Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

MENEMUKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DIBALIK PROFESI DOSEN : PSYCHOLOGICAL CONTRACT SEBAGAI SALAH SATU PREDIKTOR TERCAPAINYA PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA DOSEN Sulistiobudi, Rezki Ashriyana; Kadiyono, Anissa Lestari; Batubara, Megawati
HUMANITAS Vol 14, No 2: August 2017
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.175 KB) | DOI: 10.26555/humanitas.v14i2.6042

Abstract

Profession as lecturer has the specific characteristic and responsibilities in running Tridharma Perguruan Tinggi, which is to conduct education, research, and community service. Role as a lecturer is very important in promoting next generation to better future. This study aims to determine how the influence of the psychological contract on the psychological well-being of lecturers in educational institutions. The psychological contract is formed on the belief that the organization's employees will appreciate the contribution and to meet expectations. This belief will create positive work experiences and form a psychological sense of security. The realization of the psychological contract can bring balance and harmony at employees in the work, optimizing organizational productivity, building a good relationship between the employee and the organization, and minimize conflict and social inequality in organization. This condition is identical to the psychological well-being. The results showed that there is a low gap on transactional contract and relational contract. It can be said that perceived fulfillment is not optimal in a few aspects. On the dimension of psychological wellbeing, lecturers perceive that personal growth and personal life that provide the greatest contribution. The result of the influence of the psychological contract and psychological wellbeing show that there is significant influence, which means that the lower the gap fulfillment of obligations by the institution will have an impact on increasing positive feelings of the individual. This will lead to the attainment of the psychological well-being of lecturers. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kontrak psikologis terhadap kesejahteraan psikologis pada tenaga pendidik di institusi pendidikan. Hubungan timbal balik atau kontrak psikologis terbentuk dari keyakinan karyawan bahwa organisasi akan menghargai kontribusi dan memenuhi harapannya. Keyakinan ini akan menciptakan pengalaman kerja yang positif dan membentuk rasa aman secara psikologis. Terwujudnya kontrak psikologis dapat memunculkan keseimbangan, keselarasan, keserasian, kelancaran karyawan dalam bekerja, kemajuan organisasi, hubungan yang baik antara karyawan dan organisasi, serta meminimalisir munculnya konflik dan kesenjangan sosial. Kondisi ini identik dengan kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological contract dan psychological well being. Rendahnya gap antara kebutuhan dan pemenuhan baik pada transactional dan relational contract bermakna rendahnya psychological contract breach yang dirasakan oleh dosen. Semakin rendah tingkat pengingkaran yang dirasakan maka akan semakin tinggi tingkat psychological well being mereka. Hal ini akan berdampak pada peningkatan perasaan yang lebih positif. Dosen merasa bahwa faktor personal growth dan personal life lah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kesejahteraan psikologis mereka. 
MENEMUKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DIBALIK PROFESI DOSEN : PSYCHOLOGICAL CONTRACT SEBAGAI SALAH SATU PREDIKTOR TERCAPAINYA PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA DOSEN Rezki Ashriyana Sulistiobudi; Anissa Lestari Kadiyono; Megawati Batubara
HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal Vol 14, No 2: August 2017
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.175 KB) | DOI: 10.26555/humanitas.v14i2.6042

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kontrak psikologis terhadap kesejahteraan psikologis pada tenaga pendidik di institusi pendidikan. Hubungan timbal balik atau kontrak psikologis terbentuk dari keyakinan karyawan bahwa organisasi akan menghargai kontribusi dan memenuhi harapannya. Keyakinan ini akan menciptakan pengalaman kerja yang positif dan membentuk rasa aman secara psikologis. Terwujudnya kontrak psikologis dapat memunculkan keseimbangan, keselarasan, keserasian, kelancaran karyawan dalam bekerja, kemajuan organisasi, hubungan yang baik antara karyawan dan organisasi, serta meminimalisir munculnya konflik dan kesenjangan sosial. Kondisi ini identik dengan kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological contract dan psychological well being. Rendahnya gap antara kebutuhan dan pemenuhan baik pada transactional dan relational contract bermakna rendahnya psychological contract breach yang dirasakan oleh dosen. Semakin rendah tingkat pengingkaran yang dirasakan maka akan semakin tinggi tingkat psychological well being mereka. Hal ini akan berdampak pada peningkatan perasaan yang lebih positif. Dosen merasa bahwa faktor personal growth dan personal life lah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kesejahteraan psikologis mereka.
Interpretative Phenomenological Analysis: Kebahagiaan di Tempat Kerja pada Karyawan di Divisi Sumber Daya Manusia Desi Wulandri; Megawati Batubara
Indonesian Psychological Research Vol. 4 No. 1 (2022): IPR Januari 2022
Publisher : Program Studi Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29080/ipr.v4i1.651

Abstract

Happiness at work is a positive emotion in a journey to grow and develop so that individuals can maximize performance at work and reach their potential. Happiness at work is a mindset that allows individuals to maximize their potential. This study aims to understand how happiness at work portrays for employees who work in the field of human resources development (HRD). HRD plays an important role in supporting the company's agenda so it is important for the HRD division to manage all human resources in the company so that it runs effectively and efficiently. Three participants in this study were recruited purposively were interviewed using a semi-structured interview. Four quality criteria are used as a form of research credibility. Transcripts were analyzed qualitatively using the interpretative phenomenological analysis (IPA), IPA explores in detail the processes that participants go through to understand their own experiences. Data analysis raises five superordinate themes: (1) employee assessment of the company, (2) satisfaction with the company and the environment, (3) dedication or a sense of company ownership, (4) difficulties faced, (5) resilience. The findings of this study indicate that each participant has difficulties and challenges faced, but how can participants continue to carry out activities despite the difficulties and challenges they face so that individuals can develop by overcoming negative emotions and giving their best ability to help themselves when facing difficulties and challenges.
Bandung City Firefighters’ Quality of Work Life Silvia Maharani Hapsari; Megawati Batubara
ENLIGHTEN: Jurnal Bimbingan Konseling Islam Vol 5 No 1 (2022): January-June
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/enlighten.v5i1.3840

Abstract

Working as a firefighter has high risk of accidents and high responsibility in carrying out their duties. Firefighters must have a good quality of work life to be able to provide optimal service. Quality of work life is a reflection of employees' feelings towards their work, including the impact of the work on employee welfare.This study aims to describe the quality of work life of firefighters in Bandung.This study uses a quantitative approach with a descriptive method. The population in this study were firefighters in Bandung.The sampling technique used is purposive sampling with 135 samples consisting of 109 men and 26 women. The instrument used is the Work-related Quality of Work Life Scale developed by Easton and Van Laar (2018). The results of the study showed that most firefighters had a quality of work life in the high category, specifically 83 people (63.7%), in medium category with total of 36 people (28.9%), and in the low category with total of 10 people (7.6%). The results of the different test showed that there was a significant difference between men and women in the total score of the quality of work life and a significant difference between employment status on the Job and career satisfacton dimension. The high level of quality of work life of firefighters will have an impact on increasing work productivity, job satisfaction, and commitment to the organization.
Adaptasi Alat Ukur The Employee Engagement Scale (EES) Karima Astari; Anissa Lestari Kadiyono; Megawati Batubara
Eqien - Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 11 No 1 (2022): EQIEN- JURNAL EKONOMI DAN BISNIS
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Dr Kh Ez Mutaqien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.359 KB) | DOI: 10.34308/eqien.v11i1.752

Abstract

This study aims to adapt the measuring instrument, The Employee Engagement Scale (EES), to the employee population in Indonesia by involving a total sample of 213 employees. The Employee Engagement Scale (EES) developed by Shuck et al. (2016) is an instrument consisting of three dimensions, namely Cognitive Engagement, Emotional Engagement, and Behavioral Engagement, with 12 items to measure employee engagement. The adaptation process follows the ITC Guidelines for Translating and Adapting Test (Second Edition). Reliability analysis was conducted by looking for Cronbach's alpha coefficient, and validation was carried out using confirmatory factor analysis (CFA). The results showed that the Indonesian version of the Employee Engagement Scale (EES) had good Cronbach's Alpha reliability (.914). The validity of the Confirmatory Factor Analysis (CFA) analysis showed that the model fit (p=.201), with other parameters to test the model's accuracy, including RMSE, GFI, CFI, TLI, and NFI, show that all of them meet the fit criteria. Thus, the results of this study indicate that the 12 items contained in the adapted Employee Engagement Scale (EES) can be used to measure employee engagement in Indonesia.
Organizational Commitment as a Personal Resource in Forming of Work Engagement Megawati Batubara; Fasya Hadiyan Aprilingga; Alya Bunga Fadlillah
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 11, No 2 (2022): Volume 11, Issue 2, June 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v11i2.7526

Abstract

JD-R model menyatakan bahwa work engagement dapat diprediksi dari kombinasi karakteristik pekerjaan yang berupa sumber daya pekerjaan dan karakteristik individu yang berupa sumber daya pribadi dengan tuntutan pekerjaan. Sumber daya pribadi menjadi tantangan karena langsung melibatkan individu/karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kontribusi yang diberikan oleh organizational commitment sebagai sumber daya pribadi terhadap keterlibatan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan menggunakan metode korelasional, dengan purposive sampling sebanyak 60 responden. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang diadaptasi dan dikembangkan dari Meyer dan Allen (1991) dan Utrecht Work Engagement Scale (UWES) dari Schaufeli dan Bakker (2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa organizational commitment memberikan kontribusi yang signifikan (moderat) terhadap terbentuknya work engagement. Secara rinci, terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara normative commitment terhadap vigor, dedication dan absorption.JD-R model menyatakan bahwa work engagement dapat diprediksi dari kombinasi karakteristik pekerjaan yang berupa sumber daya pekerjaan (job resource) dan karakteristik individu yang berupa sumber daya pribadi (personal resource) terhadap tuntutan pekerjaan (job demand). Personal resource telah terbukti dapat membantu individu dalam mengelola tuntutan pekerjaan, menerima kegagalan dengan lebih baik dan memiliki cara yang tangguh untuk bangkit kembali. Dengan kondisi ini, sangat penting untuk mencari variabel yang dapat berperan sebagai personal resource. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kontribusi yang diberikan oleh organizational commitment sebagai sumber daya pribadi terhadap work engagement. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan menggunakan metode korelasional, dengan purposive sampling sebanyak 60 responden. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang diadaptasi dan dikembangkan dari Meyer & Allen (2012) dan Utrecht Work Engagement Scale (UWES) dari Schaufeli & Bakker (2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa organizational commitment memberikan kontribusi yang signifikan (moderat) terhadap terbentuknya work engagement. Secara rinci, terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara normative commitment terhadap vigor, dedication dan absorption.
Pendekatan Proses Internal dalam Menganalisa Efektivitas Organisasi pada Perusahaan Outsourcing Security Nisa Indah Pertiwi; Megawati Batubara; Diana Harding
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 11, No 3 (2022): Volume 11, Issue 3, September 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v11i3.8720

Abstract

Effectiveness is needed by the company in order to run its business processes optimally. However, a company can be hampered in achieving its goals due to conditions that occur within the company. Outsourcing security companies are responsible for preparing and managing security personnel to work in client companies that are users, where the processes that occur within the company are an important aspect for outsourcing security companies. This study aimed analyze the organizational effectiveness of security outsourcing company viewed from the internal process approach. This research is qualitative research conducted at a security outsourcing company in West Java. This study used interview to key persons in the company and observation. The results of this study showed that the outsourcing security company classified as effective with note as an organization according to the internal process approach. Human resource management, especially training, is a critical area that hinders the effectiveness of the company. The training aspect can be the focus of organizational development goal to improve the performance of security personnel who can contribute to the effectiveness of the company. Efektivitas dibutuhkan oleh perusahaan agar dapat menjalankan proses bisnis secara optimal. Namun, sebuah perusahaan dapat terhambat dalam mencapai tujuannya dikarenakan kondisi yang terjadi di dalam perusahaan. Perusahaan outsourcing security bertanggung jawab menyiapkan dan mengelola personel satpam untuk bekerja di perusahaan klien yang menjadi pengguna, dimana proses yang terjadi di dalam perusahaan merupakan aspek penting bagi perusahaan ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa efektivitas perusahaan outsourcing security ditinjau dari pendekatan proses internal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan pada sebuah perusahaan outsourcing security di Jawa Barat. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara kepada key person di perusahaan dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perusahaan outsourcing security tergolong efektif dengan catatan sebagai sebuah organisasi menurut pendekatan proses internal. Pengelolaan sumber daya manusia khususnya pelatihan menjadi area kritis yang menghambat efektivitas perusahaan. Aspek pelatihan dapat menjadi fokus sasaran pengembangan organisasi untuk meningkatkan performa karyawan personel satpam yang dapat berkontribusi pada efektivitas perusahaan.
PENGEMBANGAN ALAT UKUR INTENTION TO LEAVE SCALE BAGI PERWIRA TNI AD Ferdi Hilman; Megawati Batubara; Zahrotur Rusyda Hinduan
Journal of Psychological Science and Profession Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.843 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v5i2.32066

Abstract

Permasalahan retensi merupakan permasalahan yang harus dihadapi banyak angkatan bersenjata di seluruh dunia. Di sisi lain, permasalahan ini juga merupakan tantangan bagi TNI AD. Angka retensi pada TNI AD relatif stabil, yaitu dengan jumlah kurang dari 1% per tahunnya. Meskipun begitu, TNI AD harus mampu memastikan bahwa para perwira yang memutuskan untuk pensiun dini bukanlah perwira potensial, seperti telah mengikuti pendidikan staf dan komando atau pernah menduduki jabatan sebagai komandan yang berprestasi, karena investasi yang telah dilakukan akan menjadi sia-sia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan adaptasi alat ukur Intention to Leave (ITL) untuk TNI AD. Instrumen yang dikembangkan didasari oleh teori dari Meyer et al. (1993) yang mendefinisikan tiga dimensi yang berhubungan dengan intention to leave, yaitu how frequently thinks about leaving, how likely search for a job in another organization, dan how likely individual will actually leave within next year. Skala ITL dalam penelitian ini disajikan kepada 73 perwira menengah yang berdinas di Sekolah Staf dan Komando TNI AD dengan menggunakan online platforms. Hasil menunjukkan bahwa construct reliability pada tiap dimensi adalah sebesar 0,834, 0,841 dan 0,859 secara berurutan. Hal ini mengindikasikan bahwa reliabilitas pengukuran berada pada rentang yang dapat diterima. Melalui perhitungan second-order confirmatory factor analysis, diperoleh hasil χ2 = 1.922, P = 0,004, RMSEA = 0,113, SRMR = 0,050, dan CFI = 0,97. Hasil tersebut berada dalam kategori model yang marginal dan good fit, sehingga secara internal mendukung validitas instrumen dalam mengukur ITL. Saran bagi penelitian selanjutnya yaitu perlu mempertimbangkan sampel yang lebih besar, karakter demografi, latar belakang budaya, dan dapat diberikan pada Golongan Bintara atau Golongan Tamtama. 
INTERGENERATIONAL CLIMATE MENURUT GENERASI X DAN GENERASI Y PADA KARYAWAN PT. TI Vida Jessica Yosefina; Megawati Batubara
Journal of Psychological Science and Profession Vol 5, No 3 (2021): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.353 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v5i3.32616

Abstract

Perbedaan generasi dalam lingkungan kerja yang sama dapat menjadi sesuatu yang menguntungkan, tetapi di saat yang sama juga dapat menghadirkan tantangan bagi organisasi karena setiap generasi memiliki karakteristik khas yang berbeda satu sama lain. Fenomena ini terjadi di PT. TI, dimana saat ini karyawan aktif disana terdiri dari empat generasi berbeda. Ketika seluruh generasi diharuskan untuk bekerja dalam lingkungan kerja yang sama, maka dapat terbentuk intergenerational climate. Perbedaan karakteristik masing-masing generasi diasumsikan akan menyebabkan intergenerational climate yang dipersepsikan oleh tiap-tiap generasi pun dapat beragam. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan intergenerational climate menurut generasi X dan generasi Y. Rancangan penelitian ini adalah non-eksperimental kuantitatif, dengan metode studi deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada 80 orang karyawan generasi X dan 65 orang karyawan generasi Y dengan teknik pengambilan sampel cluster sampling. Intergenerational climate diukur menggunakan WICS (King & Bryant, 2017) yang telah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi terkait intergenerational climate yang tercipta baik itu menurut generasi X ataupun generasi Y pada karyawan PT. TI, dimana mayoritas responden dari kedua generasi mempersepsikan intergenerational climate yang tercipta favorable. Temuan ini membuktikan bahwa walaupun terdapat perbedaan karakteristik pada generasi yang berbeda, namun dinamika kerja antargenerasi yang tercipta dapat dipersepsikan secara sama, yaitu dipersepsikan menyenangkan, oleh mayoritas karyawannya. Ditemukan pula bahwa terdapat pengaruh subskala intergenerational climate terhadap intergenerational climate yang tercipta dan subskala yang memiliki kontribusi terbesar dalam penelitian ini adalah subskala intergenerational contact.
Menemukan Dukungan Sosial Yang Paling Berkontribusi Terhadap Psychological Well-Being Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi, Dosen Pembimbing atau Orang Tua? Megawati Batubara; Auliani Meidina; Shahnaz Salsabila Rahman
Indonesian Psychological Research Vol. 4 No. 2 (2022): IPR Juli 2022
Publisher : Program Studi Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29080/ipr.v4i2.729

Abstract

Penyusunan skripsi merupakan salah satu tuntutan bagi setiap mahasiswa yang berada pada jenjang perguruan tinggi. Proses penyusunan skripsi ini seringkali dirasa menekan dan menjadi sumber stres yang berpengaruh pada kondisi kesejahteraan psikologis (psychological well-being) mahasiswa. Untuk itu, agar mahasiswa dapat menghadapi tuntutan/sumber stres saat sedang menyusun skripsi, mahasiswa membutuhkan dukungan sosial dari orang terdekat, yaitu dosen pembimbing dan orang tua. Dengan adanya dukungan dari lingkungan akademik dan keluarga, mahasiswa lebih merasa sejahtera, mampu menghadapi tantangan dan kesulitan, serta dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode korelasional pada 104 mahasiswa yang sedang menyusun skripsi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) X di Bandung. Teknik pengambilan data menggunakan dengan metode pengisian kuesioner. Alat ukur yang digunakan adalah dukungan sosial (Cobb, 1976) dan The Ryff Scale of Psychological Well-Being (1996). Pengolahan data dilakukan dengan uji normalitas dari masing-masing variabel menggunakan kolmogorov-smirnov dan uji non-parametrik rank spearman correlation. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai kontribusi yang diberikan dukungan sosial dosen pembimbing dan orang tua terhadap psychological well-being mahasiswa yang sedang menyusun skripsi tergolong lemah, meskipun kedua varibel tersebut memiliki hubungan yang signifikan. Ditemukan pula bahwa dukungan sosial dari dosen pembimbing lebih berkontribusi memberikan psychological well-being pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, dibandingkan dukungan sosial dari orang tua. Secara lebih spesifik, dimensi dukungan penghargaan dari dosen pembimbing dan orang tua memiliki korelasi yang paling baik terhadap dimensi-dimensi psychological well-being.