Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : ATAVISME JURNAL ILMIAH KAJIAN SASTRA

POTRET PEREMPUAN DALAM SASTRA INDONESIA TAHUN 1920­‐AN: SEBUAH PEMBACAAN KRITIK SASTRA FEMINIS Arimbi, Diah Ariani
ATAVISME Vol 17, No 2 (2014): ATAVISME, Edisi Desember 2014
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.757 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v17i2.5.148-162

Abstract

Sastra Indonesia modern dapat dikatakan lahir sekitar tahun 1920?an dengan publikasi karya sastra Indonesia modern oleh Balai Pustaka. Di antara karya yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1920?an, terdapat karya yang paling populer seperti Sitti Nurbaya (1922), Azab dan Sengsara (1927), dan   Salah    Asuhan  (1928) yang mewakili suara produksi sastra tahun 1920-an. Makalah ini bertujuan untuk melihat potret perempuan dalam tiga karya yang ditulis oleh penulis laki?laki dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Melalui teknik pembacaan yang mendalam (close reading  technique), penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis untuk menelaah potret perempuan dalam tiga karya tersebut. Temuan dalam tulisan ini menunjukkan bahwa di satu sisi perempuan masih terbelenggu oleh patriarkat, tetapi di sisi lain perempuan bukanlah korban  patriarkat  yang  pasif:  perempuan  tetap berupaya  untuk  keluar dari  belenggu ini dan memutus rantai penindasan patriarkat melalui kebebasan dan otonomi personal.Sastra Indonesia modern dapat dikatakan lahir sekitar tahun 1920?an dengan publikasi karya sastra Indonesia modern oleh Balai Pustaka. Di antara karya yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1920?an, terdapat karya yang paling populer seperti Sitti Nurbaya (1922), Azab  dan Sengsara (1927), dan Salah Asuhan (1928) yang mewakili suara produksi sastra tahun 1920-an. Makalah ini bertujuan untuk melihat potret perempuan dalam tiga karya yang ditulis oleh penulis laki?laki dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Melalui teknik pembacaan yang mendalam (close reading    technique), penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis untuk menelaah potret perempuan dalam tiga karya tersebut. Temuan dalam tulisan ini menunjukkan bahwa di satu sisi perempuan masih terbelenggu oleh patriarkat, tetapi di sisi lain perempuan bukanlah korban  patriarkat  yang  pasif:  perempuan  tetap  berupaya  untuk  keluar dari  belenggu ini dan memutus rantai penindasan patriarkat melalui kebebasan dan otonomi personal.
THE 1965 INDONESIAN KILLING DISCOURSE BY GENERATION 2000 WRITERS Arimbi, Diah Ariani
ATAVISME Vol 14, No 1 (2011): ATAVISME, Edisi Juni 2011
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v14i1.98.1-14

Abstract

The fall of Soeharto?s authority in 1998 has indeed impacted numerous sides of Indonesian life: political, social and cultural. The shifting of authoritative government to the state of ?reformation? and ?democratization? has forced the nation to redefine its authority to its members. This paper aims to look at these public responses which are narrated in contemporary Indonesian fiction. Although fiction may be seen as imaginative production, discursive ideologies can be examined clearly. By examining thematic significant of the narratives about G30S/PKI and the killings aftermath in the literary writings published in post 1998 by contemporary Indonesia writers, who are known as the Generation 2000 writers (who were mostly born in 1970s at least five years after the 1965 incident: also known as the millennials), this paper will attempt to answer whether or not this generation presents shift and creates its own notions of the incident. Abstrak: Jatuhnya kekuasaan Soeharto pada tahun 1998 berdampak pada berbagai sisi kehidupan di Indonesia: politik, sosial, dan budaya. Pergeseran dari pemerintahan yang dulunya otoritatif menjadi pemerintahan yang sarat dengan "reformasi" dan "demokratisasi" telah memaksa negara untuk mendefinisikan kembali wewenangnya kepada para anggotanya. Makalah ini bertujuan untuk melihat respons publik yang diceritakan dalam fiksi Indonesia kontemporer. Walaupun fiksi dapat dipandang sebagai produk imajinatif, ideologi diskursif dapat dilihat dengan je-las. Dengan memeriksa tema-tema yang secara signifikan dimunculkan dari narasi tentang G30S/PKI dan tragedi pembunuhan sesudahnya dalam tulisan-tulisan sastra yang diterbitkan pasca tahun 1998 oleh penulis Indonesia kontemporer, yang dikenal sebagai penulis Generasi 2000 (penulis yang kebanyakan lahir di tahun 1970-an setidaknya 5 tahun setelah 1965 kejadian: juga dikenal sebagai millenials), makalah ini berusaha menjawab apakah generasi baru mengalami pergeseran dalam memahami tragedi tahun 1965. Apakah mereka telah menciptakan sendiri arti peristiwa sejarah tersebut lewat karya mereka ataukah mereka mengukuhkan makna yang sudah ada adalah pertanyaan yang berusaha dijawab dalam makalah ini. Kata-Kata Kunci: ideologi; diskursus; tragedi tahun 1965; milenial