Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Komunikasi Nusantara

Komodifikasi Agama dan Kepentingan Ekonomi Politik Media dalam Sinetron Para Pencari Tuhan Latif Fianto; Fathul Qorib
Jurnal Komunikasi Nusantara Vol 4 No 1 (2022)
Publisher : Unitri Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jkn.v4i1.148

Abstract

Commodification is a process of transforming use value into exchange value. The soap opera The Search for God Volume 12 is the result of efforts to change the use value of religiosity into an exchange rate that can bring financial benefits. This study uses a critical perspective with an approach to the theory of media political economy. The concept of commodification of content offered by Mosco become the scalpel of this study. The data of this study is obtained from the main data source, namely the soap opera series of God Seekers Volume 12 which aired on SCTV. As for secondary data obtained from library studies or literature and internet. The result of the research shows that the soap opera of Para Pencari Tuhan (PPT) is nothing more than a commodification of aspects of spirituality or religion. Religious values that were originally viewed and used on the principle of use value were transformed into exchange values. Religion becomes a commodity in the midst of the industrialization of capitalist society. Media institutions have the power to determine a program will be used as new commodity on television screen. Every program produced by media institutions is a representative between the economic system and the political system. Abstrak Komodifikasi diartikan sebagai proses transformasi nilai guna menjadi nilai tukar. Sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 12 adalah hasil upaya perubahan dari nilai guna relegiusitas ke dalam nilai tukar yang bisa mendatangkan keuntungan finansial. Nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan dikomodifikasi menjadi tontontan yang layak jual. Kajian ini menggunakan perspektif kritis dengan pendekatan teori ekonomi politik media. Konsep komodifikasi isi yang ditawarkan Mosco menjadi pisau bedah kajian ini. Data kajian ini diperoleh dari sumber data utama, yaitu tayangan sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 12 yang tayang di SCTV. Sedangkan untuk data sekundernya diperoleh dari studi kepustakaan atau literatur dan penelusuran internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinetron Para Pencari Tuhan (PPT) tidak lebih dari komodifikasi aspek spiritualitas atau agama. Nilai-nilai agama yang pada mulanya dipandang dan digunakan atas prinsip nilai guna ditransformasi menjadi nilai tukar. Agama menjadi komoditas di tengah industrialisasi masyarakat kapitalis. Lembaga media memiliki kekuatan (power) menentukan program apa saja yang akan dijadikan komoditas baru di layar kaca televisi. Setiap program yang diproduksi lembaga media adalah perwakinan antara sistem ekonomi dengan sistem politik.
Jakarta dan Masyarakat Urban dalam Film Jakarta vs Everybody M. Abdul Ghofur; Latif Fianto; Elang Bhaskoro Adi
Jurnal Komunikasi Nusantara Vol 5 No 1 (2023)
Publisher : Unitri Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jkn.v5i1.306

Abstract

Film is not just moving pictures, but these moving pictures contain meaning and become a representation of a reality. Likewise with the film Jakarta vs Everybody, which is not only entertainment but also a representation of a group of people who live in Jakarta. This study aims to dissect the representation of Jakarta urban society in the film Jakarta vs Everybody, in which the analysis knife used is Ferdinand de Saussure's semiotic theory, in which signs are associated with or are physical signs that can be sensed or are called signifiers and can take the form of concepts. mental concept or idea concept called signified. The type of research used is descriptive qualitative in order to reveal more deeply the representation of urban society in the film Jakarta vs Everybody. The results of this study reveal that there are three forms of representation describing urban society, namely the individualistic personality of society, a free and unattached lifestyle, full of nightlife and discotheques, as well as high mobility and doing anything to achieve prosperity. Abstrak Film bukan sekadar gambar yang bergerak, namun gambar-gambar yang bergerak tersebut mengandung makna dan menjadi representasi dari sebuah kenyataan. Begitu juga dengan film Jakarta vs Everybody, yang tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga menjadi representasi dari sebuah kelompok masyarakat yang hidup di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk membedah representasi masyarakat urban Jakarta dalam film Jakarta vs Everybody, di mana pisau analisis yang digunakan adalah teori semiotika Ferdinand de Saussure, di mana tanda diaosiasikan dengan atau berupa tanda fisik yang dapat diindera atau disebut penanda (signifier) dan dapat berbentuk konsep mental atau konsep ide yang disebut petanda (signified). Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif guna mengungkap lebih mendalam representasi masyarakat urban dalam film Jakarta vs Everybody. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa terdapat tiga bentuk representasi yang menggambarkan masyarakat urban Jakarta, yaitu kepribadian masyarakatnya yang individualis, gaya hidup yang bebas dan tidak terikat, penuh dengan kehidupan malam dan diskotik, serta mobilitas yang tinggi dan melakukan apa saja untuk mencapai kesejahteraan, termasuk dalam hal ini menjadi artis peran dan sekaligus pengedar narkoba.