenggiri potensial. Penyebaran DPI tidak hanya di perairan yang dekat dengan fishing base (PPN Sungailiat), tetapi juga berada di perairan yang cukup jauh dari fishing base yang meliputi lokasi sekitar Karang Sembilan, Karang Tinggi, Karang Bahaya, Pulau Toti dan Pulau Tujuh
KESESUAIAN WISATA PANTAI UNTUK REKREASI DI PULAU BANGKA Ahmad Habibi; Wahyu Adi; Indra Ambalika Syari
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 11 No 1 (2017): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.894 KB)

Abstract

Pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki banyak pantai sebagai destinasi wisata. Beberapa di antaranya adalah Pantai Tanjung Kelayang yang terletak di Kabupaten Bangka, Pantai Pasir Padi di Pangkal Pinang, Pantai Kebang Kemilau di Kabupaten Bangka Tengah dan Pantai Gunung Namak yang terletak di Kabupaten Bangka Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian wisata pantai untuk rekreasi di Pulau Bangka. Kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi data dasar pengembangan Pulau Bangka di kemudian hari sebagai daerah wisata pantai. Parameter yang diukur adalah kedalaman, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kecerahan, biota berbahaya, ketersediaan air tawar. Pengukuran parameter kesesuaian wisata pantai dilakukan pada empat pantai (Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Pasir Padi, Pantai Kebang Kemilau dan Pantai Gunung Namak), kemudian dianalisis dalam matriks kesesuaian wisata pantai. Hasil analisis kesesuaian wisata pantai untuk empat pantai termasuk kategori S1 (sesuai), dengan nilai kesesuaian wisata (IKW) yaitu 97 % untuk Pantai Tanjung Kelayang, 92 % untuk Pantai Pasir Padi dan Pantai Gunung Namak sedangkan Pantai Kebang Kemilau dengan nilai IKW 84 %. Pulau Bangka layak untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai yang sesuai dengan parameter yang telah diukur.