Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH LATIHAN CORE STRENGTHENING MENGGUNAKAN SWISS BALL MENURUNKAN INTENSITAS NYERI DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL NYERI PUNGGUNG BAWAH NONSPESIFIK KRONIK Kodir, Emilia; Angliadi, L S; Lolombulan, Julius H.
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 2, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTThe purpose of this research is to analyze if core-strengthening using a swiss ball will decrease pain and improve functional capabilities in chronic nonspecific low back pain. Experimental design with  pretest – posttest group design was applied in this research. There were 19 subjects that meet the inclusion criterias.  The subjects was trained to performed core strengthening exercise using a ball for 12 sessions 3 times per week. Pain intensity was evaluated with Pain numeric rating scale (pain-NRS) and functional capabilities was evaluated with Oswestry Disability Index (ODI). Results: Of all 19 subjects which complete 12 sessions of exercise, there are significant increased of pain-NRS (p<0.0001) and ODI (p<0.0001). Conclusion: Core-strengthening exercise using a ball decrease pain intensity and improve functional capabilities in nonspecific chronic low back pain.Keyword: Low Back Pain, Core-Strengthening Exercise, Swiss Ball, Pain Numeric Rating Scale, Functional Capabilities ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana latihan core strengthening menurunkan intensitas nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien nyeri punggung bawah nonspesifik kronik. Desain penelitian adalah penelitian eksperimental dengan pretest–posttest group design. Subjek penelitian adalah 19 orang dengan nyeri punggung bawah (NPB) nonspesifik kronik yang memenuhi kriteria inklusi. Perlakuan yang dilakukan adalah latihan core strengthening menggunakan swiss ball yang dilakukan 3x seminggu sebanyak 12 kali. Penilaian intensitas nyeri menggunakan Pain Numeric Rating Scale (pain-NRS) dan kemampuan fungsional diukur dengan Oswestry Disability Index (ODI). Hasil: dari 19 subjek penelitian, setelah dilakukan latihan core strengthening menggunakan swiss ball sebanyak 12 kali didapatkan peningkatan yang signifikan pada peningkatan pain-NRS (p<0,0001) dan ODI (p<0,0001). Simpulan: Latihan core-strengthening dengan menggunakan swiss ball dapat menurunkan intensitas nyeri dan memperbaiki kemampuan fungsional pasien NPB nonspesifik kronik.Kata kunci: Nyeri Punggung Bawah, Latihan Core Strengthening, Swiss Ball, Nyeri, dan Kemampuan Fungsional
Skor prediksi sindrom disfungsi multi-organ pada pasien multitrauma Rendy, Leo; Sapan, Heber B.; Kalesaran, Laurens T. B.; Lolombulan, Julius H.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 2 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.8.2.2016.12669

Abstract

Abstract: Multiple organ dysfunction syndrome (MODS) in patients with major trauma remains to be frequent and devastating complication during clinical course in emergency department and intensive care unit (ICU). The ability to easily and accurately identify patients at risk for MODS postinjury especially in multitrauma cases would be very valuable. This study aimed to construct an instrument for prediction of the development of MODS in adult multitrauma patients using clinical and laboratory data available in the first day at prahospital and emergency department (hospital) setting. This was a prospective study. Samples were adult multitrauma patients with Injury Severity Score (ISS) ≥16, aged 16-65 years old, admitted to 4 academic Level-I trauma center from September 2014 to September 2015. Sequential organ failure assessment (SOFA) score was used to determine MODS during hospitalization. A risk score created from the final regression model consisted of significant variables as MODS predictor. The results showed that there were 98 multitrauma patients as samples. The mean age was 35.2 years old; mostly male (85.71%); the mean of ISS was 23.6; mostly (76.53%) were caused by blunt injury mechanism. MODS was encountered in 43 patients (43.87%). The prediction risk score consists of Revised Trauma Score (RTS) (<7.25) and serum lactate level ≥2 mmol/L. This study also verified several independent risk factors for post multitrauma MODS, such as ISS >25, presence of SIRS, shock grade 2 or more, and white blood cell count >12,000/mm3. Conclusion: We derived a novel, simple, and applicable instrument to predict MODS in adult following multitrauma. The use of this scoring system may allow early identification of multitrauma patients who are at risk for MODS and result in more aggressive targeted resuscitation and better referral allocation based on regional trauma system.Keywords: MODS, multitrauma, emergency department, MODS prediction scoreAbstrak: Sindrom disfungsi multi-organ (MODS) merupakan komplikasi buruk yang sering terjadi sepanjang perjalanan klinis pasien trauma mayor di Unit Gawat Darurat (UGD) maupun di ruang perawatan intensif. Suatu nilai patokan yang dapat memprediksi MODS pascatrauma secara akurat sejak dini tentunya sangat berharga bagi tatalaksana pasien terutama pada kasus multitrauma. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu instrumen yang dapat memrediksi perkembangan MODS pada pasien dewasa multitrauma dengan menggunakan data klinis dan laboratorium yang tersedia pada 24 jam pertama pasca trauma pada seting fase prahospital maupun di fase hospital sejak di UGD. Jenis penelitian ini prospektif, mengumpulkan pasien multitrauma dengan Injury Severity Score (ISS) ≥16, rentang usia 16-65 tahun, di 4 pusat trauma level-1 rumah sakit pendidikan selama 1 tahun (September 2014-2015). Dilakukan pencatatan data klinis dan laboratorium sesuai perkembangan pasien. Skor sequential organ failure assessment (SOFA) digunakan untuk menentukan adanya MODS selama perawatan. Skor prediksi dibuat dengan membangun model regresi logistik yang signifikan untuk memrediksi terjadinya MODS pasca multitrauma. Hasil penelitian mendapatkan 98 sampel multitrauma yang memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 35,2 tahun, sebagian besar laki-laki (85,71%) dengan rerata ISS 23,6, dan disebabkan oleh trauma tumpul (76,53%). MODS terjadi pada 43 pasien (43,87%). Skor prediksi terdiri dari RTS dengan (cut off point 7,25) dan kadar laktat serum (cut off point 3,44 mmol/mL). Penelitian ini juga memverifikasi beberapa faktor risiko individual terjadinya MODS pasca multitrauma yaitu ISS>25, adanya SIRS, syok derajat 2 atau lebih, dan leukositosis >12.000. Simpulan: Kami melaporkan instrumen baru yang praktis untuk memrediksi MODS pada pasien multitrauma dewasa. Skor ini memungkinkan identifikasi dini pasien trauma yang berisiko akan mengalami MODS sehingga dapat menjadi tanda alarm dilakukannya resusitasi yang lebih agresif dan tepat serta alokasi rujukan pasien yang lebih efisien berdasarkan sistem trauma regional.Kata kunci: MODS, multitrauma, UGD, skor prediksi MODS
Pengaruh latihan core-strengthening terhadap stabilitas trunkus dan keseimbangan pasien pasca stroke Wowiling, Paulina E.; Sengkey, Lidwina S.; Lolombulan, Julius H.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 1 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.8.1.2016.12334

Abstract

Abstract: This study aimed to analyze whether core-strengthening exercise could correct trunk stability and increase balance in post stroke patients. This was an experimental study with a pretest – posttest group design. Subjects were trained to perform the core strengthening exercise for 12 sessions. The trunk stability was evaluated with trunk impairment scale (TIS) and the balance was evaluated with Berg balance scale (BBS) and timed up and go test (TUG). Data were analyzed with the paired T-test and the Wilcoxon test. The results showed that there were 23 subjects that met the inclusion criteria. Of the 23 subjects, only 19 subjects completed the 12 sessions of exercise. The statistical analysis showed that there were significant increases of TIS (P <0.0001), BBS (P <0.0001), and TUG (P <0.0001) after the whole exercise. Conclusion: Core-strengthening exercise improved trunk stability as wel as static and dynamic balance in post stroke patients.Keywords: core-strengthening exercise, trunk stability, static and dynamic balanceAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana latihan core-strengthening memperbaiki stabilitas trunkus dan meningkatkan keseimbangan pada pasien pascastroke. Jenis penelitian ini ialah eksperimental dengan pretest–posttest group design. Subjek penelitian ialah 23 pasien pasca stroke yang memenuhi kriteria inklusi. Perlakuan yang diberikan ialah latihan core-strengthening sebanyak12 sesi. Penilaian stabilitas trunkus menggunakan trunk impairment scale (TIS) sedangkan keseimbangan diukur dengan Berg balance scale (BBS) dan timed up and go test (TUG). Data dianalisis menggunakan uji T berpasangan dan uji Wilcoxon. Hasil penelitian memperlihatkan dari 23 subjek penelitian hanya 19 yang menyelesaian 12 sesi latihan, Analisis statistik menunjukkan bahwa setelah dilakukan latihan penguatan trunkus sebanyak 12 sesi didapatkan peningkatan bermakna dari TIS (P <0,0001), BBS (P <0,0001), dan TUG (P <0,0001). Simpulan: Latihan core-strengthening dapat memperbaiki stabilitas trunkus serta keseimbangan statik dan dinamik pada pasien pasca stroke.Kata kunci: Latihan core-strengthening, stabilitas trunkus, keseimbangan statik dan dinamik
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKANSOAL CERITA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 REMBOKEN) Lumintang, Seila; Lolombulan, Julius H.; Damai, I Wayan
JSME (Jurnal Sains, Matematika & Edukasi) Vol 5, No 2 (2017): Jurusan Matematika
Publisher : Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui letak kesalahan dan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV. Dilakukan tes dalam bentuk soal cerita untuk mengetahui letak kesalahan siswa, dan dilakukan wawancara untuk mengetahui penyebab kesalahan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a. Letak kesalahan, sebanyak 83,3% siswa melakukan kesalahan pada tahap pemahaman soal, sebanyak 75% siswa pada tahap pembuatan model matematika, sebanyak 66,67% pada tahap komputasi, dan sebanyak 83,3% pada tahap penarikan kesimpulan b. Penyebab kesalahan yang paling banyak ditemui adalah sebanyak 17,02% kesalahan terjadi karena siswa tidak tau cara untuk menuliskan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan, sebanyak 17,02% terjadi karena siswa tegesa-gesa, lupa, dan kurang teliti dalam menjawab, sebanyak 17,02% terjadi karena siswa kurang paham cara menulis model matematika dengan terstruktur dan sebanyak 14,89% terjadi karena siswa tidak tau cara membuat kesimpulan. Kata Kunci: Kesalahan Siswa, Soal Cerita, SPLDV
PENGARUH KEMAMPUAN AWAL DAN KARAKTER SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Senduk, Meifira M.; Lolombulan, Julius H.; Repi, Johanis C. F.
JSME (Jurnal Sains, Matematika & Edukasi) Vol 5, No 3 (2017): Jurusan Matematika
Publisher : Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kemampuan awal dan karakter siswa terhadap hasil belajar matematika. Penelitian ini menggunakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Kristen 1 Tomohon Tahun ajaran 2015/2016, dengan sampel sejumlah 60 siswa. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan arsip dokumen nilai akhir matematika SMP untuk kemampuan awal, angket karakter siswa, dan dokumentasi hasil ujian tengah semester genap tahun ajaran 2015/2016. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis regresi sederhana dan berganda yang dilanjutkan dengan analisis korelasi untuk mendapatkan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 51,8% secara signifikan, terdapat pengaruh positif karakter siswa terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 30,7% secara signifikan, terdapat pengaruh positif faktor interaksi kemampuan awal dan karakter siswa terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 1,4% secara signifikan, dan tidak terdapat pengaruh positif kemampuan awal, karakter siswa dan faktor interaksi secara bersamaan terhadap hasil belajar matematika. Kata Kunci: Kemampuan Awal, Karakter Siswa, Hasil Belajar Matematika
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MATRIKS Bawala, Arter; Lolombulan, Julius H.; Kumesan, Selfie L.
JSME (Jurnal Sains, Matematika & Edukasi) Vol 5, No 1 (2017): Jurusan Matematika
Publisher : Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi matriks. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pre-Experimental Design dengan model One-shot Case Study. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 1 Tondano tahun ajaran 2015/2016 semester genap, kelas Jasa Boga dengan siswa 21 orang. Data yang diperoleh adalah hasil posttest siswa kelas eksperimen dengan rata-rata yaitu 79 dan simpangan baku = 9,98. Uji normalitas data terpenuhi di mana data tersebut berdistribusi normal. Hasil analisis data dengan taraf nyata 0,05 diperoleh 5.507 1.725 sehingga menolak dan menerima . Disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada materi matriks yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS melebihi kriteria ketuntasan minimal (66,67) yang telah ditentukan oleh sekolah. Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe TPS, hasil belajar, matriks.