Yoseph Pedhu
Program Studi Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Pendidikan Dan Bahasa, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENYESUAIAN AKADEMIK MAHASISWA ANGKATAN 2019 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS PENDIDIKAN DAN BAHASA UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA Chatarina Chintya Dwianti; Yoseph Pedhu
Psiko-Edukasi Vol 19, No 1 (2021): Psiko Edukasi
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecerdasan emosi adalah kemampuan individu untuk merasakan, memahami dan mengelola perasaan sehingga dapat menggunakannya untuk memandu pikiran dan tindakan. Penyesuaian akademik adalah proses yang dialami oleh seseorang dalam memenuhi tuntutan dan persyaratan akademis secara bermanfaat dan memuaskan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecerdasan emosi, penyesuaian akademik dan hubungan antara keduanya pada mahasiswa angkatan 2019 Program Studi Bimbingan dan Konseling di UNIKA Atma Jaya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2019 Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki kecerdasan emosi dan penyesuaian akademik yang tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan penyesuaian akademik yang menggambarkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi, maka semakin baik pula penyesuaian akademik mahasiswa. Variabel kecerdasan emosi memberikan sumbangan sebesar 18% terhadap penyesuaian akademik. 
HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DAN PENYESUAIAN AKADEMIK MAHASISWA ANGKATAN 2019 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING, FAKULTAS PENDIDIKAN DAN BAHASA, UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA Widyadhara Tri Anggana; Yoseph Pedhu
Psiko-Edukasi Vol 19, No 1 (2021): Psiko Edukasi
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyesuaian akademik adalah kemampuan mahasiswa/i untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan perkuliahannya dan mampu menyelesaikan masalah-masalah akademik dan mampu mencapai prestasi akademiknya. Regulasi diri adalah upaya individu untuk mengatur diri dalam suatu aktivitas dengan mengikutsertakan kemampuan pikiran, perasaan, dan perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat regulasi diri, penyesuaian akademik, dan hubungan antara kedua variabel. Subjek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Berdasarkan hasil uji coba instrumen regulasi diri memiliki reliabilitas instrumen sebesar 0,914 dan instrumen penyesuaian akademik dengan reliabilitas instrumen 0,923. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara regulasi diri dan penyesuaian akademik. Variabel regulasi diri memberikan sumbangan sebesar 68% terhadap variabel penyesuaian akademik.
RESILIENSI AKADEMIK SISWA/SISWI KELAS VII DAN VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SANTO ANDREAS TAHUN AJARAN 2020/2021 Dwi Murtiningrum; Yoseph Pedhu
Psiko-Edukasi Vol 19, No 2 (2021): Psiko Edukasi
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Academic resilience is the ability of students to adapt to academic stress which includes components of emotion regulation, impulse control, optimism, empathy, problem-causing analysis, self-efficacy and reaching out. The purpose of this study was to describe the academic resilience of students in grades VII and VIII of Saint Andreas Junior High School for the academic year 2020/2021. The results showed that the academic resilience of students for the academic year 2020/2021 during distance learning was in the high category with a percentage of 64%. Component analysis shows that the highest component is the empathy component with a total score of 1,885 and the lowest component is the problem-causing analysis component with a total score of 1,670.
Keterampilan Interpersonal Para Frater X Yoseph Pedhu
Psiko-Edukasi Vol 11, No 1 (2013): Psiko Edukasi
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keterampilan interpersonal adalah kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Keterampilan interpersonal menentukan kemampuan seseorang untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan antarpribadi yang produktif. Keterampilan interpersonal memiliki empat komponen yaitu kemampuan untuk saling memahami, komunikasi yang akurat, kemampuan untuk saling menerima dan mendukung, serta kemampuan untuk mengatasi konflik antarpribadi secara konstruktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan keterampilan interpersonal para frater X. Subjek penelitian adalah para frater X yang berjumlah 44 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 16% frater berada pada kategori keterampilan interpersonal tinggi, 84% frater berada pada kategori keterampilan interpersonal sedang, dan tidak ada (0%) frater yang berada pada kategori keterampilan interpersonal rendah. Saran bagi para direktur, magister, para pembina dan pembimbing rohani untuk mengadakan kegiatan pengembangan keterampilan interpersonal secara khusus berhubungan dengan komponen kemampuan untuk mengatasi konflik antarpribadi secara akurat seperti mengikuti pelatihan atau workshop. Bagi para frater X disarankan untuk mengembangkan semua komponen keterampilan interpersonal agar dapat menjadi pribadi yang matang dengan melakukan konseling kelompok dan konseling individual dengan pembimbing rohani.
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING Raudana Aziah Nuha; Yoseph Pedhu
Psiko-Edukasi Vol 19, No 2 (2021): Psiko Edukasi
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Emotional intelligence is an individual's ability to understand and feel the feelings of oneself and others which includes self-emotion recognition, emotional management, motivation, empathy, and social skills. Creative thinking ability is an individual's ability to find answers to problems appropriately and varied which has the characteristics of fluency, flexibility, originality, and elaboration. This study was conducted to determine the relationship between emotional intelligence and creative thinking skills of students of the Guidance and Counseling Study Program at Atma Jaya Catholic University of Indonesia. The subjects of this study were all students of the Guidance and Counseling Study Program class of 2019 and 2020. The research data was collected using a rating scale instrument. The results showed that there was a positive and significant relationship between emotional intelligence and creative thinking ability with a correlation coefficient of 0.781. Emotional intelligence contributes 61% to the ability to think creatively.
MODEL KONSEPTUAL CYBERCOUNSELING BERBASIS E-MAIL Yoseph Pedhu
Psiko-Edukasi Vol 12, No 2 (2014): Psiko Edukasi
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yoseph PedhuUniversitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta AbstrakTujuan penelitian ini adalah mengembangkan model konseptual cybercounseling berbasis e-mail. Konseling merupakan suatu aktivitas proaktif-komprehensif untuk membantu individu mengatasi berbagai permasalahan kehidupan atau mengembangkan hidup.Konseling online adalah proses konseling yang dilakukan dengan menggunakan media komunikasi internet. Salah satu media yang digunakan adalah e-mail.Konseling melaluie-mail merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan dari layanan konseling tatap muka, yang didalamnya konselor dan konseli dapat membahas mengenai masalah-masalah yang dihadapi konseli.Konseling e-mail tidak dikembangkan untuk menggantikan konseling tatap muka (face to face), tetapi menjadi salah satu cara inovatif dalam membantu konseli untuk memecahkan masalahnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang meliputi tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap validasi. Hasil penelitian ini adalah model konseptual cybercounseling berbasis e-mail dengan fitur yang dikembangkan untuk memberikan layanan konseling.Kata kunci: cybercounseling, konseling e-mail, model konseptualAbstractThe purpose of this article is to develop an email-based cyber-counseling conceptual model. Counseling is a pro-active and comprehensive activity to help individuals deal with life problems and develop life. Online counseling is a counseling process done using the internet communication media. One of the media used is e-mail, an innovation developed from face-to-face counseling.  In the e-mail counseling both the counselor and the counselees can discuss problems faced by the latter. Yet, this e-mail counseling is not to substitute face-to-face counseling, but rather is used as an innovative way of helping the counselees solve their problems.  This study employed a research method and development which covers a preliminary research, development, and validation steps. The result was an e-mail- based cyber counseling conceptual model, with the features being developed to give counseling services. Key words:  cyber-counseling, e-mail counseling, conceptual model
Hubungan Antara Motivasi Sebagai Calon Konselor dan Daya Juang Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP UNIKA ATMA JAYA Yoseph Pedhu; Caroline Lisa Setia W
Psiko-Edukasi Vol 11, No 2 (2013): Psiko Edukasi
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Motivasi adalah upaya yang mendorong individu melakukan aktivitas tertentu mencapai tujuan yang diinginkan. Ada dua jenis motivasi sebagai konselor, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah proses dorongan yang timbul dari dalam diri mahasiswa untuk bercita-cita menjadi konselor. Motivasi ekstrinsik adalah proses pengaruh dari luar diri mahasiswa yang mendorongnya memilih prodi Bimbingan Konseling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi sebagai calon konselor dan daya juang mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling FKIP Unika Atma Jaya. Jumlah subjek penelitian sebanyak 52 mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi sebagai calon konselor memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan daya juang para mahasiswa. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya mengembangkan proses pembelajaran yang menarik dan pembinaan intensif di prodi Bimbingan dan Konseling sehingga dapat membangkitkan motivasi dan minat para mahasiswa terhadap profesi sebagai guru BK dan konselor.
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA SANTO KRISTOFORUS 1 JAKARTA Gabriela Basilisa; Yoseph Pedhu
Psiko-Edukasi Vol 19, No 2 (2021): Psiko Edukasi
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Self-regulated learning is the ability of individuals to carry out learning activities on their own initiative without help or coercion from others. Academic procrastination is the habit of students to delay in completing study assignments. This study aims to determine the relationship between self-regulated learning and academic procrastination of class XI students of Saint Christopher 1 Senior High School Jakarta. Data were collected using a rating scale instrument. Based on the test results of the instrument, it was found that the self-regulated learning instrument had 50 valid items from 55 items with the instrument reliability of 0.961; while the academic procrastination instrument has 30 valid items from 40 items with an instrument reliability of 0.935. The result of the correlation between the variables of self-regulated learning and academic procrastination was -0.384. These results indicate that there is a significant negative relationship between self-regulated learning and academic procrastination. This means that the higher the self-regulated learning, the lower the academic procrastination. Conversely, the lower the self-regulated learning, the higher the student's academic procrastination.
Gaya manajemen konflik seminaris Yoseph Pedhu
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol 8, No 1 (2020): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (691.732 KB) | DOI: 10.29210/141000

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri gaya manajemen konflik para seminaris. Subjek penelitian berjumlah 44 orang yang merupakan para seminaris yang sedang menjalani proses pembinaan untuk menjadi imam. Data penelitian diperoleh dari skala penilaian manajemen konflik yang dibuat peneliti, dan diuji dengan analisis deskriptif dengan rumus mean dan analisis komparatif dengan rumus anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para seminaris lebih cenderung menggunakan gaya akomodasi dan jarang memakai gaya kompetisi dalam mengelola konflik. Para seminaris perlu mengembangkan gaya manajemen konflik yang cocok dalam menghadapi situasi konflik.
Improving performance: what pastoral counselors can do? Yoseph Pedhu
COUNS-EDU: The International Journal of Counseling and Education Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Indonesian Counselor Association (IKI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.646 KB) | DOI: 10.23916/0020200525910

Abstract

Pastoral counselor performance is considered to impact on client wellbeing. The performance of pastoral counselors refers to their performance in doing counseling. This article explores the performance of pastoral counselors and strategies to improve it. The author examines the concepts and factors that contribute to the performance of counselors. Previous research on performance is reviewed. Based on this review, the author elaborates on some strategies that can help pastoral counselors improve their performance in carrying out pastoral counseling.