HILMAN TADJOEDIN, HILMAN
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Neoadjuvant Chemotherapy for Early Stage Cervical Cancer TADJOEDIN, HILMAN
Indonesian Journal of Cancer Vol 4, No 5 (2010): Workshops 2010
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

https://www.scribd.com/doc/43601513/Neoadjuvant-Chemotherapy-for-Early-Stage-Cervical-Cancer
Efficacy and Safety of In-Asia-Manufactured rhG-CSF 300 mcg As Primary Prophylaxis for Prevention of CHOP Chemotherapy-induced Severe Neutropenia in Elderly Patients with Lymphoma Non-Hodgkin Reksodiputro, Harryanto; Djoerban, Zubairi; Tambunan, Karmel L.; Sudoyo, Aru W.; Widjanarko, Abidin; Atmakusuma, Djumhana; Syafei, Syafrizal; Prayogo, Nugroho; Hukom, Ronald; Ranuhardy, Dody; Jack, Zakifman; Harsal, Asrul; -, Noorwati S; Karsono, Bambang; Effendi, Shufrie; Tadjoedin, Hilman
Indonesian Journal of Cancer Vol 3, No 1 (2009): Jan - Mar 2009
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (790.74 KB)

Abstract

Penelitian open-label, non-komparatif ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan recombinant human G-CSF produksi Asia sebagai profilaksis primer dalam pencegahan neutropenia derajat berat pada pasien usia lanjut (>60 tahun) dengan limfoma non-Hodgkin (LNH) derajat sedang dan lanjut (stadium II,III,IV) yang mendapat terapi CHOP (siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin). Profilaksis primer recombinant human G-CSF (rhG-CSF) produksi Asia dapat mengurangi median durasi neutropenia derajat 4 pada siklus sitostatistika ke-1 dan ke-2 menjadi tiga hari, sementara median durasi neutropenia derajat 3 pada siklus sitostistika ke-1 menjadi dua hari dan pada siklus sitostatistika ke-2 menjadi dua setengah hari, dari median durasi neutropenia grade 4 dan grade 3 tanpa G-CSF, yaitu empat dan lima hari berurutan. Febrile neutropenia ditemukan pada 7 pasien yang mendapat rhG-CSF produksi Asia (24.1%), lebih rendah jika dibandingkan studi tanpa rhG-CFS (31.3-34% FN). Tiga pasien mendapat rhG-CSF produksi Asia (10,3%) dirawat inap akibat febrile neutropenia, lebih rendah jika dibandingkan rawat inap pada studi tanpa rhG-CSF (24-28%). Kejadian yang tidak diinginkan terbanyak adalah mual dan muntah yang terjadi pada 9 (31%) pasien. Sebagai kesimpulan, penggunaan rhG-CSF produksi Asia untuk profilaksis primer pada pasien LNH usia lanjut yang mendapat regimen CHOP dapat mengurangi durasi neutropenia, mengurangi kejadian febrile neutropenia, dan angka rawat inap akibat febrile neutropenia.Kata kunci : Efektivitas, keamanan, G-CSF, LNH pada usia lanjut
Preliminary Report: Clinical Characteristic, Hematologic Response and Gene Mutation of Patients with Chronic Phase Chronic Myeloid Leukemia (CML) to Imatinib at Cipto Mangunkusumo National Hospital (RSUPN CM) Reksodiputro, Arif Harryanto; Tadjoedin, Hilman; Rinaldi, Ikhwan
Indonesian Journal of Cancer Vol 5, No 4 (2011): Oct - Dec 2011
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.199 KB)

Abstract

Leukemia Granulositik Kronik (LGK) disebabkan oleh gen BCR-Abl domain tyrosin kinase, produk dari kromosom Philadelphia. Imatinib mesylate merupakan inhibitor selektif terhadap kinase tersebut. Di Indonesia, data mengenai karakteristik pasien LGK fase kronik, respons hematologi terhadap imatinib, dan mutasi gen masih jarang ditemukan. Metode dan desain: studi potong lintang ini menggunakan data rekam medik pasien yang didiagnosis sebagai LGK fase kronik dengan BCR-ABL positif yang berobat ke Poliklinik Teratai Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama Januari – Desember 2009.Hasil: dalam periode 1 tahun studi, peneliti mengikutsertakan 20 pasien LGK fase kronik yang memiliki BCR-ABL positif dengan median umur 36 tahun (13-62 tahun). Pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (12 vs 7) dengan rasio 1,7: 1. Sebanyak tujuh pasien (36,8%) berasal dari suku Jawa. Dilaporkan juga karakteristik pasien adalah 15 orang berada pada fase kronik (78,9%); 3 pasien berada pada fase akselerasi (15,8%) sementara 1 pasien mengalami krisis blast (5,3%); 12 pasien (63,2%) ditemui adanya splenomegali; dan 5 dari 11 pasien dilaporkan memiliki skor Sokal yang rendah. Berdasarkan hasil laboratorium didapati nilai median hemoglobin 9,9 g/dL (5-14 g/dL); leukosit 73.000/uL (4.100-332.000/uL) dan nilai median trombosit 481.000/uL (263.000/uL-1.116.000/uL); nilai median kadar basofil di darah perifer 1% (1-10%) dengan nilai median sel blast di perifer adalah 1% (0-22%). Selama studi, respons hematologik komplet dalam 3 bulan dicapai oleh 10 dari 19 pasien (52,6%), termasuk di antaranya 1 pasien yang mengalami fase akselerasi dan 1 pasien yang lain mengalami krisis blast. Sebanyak 18 pasien (94,7%) telah diobati dengan hydrea sebelum mendapat terapi Imatinib, sementara 1 pasien (5,3%) tidak pernah mendapatkan pengobatan apapun sebelumnya.Kesimpulan: didapati nilai median usia pasien LGK fase kronik adalah 36 tahun, sebagian besar adalah laki-laki. Sebanyak enam puluh tiga persen pasien memiliki splenomegali. Dilaporkan juga nilai median leukosit adalah 73.000/uL (4.100-332.000/uL) dengan nilai median sel blast di darah perifer sebanyak 1% (0-22%). Respons hematologik komplet dalam 3 bulan dicapai oleh 52,6% pasien.Kata kunci: LGK fase kronik, imatinib, respons hematologik, mutasi.
Multiple Myeloma in Indonesia Tadjoedin, Hilman; Reksodiputro, Arry Harryanto; Toruan, Toman
Indonesian Journal of Cancer Vol 5, No 2 (2011): Apr - Jun 2011
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.156 KB)

Abstract

Tujuan: Melihat karakteristik klinis pasien mieloma multipel di Indonesia.Metode: studi deskriptif, potong lintang, multisenter, dilakukan pada November 2008 sampai dengan November 2009. Tujuh puluh data pasien mieloma multipel diambil dari seluruh Indonesia, dari kelompok studi mieloma multipel di Indonesia.Hasil: Lebih dari enam puluh persen pasien mieloma multipel di Indonesia berusia lebih dari 50 tahun (65,71%) dengan perbadingan jenis kelamin yang kurang lebih sama antara pria dan wanita. Kurang lebih lima puluh persen pasien bersuku Jawa, dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tidak bekerja.Lima puluh tiga persen pasien memiliki kurang dari 30% sel plasma di sumsum tulangnya dengan 70% pasien tidak memiliki proteinuria Bence Jones dan 80% pasien memiliki serum monoclonal gammopathy yang positif. Persentase sel plasma di sumsum tulang lebih banyak ditemukan pada pasien yang berusia lebih muda (34,05% vs. 24,24% vs. 7,5%). Dilaporkan bahwa hampir lima puluh persen pasien memiliki stadium IIIA berdasarkan klasifikasi Durie Salmon Staging system. Stadium penyakit yang lebih tinggi berkaitan dengan usia yang lebih tua berdasarkan klasifikasi International Myeloma Working Group. Melphalan/prednisone merupakan pilihan kemoterapi yang paling banyak digunakan (59,7%) dengan hasil pengobatan terbanyak adalah respons parsial.Kesimpulan: karakteristik pasien mieloma multipel di Indonesia didominasi oleh suku Jawa, dengan tingkat pendidikan SMA dan tidak bekerja. Sebagian besar pasien memiliki sel plasma kurang dari 30% di sumsum tulang, proteinuria Bence Jones yang negatif, dan serum monoclonal gammopathy yang positif. Hampir lima puluh persen pasien memiliki stadium IIIA dengan melphalan/prednison sebagai jenis kemoterapi terbanyak yang diberikan dengan hasil terbaik sebagian besar adalah respon parsial.Kata kunci: mieloma multipel, karakteristik klinis, Indonesia
Association of Clinical Features and Hematological Laboratoriesbetween Ph (+)/BCR-ABL (+) Chronic Myeloid Leukemia and Other Type of Ph/BCR-ABL Chronic Myeloid Leukemia Rajabto, Wulyo; Harryanto, A.; Tadjoedin, Hilman; Harimurti, Kuntjoro
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 5, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction. Patients with chronic phase Chronic Myeloid Leukemia (CML) at Hematology-Medical Oncology Clinic Department of Internal Medicine dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital who haveperformed cytogenetic and RTPCR BCR-ABL examination showed: Ph (+)/BCR-ABL (+) CML and other type of Ph/BCR-ABL CML. This study aims to identify the clinical features and hematological laboratories of chronic phase CML, the proportion of Ph (+)/BCR-ABL (+) CML, and association of clinical features and hematological laboratories between Ph (+)/BCR-ABL (+) CML and other type of Ph/ BCR-ABL CML. Methods. This is a cross-sectional study. The samples were taken by consecutive method. We used Chi-square test and logistic regression analysis. Association between variables considered significant when p value <0.05. Results. There were 80 subjects with chronic phase CML. Mean of age was: 39.4 (standard deviation 13.1) years. The comparison of clinical features and hematological laboratories between Ph (+)/BCR-ABL (+) CML and other type of Ph/ 12 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 5, No. 1 | Maret 2018 Wulyo Rajabto, A. Harryanto, Hilman Tadjoedin, Kuntjoro Harimurti BCR-ABL CML were: Symptomatic 80.6% : 100%; splenomegaly 82% : 92.3%; median of Hb 10,3 g/dL : 10,3 g/dL; median of white blood cell 124.620 : 127.050; median of thrombocyte 455.000 : 487.000. Bivariate and multivariate analysis showed no significant association of clinical features and hematological laboratories between Ph (+)/BCR-ABL (+) CML and other type of Ph/BCR-ABL CML. Conclusion. There was no significant association of clinical features and hematological laboratories between Ph (+)/BCRABL (+) CML and other type of Ph/BCR-ABL CML.