Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Singularitas teknologi dalam perspektif filsafat pendidikan Helda Kusuma Wardani; Rukiyati Rukiyati; Mulyo Prabowo
Humanika Vol 22, No 2 (2022): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v22i2.47079

Abstract

Singularitas teknologi yang diprediksi akan terjadi tahun 2045, bersamaan dengan titik waktu generasi emas, merupakan peristiwa adanya teknologi supercerdas AGI yang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki, mengembangkan, dan menciptakan diri-sendiri. Kemampuan supercerdas yang melampui kecerdasan manusia, menyebabkan manusia akan kehilangan kemanusiaannya (terjadinya post-human atau dehumanisasi). Filsafat pendidikan yang merupakan pemikiran radikal terhadap upaya-upaya optimalisasi kualitas hidup dan kehidupan mempunyai tanggungjawab moral, maupun nilai dan etika untuk mengkaji peristiwa singularitas teknologi. Dengan menggunakan metode reviu literatur, diharapkan diperoleh gambaran lebih jelas tentang dampak peristiwa tersebut agar dapat diantisipasi sejak awal melalui pendidikan. Kesimpulan yang diperoleh dari kajian literatur diperoleh bahwa (1) titik waktu tahun 2045 terjadinya singularitas teknologi yang diprediksi oleh Ray Kurzweil merupakan keniscayaan yang harus diantisipasi terutama pada generasi emas Indonesia, (2) kemanfaatan AI baik yang supercerdas atau hipercerdas dalam pendidikan, sepanjang selalu terkontrol untuk tidak tergelincir dalam dehumanisasi patut tetap dijalankan sebagai media terancang atau media dimanfaatkan, dan (3) kerterlambatan dan keterhambatan untuk aktivitas antisipasi singularitas teknologi akan mengakibatkan kerugian yang mendunia bagi seluruh umat manusia.The technological singularity that is predicted to occur in 2045, along with the golden generation time point, is an event of the existence of AGI supercerdas technology that has the ability to improve, develop, and create itself. Supercerdas abilities that exceed human intelligence, causing humans to lose their humanity (post-human or dehumanization). The philosophy of education which is a radical thought towards efforts to optimize the quality of life and life has a moral responsibility to examine the events of technological singularities. By using the method of review literature, it is expected to get a clearer picture about the impact of the event so that it can be anticipated from the beginning through education. The conclusion obtained from the literature study obtained that (1) the time point in 2045 the occurrence of technological singularities predicted by Ray Kurzweil is an inevitability that must be anticipated especially in the future. (2) the expediency of AI, whether supercer smart or hypercerdas in education, as long as it is always controlled not to slip in dehumanization should still be carried out as a designed medium or media utilized, and (3) slowness and inhibition for anticipatory activities of technological singularity will result in worldwide losses for all mankind.
Konsep merdeka belajar pada sekolah dasar ditinjau dari perspektif filsafat progresivisme Ragil Dian Purnama Putri; Sri Tutur Martaningsih; Mulyo Prabowo; Rukiyati Rukiyati
Jurnal Fundadikdas (Fundamental Pendidikan Dasar) Vol. 6 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/fundadikdas.v6i1.7169

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menelaah konsep merdeka belajar di Sekolah Dasar jika ditinjau dari perspektif filsafat progresivisme. Metode penulisan yang digunakan yaitu kajian pustaka dengan pendekatan hermeneutik dalam mendeskripsikan dan menginterpretasi. Konsep merdeka belajar di Sekolah Dasar memiliki kesesuaian dengan filsafat progresivisme yang mengharapkan pendidikan Indonesia lebih maju, lebih baik, dan berkualitas untuk memberikan kebermanfaatan terutama peserta didik. Progresivisme selama ini telah memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan untuk lebih maju. Progresivisme menekankan pada hal-hal dasar kemerdekaan dan kebebasan peserta didik. Kemerdekaan dan kebebasan yang dimaksud yaitu peserta didik diberikan keleluasaan dalam mengembangkan minat, bakat, maupun kompetensi yang dimiliki. Konsep dari merdeka belajar di Sekolah Dasar dengan filsafat progresivisme memberikan pandangan baru dalam pendidikan di Sekolah Dasar. Di Indonesia praktiknya merdeka belajar juga mengarah pada berkembangan sesuai minat dan bakat yang membentuk individu berkarakter.
Penguatan profil pelajar Pancasila dalam pandangan perenialisme dan progresivisme Fasiha Fatmawati; Rukiyati Rukiyati; Mulyo Prabowo
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jppfa.v10i2.56969

Abstract

Perubahan teknologi yang cepat mendorong terjadinya revolusi industri 4.0 dan terbentuknya era society 5.0. Menghadapi perubahan tersebut, Indonesia perlu menyiapkan generasi muda yang berkualitas dan berkarakter. Visi dan misi pendidikan di Indonesia digambarkan dalam profil pelajar Pancasila. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proyek penguatan profil pelajar Pancasila dari sudut pandang filsafat pendidikan progresivisme dan perenialisme. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur dari buku dan artikel jurnal terindeks, baik nasional maupun internasional. Beberapa tahap yang dilakukan yaitu eligibility, screening, identification, dan analyze. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam profil pelajar Pancasila terdapat nilai-nilai yang menjadi tujuan pendidikan aliran filsafat pendidikan perenialisme dan progresivisme. Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai ketuhanan, moral, dan sosial untuk dijaga yang merupakan ciri filsafat pendidikan perenialisme. Untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi secara global, maka Indonesia juga menerapkan pendidikan progresivisme yang tercermin dalam karakter berpikir kritis dan kreatif. Tujuan pendidikan aliran progresivisme dan perenialisme saling beririsan dan tergabung dalam profil pelajar Pancasila yang diharapkan dapat diinternalisasi oleh pelajar di Indonesia.AbstractRapid technological changes led to the industrial revolution 4.0 and the formation of the era of society 5.0. Facing these changes, Indonesia needs to prepare a young generation with quality and character. The Pancasila student profile describes the vision and mission of education in Indonesia. This study aims to analyze the project to strengthen the Pancasila student profile from the perspective of progressivism and perennials' educational philosophy. This research was conducted using the literature study method from indexed books and journal articles, both nationally and internationally. There were several stages: eligibility, screening, identification, and analysis. The study results show that in the Pancasila student profile, values are the educational goals of the educational philosophy of perennials and progressivism. The Indonesian nation has divine, moral, and social values to uphold, which are the hallmarks of perennialist educational philosophy. To keep up with the global changes, Indonesia also applies progressivism education reflected in the character of critical and creative thinking. The educational goals of progressivism and perennials flow intersect and are incorporated in the profile of Pancasila students, which are expected to be internalized by students in Indonesia.
Portrait of students’ language politeness in elementary school Ari Susandi; Zamzani Zamzani; Mulyo Prabowo; Bambang Yulianto
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE) Vol 13, No 1: February 2024
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijere.v13i1.24872

Abstract

This study described students’ language impoliteness during the Indonesian language learning process taking place at elementary school in the Kediri Regency, East Java Province, Indonesia. This study used a qualitative approach to the type of qualitative descriptive research. The research participant of this study were elementary school educators and students in Kediri, East Java, Indonesia, who have a rough and smooth Javanese language culture when communicating with teachers during the learning process in class. The results of the study showed that all politeness maxims were violated in the learning process. Language politeness must continue to be implemented in elementary schools because it is still being discovered violation of the maxim of wisdom is shown when students give long-winded statements to educators. Violation of the maxim of generosity is shown when students give emotional statements to educators. Violation of the maxim of praise is shown when students express criticism at will, to both educators and friends. Violation of the maxim of politeness is shown when students make statements that demean the speech partner. Violation of the maxim of agreement can be seen when students are giving very harsh statements and ignoring the rules of the speech partners. The violation of the maxim of sympathy is shown when students do not have sympathy for the speech partner who is having difficulty. Language politeness is very important for the world of education as an effort to familiarize students as the nation’s next generation with polite language.
PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF, EFISIEN, DAN MENYENANGKAN DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KOORDINATOR PENDIDIKAN BULU SUKOHARJO Sungkono Sungkono; Mukhhammad Luqman Hakim; Novi Trilisiana; Mulyo Prabowo
Jurnal ABDI: Media Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 9 No. 2 (2024): JURNAL ABDI : Media Pengabdian Kepada masyarakat
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/abdi.v9i2.27275

Abstract

Program pengabdian kepada masyarakat (PPM) berupa workshop penyusunan pembelajaran efektif dan menyenangkan dengan menggunakan media pembelajaran yang dilakukan di SDN Malangan 3 Bulu Sukoharjo. Kegiatan PPM bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampulan guru menyelenggarakan model pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan disertai media pembelajaran. Peserta dari kegiatan PPM berjumlah 100 yang terdiri dari guru-guru sekolah dasar di Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Metode kegiatan PPM dilaksanakan dengan metode Blended Learning, yaitu dilaksakan secara klasikal dan daring dengan menggunakan Google Classroom. Kegiatan PPM secara klasikal dilaksanakan dengan menjabarkan materi tentang pembelajaran efektif dan efisien dengan menggunakan media pembelajaran, pemberian contoh-contoh media pembelajaran, diskusi terstruktur dan praktik menyusun rancangan pembelajaran efektif, efisien dan menyenangkan. Hasil dari kegiatan PPM yaitu guru memiliki pemahaman tentang rancangan pembelajaran efektif dan efisien dan produk berupa modul ajar yang memuat media pembelajaran.