Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Efek Eicosapentaenoic Acid terhadap CD8+ dalam darah pasien kanker payudara stadium III B yang mendapat kemoterapi Cyclophosphamide Adriamycin Fluorouracyl siklus pertama Rudiyuwono Raharjo; Darwito -; Edi Dharmana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.612 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i1.40

Abstract

Latar Belakang : Eicosapentaenoic acid (EPA) mempunyai efek sebegai imunomodulator dan meningkatkan status gizi terutama dalam kaitannya dengan tumor kakeksia pada penderita dengan keganasan, Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian eicosapentaenoic acid (EPA) terhadap jumlah sel T CD8+ pasien duktus invasif kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Metode : Penelitian eksperimental pada pasien wanita dengan karsinoma duktus invasif payudara stadium IIIB yang menjalani kemoterapi Cyclophosphamide Adriamycin Fluorouracyl (CAF) siklus I dibagi menjadi 2 kelompok : tanpa pemberian EPA (kontrol) dan diberikan EPA 225 gr/hari selama 21 hari (perlakuan). Jumlah sel T CD8+ dalam darah perifer pasien diukur sebelum dan sesudah 21 hari setelah terapi. Hasil : Empatpuluh pasien mendapat kemoterapi CAF siklus I, terdiri dari 20 orang kelompok perlakuan dan 20 orang kelompok kontrol. Jumlah sel T CD8+ setelah terapi pada kelompok perlakuan lebih tinggi secara bermakna 1131,7sel/µl (483 – 3506) dibanding kelompok kontrol 631,8 sel/µl (227 – 1616) ( p< 0,05) dan diperoleh selisih jumlah sel T CD8+ yang berbeda bermakna sebelum dan 21 hari setelah kemoterapi pertama pada kedua kelompok penelitian ( p<0,001). Kesimpulan : Suplementasi EPA meningkatkanjJumlah sel T CD8+ dalam darah perifer pasien karsinoma duktus invasif payudara stadium III B yang dilakukan kemoterapi. Kata kunci : karsinoma duktus invasif payudara, Eicosapentaenoic acid (EPA), kemoterapi, CD8+
Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Aktiitas Fagositosis Makrofag dan Kadar Vitamin C dalam Cairan Intraperitoneal Mencit Balb/C dengan Sepsis Hendra Widjaja; Ign Riwanto; Edi Dharmana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.569 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.57

Abstract

Latar belakang : Sepsis masih menjadi permasalahan dalam praktek klinis karena angka mortalitas masih tinggi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh dosis bertingkat vitamin C yang dibutuhkan untuk mencapai aktivitas fagositosis optimal makrofag mencit sepsis. Metode : Penelitian ini merupakan uji laboratoris mencit Balb/C dengan pendekatan the post test only controlled group design, 20 ekor mencit sepsis dibagi 4 kelompok: kelompok kontrol (K); kelompok perlakuan mendapat vitamin C 0,52 mg/hari (P1); vitamin C 1,04 mg/hari (P2); vitamin C 2,6 mg /hari (P3) selama 3 hari, kemudian diperiksa kemampuan fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal. Tingkat aktivitas fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan Bonferroni test, dan korelasi keduanya diuji dengan uji korelasi Spearman. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna pada kemampuan fagositosis makrofag dalam kelompok (p<0,05). Uji antar kelompok menunjukkan: K–P1 (p<0,001), K–P2 (p<0,001), K–P3 (p<0,001), P1–P2 (p<0,001), P1–P3 (p<0,001), tetapi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara P2-P3 (p=0,48). Terdapat perbedaan bermakna kadar vitamin C intraperitoneal K–P2 (p<0,001), K–P3 (p<0,001), P1–P2 (p=0,003), P1–P3 (p<0,001), P2-P3 (p<0,001), kecuali pada kelompok K–P1 (p=0,131). Didapatkan korelasi positif antara kadar vitamin C intraperitoneal dengan fagositosis makrofag (r=0,58 ; p<0,001). Simpulan : Terdapat peningkatan signifikan pada fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal pada mencit Balb/C dengan sepsis yang diberi vitamin C. Dosis ideal vitamin C adalah 1,04 mg/hari, dan kadarnya meningkat sesuai dosis yang diberikan. Kata kunci: Sepsis, vitamin C, fagositosis makrofag, vitamin C intraperitoneal.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Phyllanthus niruri Linn Terhadap Infiltrasi Limfosit dan Ekspresi Perforin pada Kanker Kolon Tikus Sprague-Dawley Endang Sawitri; Ign. Riwanto; Tjahjono Tjahjono; Edi Dharmana
MEDIA MEDIKA INDONESIANA 2013:MMI VOLUME 47 ISSUE 1 YEAR 2013
Publisher : MEDIA MEDIKA INDONESIANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.732 KB)

Abstract

ABSTRACTThe effect of Phyllanthus niruri Linn extract on lymphocytes infiltration and perforin expression in colon cancer of Sprague-Dawley RatBackground: Colon cancer treatment currently involves immunotherapy that aims to improve the quality of life and survival of patients. Phyllanthus niruri Linn (P. niruri L) may act as an immunomodulator, but its potency in antitumor immune responses has not been revealed. The study was conducted to evaluate the differences between the immunological status of rats suffering colon cancer which were not given to those given the extract of P. niruri L.Methods: The study was randomized posttest-only control group design. Samples were 30 Sprague-Dawley male rats, bodyweight 170-220 gr which induced by 1.2 DMH 30 mg/kgBW subcutaneously. On the weeks 9, 11 and 13, four induced rats each week were sacrified to detect the development of colon cancer. On the weeks of 13th all of 4 rats were developed colon cancer, so the induction were stopped. The rest of 18 induced rats were randomly into two groups: without P.  niruri L or positive control (K+)=9 rats and  given P. niruri L extract 13.5 mg/kg orally or  X  group=9  rats.  After 19th week all of rats were then terminated and tumor lesion of colon were processed hystophatologically. The tissues of colon cancer were stained by H&E for evaluate the lymphocytes infiltration and immunohistochemistry monoclonal antibody anti-perforin for perforin expression. Non pairs t-test was used with considered significant if p<0.05.Results: The mean of lymphocytes infiltration of the group X was 401.89±70.19, it was higher compared to K+ 191.89±50.68 (p=0.000). The mean percentage of perforin expression of group X was 39.00±1.80%, it was higher compared to K+ 23.00± 3.00% (p=0.000). Conclusion: The extract of P. niruri L increases immunologic status through mechanism of lymphocytes infiltration and perforin expression elevation of colon cancer in animal mode.Keywords : Phyllanthus niruri Linn, colon cancer, lymphocytes infiltration, perforinABSTRAKLatar belakang: Penanganan kanker kolon saat ini melibatkan imunoterapi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan survival penderitanya. Phyllanthus niruri Linn bekerja sebagai imunomodulator, tetapi potensinya dalam respons imun antitumor belum banyak diungkap. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan status imunologis antara tikus coba yang menderita kanker kolon yang tidak diberi dengan yang diberi ekstrak P. niruri L.Metode: Penelitian ini merupakan randomized posttest-only control group design. Sampel berupa 30 ekor tikus Sprague-Dawley jantan, yang diinduksi 1,2 DMH 30 mg/kgBB subkutan sekali setiap minggu. Pada minggu ke-9, 11 dan 13 masing-masing empat ekor tikus dimatikan untuk melihat perkembangan tumor. Minggu ke-13 pada kolon empat tikus telah tumbuh kanker kolon, sehingga induksi dihentikan dan sisa 18 tikus dirandom alokasi menjadi 2 kelompok. Kelompok kontrol positif (K+) tanpa pemberian P. niruri L (9 tikus) dan kelompok diberi P. niruri L. 13,5 mg/kg per hari melalui sonde (9 tikus). Minggu ke-19 semua tikus diterminasi, lesi tumor pada kolon diproses menjadi sediaan histopatologik, kemudian dipulas dengan H&E untuk memeriksa infiltrasi limfosit dan pulasan imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal anti-perforin untuk melihat ekspresi perforin. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dengan derajat signifikansi p<0,05.Hasil: Rerata jumlah infiltrasi limfosit kelompok X adalah 401,89±70,19 lebih tinggi dibanding kelompok K+ yaitu191,89±50,68 (p=0,000). Persentase rerata ekspresi perforin kelompok X sebesar 39,00±1,80%, lebih tinggi dibandingkan dengan K+ yakni 23,00±3,00% (p=0,000).Simpulan: Ekstrak P. niruri L meningkatkan status imunologi melalui mekanisme peningkatan infiltrasi limfosit dan ekspresi perforin untuk melawan kanker kolon pada tikus coba
Pengaruh Polifenol Mahkota Dewa Terhadap Proliferasi Sel dan Apoptosis pada Mencit Strain Balb/C yang Diinduksi Benzo(a) Pyrene (BaP) Theopilus W. Watuguly; Indranila KS; Pamela Mercy Papilaya; Edi Dharmana
MEDIA MEDIKA INDONESIANA 2013:MMI VOLUME 47 ISSUE 1 YEAR 2013
Publisher : MEDIA MEDIKA INDONESIANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.839 KB)

Abstract

ABSTRACT The effect of mahkota dewa polyphenol in the cell proliferation and apoptosis in BaP induced Balb/c ratsBackground: The polyphenol of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) has the potency as antioxidant and anticancer which can handle free radicals, but there has not been extensive research on this. This research is aimed to prove the role of mahkota dewa polyphenol in the cell proliferation inhibition and induct lung carcinogenesis apoptosis in strain Balb/c mice which inducted with benzo(a)pyrene (BaP).Methods: Posttest control group design was carried out among 40 strain Balb/c mice sample, aged 1-2 weeks, weighed 20-30 grams, healthy mice condition. All mice were inducted with BaP and then randomized into 2 groups, as control group and the treatment group. The development of the lung tumor was observed by tissue surgery in the 8th, 17th and 26th week. The data collected were AgNORs, and IHC-TUNEL-apoptosis index dying. The data analysis was conducted using Kruskal-Wallis, Mann-Whitney, One-way ANOVA, and Post hoc test LSD with significance degree of p<α (0.05).Results: The oral administration of mahkota dewa polyphenol showed significantly decreasing cell proliferation, increasing apoptosis index in treatment group in week 8, 17 and 26 (p=0.000). Carcinogenesis incidence for the treatment group week 8 and 26 were 2.32±0.26 and 3.93±0.46, while for the treatment group were 1.88±0.38 and 0.88±0.22 (p=0.000). The cell proliferations for control group week 8 and 26 were 1.57±0.12 and 2.29±0.15, while for the treatment group were 1.53±0.11 and 1.60±0.04 (p=0.000). Apoptosis index for the control group for week 8 was 0.00±0.00 and 0.92±0.22 in week 26, while the treatment group was 1.12±0.71 and 2.02±1.05 (p=0.000).Conclusion: The administration of mahkota dewa polyphenol effectively inhibited the cell proliferation activity and increased apoptosis measured by apoptosis index. Therefore polyphenol has anticancer and antioxidant activities which can inhibit lung carcinogenesis in Balb/c mice.Keywords: Polyphenol, mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl), apoptosis index, strain Balb/c mice, benzo(a)pyrene (BaP).ABSTRAKLatar belakang: Polifenol mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) berpotensi sebagai antioksidan dan antikanker yang mampu menangkap radikal bebas, namun belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan membuktikan peran polifenol mahkota dewa dalam menginhibisi proliferasi sel dan menginduksi apoptosis pada mencit strain Balb/c hasil induksi Benzo(a)pyrene (BaP).Metode: Posttest control group design dengan sampel 40 mencit strain Balb/c, umur 1-2 minggu, berat 20-30 g, kondisi mencit sehat. Semua mencit diinduksi BaP kemudian hewan dirandomisasi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan polifenol 50 mg. Perkembangan tumor paru diamati dengan pembedahan jaringan pada minggu ke-8, 17 dan 26. Data dikumpulkan meliputi AgNORs, pengecatan IHC-TUNEL-indeks apoptosis. Analisis data dengan Kruskal-Wallis, Mann-Whitney, One-way ANOVA, post hoc test LSD dengan derajat kemaknaan p<α (0,05).Hasil: Pemberian oral polifenol mahkota dewa sebesar 50 mg secara bermakna memperlihatkan penurunan insidens karsinogenesis paru, proliferasi sel, protein Bax dan peningkatan indeks apoptosis, protein p53, Bcl-2, ekspresi caspase 3, 8, 9 pada kelompok perlakuan pada minggu ke-8, 17 dan 26 (p=0,000). Insidens karsinogenesis untuk kelompok kontrol minggu ke-8, dan 26 sebesar 2,32±0,26 dan 3,93±0,46, sedangkan kelompok perlakuan sebesar 1,88±0,38 dan 0,88±0,22 (p=0,000). Proliferasi sel untuk kelompok kontrol minggu ke-8 dan 26 sebesar 1,57±0,12 dan 2,29±0,15, sedangkan kelompok perlakuan sebesar 1,53±0,11 dan 1,60±0,04 (p=0,000). Indeks apoptosis pada kelompok kontrol minggu ke-8 sebesar 0,00±0,00 dan 0,92±0,22 minggu ke-26, sedangkan kelompok perlakuan sebesar 1,12±0,71 dan 2,02±1,05 (p=0,000).Simpulan: Pemberian polifenol mahkota dewa efektif meng-inhibisi proliferasi sel dan menginduksi apoptosis melalui peningkatan indeks apoptosis. Jadi polifenol mahkota dewa memiliki aktivitas antikanker dan antioksidan mampu menghambat karsinogenesis paru mencit Balb/c.
EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMBINASI PRODUK HERBAL DAN ANTIBIOTIK TERHADAP INFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM PADA MENCIT BALB/C Yanuarita Tursinawati; Edi Dharmana
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2015: Prosiding Bidang MIPA dan Kesehatan The 2nd University Research Colloquium
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.634 KB)

Abstract

Background : Medicinal herbs contained in Tolak Angin Cair (TAC), a Standardized Herbal Medicine has immunostimulant and antimicrobial effect. This research is aimed to examine the effectiviness of TAC, a herbal product and chloramphenicol,an antibiotic combination against S.typhimurium which is represented by bacterial colony count in Balb/c mice’s liver. Methods : The experimental study with post test only control group design used 20 Balb/c female mice,randomly divided into 4 groups:control (aquades group), P1 (chloramphenicol group), P2 (Tolak Angin Cair group), and P3 (combination of Tolak Angin Cair-chloramphenicol group). All groups were infected by 105 CFU of S. thypimurium at 1st day and given the treatment until 5th day. Data were analyzed by Mann-Whitney test (CI 95% and significance value p<0,05). Results: The number of bacterial colony was P2 (50.927.000+72.446.458,2 cfu/gram), K (10.583.000+14.623.899,8 cfu/gram),P1 and P3 (0 cfu/gram). There was significantly decreasing of bacterial colony between P3 to K (p=0,005). There was no significantly difference between P1 and P3 (p=1). Conclusions: Herbal product and antibiotic combination can decrease the bacterial colony in Balb/c mice’s liver which infected by S. thypimurium. These combination is as effective as a single administration of chloramphenicol. Single administration of herbal product fail to eliminate bacteria.Keywords: herbal product, antibiotic, Tolak Angin Cair, chloramphenicol, Salmonella typhimurium
UJI EFEKTIVITAS LARVISIDA REBUSAN DAUN SIRIH (PIPER BETLE L.) TERHADAP LARVA AEDES AEGYPTI : STUDI PADA NILAI LC50, LT50, SERTA KECEPATAN KEMATIAN LARVA Alkhonsa Adibah; Edi Dharmana
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.661 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18539

Abstract

Latar Belakang Pengendalian hayati terhadap larva Aedes aegypti semakin banyak digunakan, salah satunya dengan daun sirih. Ekstrak daun sirih efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti tetapi pembuatannya cukup rumit untuk dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Penggunaan rebusan daun sirih sebagai larvisida belum pernah diteliti.Tujuan Membuktikan efektivitas larvisida rebusan daun sirih (Piper betle L.) terhadap larva Aedes aegypti.Metode Penelitian eksperimental menggunakan Post-Test Only Control Group Design. Jumlah sampel 700 ekor larva Aedes aegypti yang dibagi menjadi 7 kelompok dan diberi rebusan daun sirih dengan konsentrasi 0% untuk kelompok kontrol, dan konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,2%, 0,4%, 0,8%, 1,6% untuk kelompok perlakuan. Tiap kelompok diulang empat kali. Jumlah larva yang mati diamati tiap 8 jam sampai 48 jam pengamatan. Uji statistik dilakukan analisis probit untuk menentukan nilai LC50 dan LT50. Dilakukan uji Kruskal-Wallis berulang dan uji korelasi Spearman dan Pearson.Hasil Nilai LC50 5,556% dan LT50 117,491 jam. Pada uji Kruskal-Wallis tidak terdapat perbedaan jumlah mortalitas larva yang bermakna antar kelompok penelitian. Pada uji korelasi antara konsentrasi dan jumlah mortalitas larva tidak didapatkan korelasi yang bermakna tetapi terdapat korelasi yang bermakna (p<0,05) pada jumlah mortalitas larva antar jam pengamatan hampir pada semua jam pengamatan. Tidak ada korelasi yang bermakna antara konsentrasi dan kecepatan kematian larva.Kesimpulan Meskipun memiliki nilai LC50 dan LT50, rebusan daun sirih belum dapat dikatakan efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti.
Efek High Fructose Fat Diet (HFFD) pada Histologi Aorta Kelinci New Zealand White Model Hewan Coba Aterosklerosis R. Ngt. Samiasih; Hertanto S.W; Edi Dharmana; Hardhono Susanto
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 1 (2018): Hilirisasi & Komersialisasi Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat untuk Indonesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aterosklerosis merupakan penyebab utama kematian pasien DM. Peningkatan kadar profile lipid adalah faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko Aterosklerosis pada DM.  Petanda proses Aterosklerosis pada pasien DM hiperlipidemia yaitu melalui proses inflamasi dan stress oksidatif. DM Hiperlipidemia merangsang peningkatan peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid akan mendegradasi lemak dan memperparah stres oksidatif. Stres oksitif merangsang pembentukan LDL teroksidasi dan mengakibatkan endotel mengekspresikanperlekatan monosit dan berubah menjadi makrofag kemudian menempel pada endotel. Selanjutnya makrofag akan memfagositosis LDL teroksidasi, dan terakumulasi pada dinding pembuluh darah membentuk sel busa. Makanan tinggi fruktosa dan lemak akan memicu DM hiperlipidemia. Penelitian ini membuktikan HFFD menstimulus pembentukan plak aterosklerosis pada kelinci New Zealand White(NZW) DM Hiperlipidemia. Jenis penelitian eksperimen laboratorik dengan disain only post test design  terhadap 27 kelinci New Zealand White jantan, berat badan 1.500-2.500 gram. Hewan coba dibagi tiga  kelompok. Semua kelompok diberi pakan Champion Rabbit Feed dan diet HFFD. Kelompok perlakuan 1 dan 2 diberi antiarterosklerosis selama 90 hari, sedangkan kelompok kontrol hanya diberi HFFD tanpa pemberian antiarterosklerosis. Data diolah menggunakan Ancova test. Hasil uji Ancova menunjukkan ada pengaruh HFFD terhadap penebalan tunika intima p=0,048, terbentuknya sel busa p=0,040, skor keliling aorta p=0,010. Simpulan HFFD menyebabkan  gambaran  plak aterosklerosis pada histologik aorta kelinci NZW p<0,05.