Hendrik Hendrik
Jurusan Fisioterapi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar; E-mail: Padanghendrik10@gmail.com (koresponden)

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN INTERFERENSI DENGAN ULTRASOUND PADA PENERAPAN HOLD RELAX TERHADAP PERUBAHAN NYERI DAN JARAK GERAK SENDI LUTUT PASIEN OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG MAROS Hendrik Hendrik; Suharto Suharto; Hasbiah Hasbiah
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 12, No 1 (2020)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.661 KB) | DOI: 10.32382/mf.v11i1.819

Abstract

Osteoarthritis merupakan penyakit gangguan musculoskeletal yang degeneratif, dimana jumlah kejadiannya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup penduduk. Fisioterapi merupakan salah satu faktor terpenting dalam penanganan osteoarthritis secara komprehensif.Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode yang lebih efektif antara interferensi dan hold relax dengan ultrasound dan hold relax terhadap perubahan  nyeri penambahan jarak gerak sendi akibat osteoarthritis sendi lutut. Penelitian ini adalah quasy eksperimen menggunakan pretest-posttest two group design. Populasi penelitian adalah semua pasien osteoarthritis yang berkunjung di Poliklinik Fisioterapi RSUD Salewangan Maros  dari bulan Juni sampai dengan September 2013 yang berjumlah 31 orang. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik purposive sampling sehingga jumlah sampel 20 orang yang dibagi atas dua kelompok.Hasil penelitian diperoleh adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian interferensi dan hold relax dengan selisih rata-rata nilai aktualitas nyeri 1.94 + 0.72 cm dan ROM sebesar 16.500 + 5.800 dengan hasil uji wilcoxon p=0.005 < α= 0.05. Sedangkan pada intervensi ultrasound dan hold relax diperoleh selisih rata-rata nilai aktualitas nyeri 1.41 + 0.21 cm dan ROM sebesar 10.80 + 3.150 dengan hasil uji wilcoxon p= 0.005 < α= 0.05. Pada uji Mann-Whitney diperoleh adanya perbedaan yang signifikan diantara kedua perlakuan, pada nilai rata-rata VAS dengan p= 0.029 < α= 0.05. Sedangkan pada luas gerak sendi tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok terhadap nilai  ROM dengan p= 0.74 > p= 0.05.Kesimpulan penelitian ini adalah ada perubahan aktualitas nyeri dan jarak gerak sendi (ROM) sebelum dan sesudah pemberian interferensi dan hold relax serta ultrasound dan hold relax pada pasien osteoarthritis sendi lutut. Tidak ada perbedaan perubahan jarak gerak sendi (ROM) diantara kedua kelompok perlakuan. Kata Kunci : Interferensi, Ultrasound, hold relax,  Nyeri dan Jarak Gerak Sendi Lutut  Pasien                       Osteoarthritis
PENGARUH BRIDGING EXERCISE TERHADAP SPASTISITAS PADA PASIEN PASCA STROKE NON HEMORAGIK DI MAKASSAR Yonathan Ramba; Hendrik Hendrik
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 11, No 2 (2019)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (21.954 KB) | DOI: 10.32382/mf.v10i2.811

Abstract

troke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, akibat gangguan aliran darah otak. Stroke terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Stroke Non Hemoragik (NHS) dan Stroke Hemoragik (HS). Stroke Non Hemoragik (NHS) adalah jenis stroke yang disebabkan oleh trombosis akibat plak arterosklerosis dari arteri otak atau yang memberi vaskularisasi pada otak atau suatu embolus dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri otak.Tujuanpenelitianadalahuntuk mengetahui pengaruh antara pemberian bridging exercise terhadap spastisistas pada pasien pasca Stroke Non Hemoragik  di  Makassar.Penelitian ini merupakan penelitian  pra-eksperimental  dengan  Desaign  One Group Pretest – Post Test  untuk mengetahui perbedaan spastisitas sebelum dan sesudah pemberian  bridging exercise pada pasien pasca Stroke Non-Hemoragik di Makassar.  Populasi dalam  penelitian ini adalah seluruh pasien Stroke Non Hemoragik yang datang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Daya Kota Makaassar, Klinik Physio Sakti dan Klinik Medisakti.Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan Uji Wilcoxon ditunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada pasien pasca Stroke Non Hemoragik antara pengukuran pre test, dan setelah 6 kali pemberian bridging exercise. Jadi dengan pemberian bridging exercise pada pasien pasca Stroke Non Hemoragik dapat memberikan efek perubahan penurunan spastisitas.Setelah 6 kali pemberian bridging exercise, penurunan spastisitas semakin nyata,  3 orang responden dengan kategori  Modified Skala Ashwort normal(17,6%) , 12 orang responden dengan kategori Modified Skala Ashwort sangat ringan (70,6%), dan 2 orang  responden dengan kategori Modified Skala Ashwort ringan (11,8%). Kata kunci : Bridging exercise, Spastisitas, Pasca Stroke Non-Hemoragik.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL BERJALAN AKIBAT FRAKTUR 1/3 DISTAL CRURIS DEXTRA POST PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2013 Siti Muthiah; Hendrik Hendrik; Suharto Suharto
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 11, No 1 (2019)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.276 KB) | DOI: 10.32382/mf.v11i1.821

Abstract

Fraktur 1/3 distal cruris adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang cruris atau terputusnya hubungan tulang tibia dan fibula pada bagian 1/3 distalnya, yang mana terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, faktor tekanan atau kelelahan dan faktor patologik.Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur Penatalaksanaan Fisioterapi Pada gangguang Fungsional Berjalan Akibat Fraktur 1/3 Distal Cruris Dextra Post Pemasangan Plate and Srew. Penelitian ini dilakukan Di RSUP.Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan Mei s/d Juni 2013. Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu dengan menggunakan sampel tunggal.Pemeriksaan fisioterapi yang baik dilakukan dengan pemeriksaan yang lengkap yaitu dimulai dari anamnesis, inspeksi, palpasi, pemeriksaan fungsi gerak dasar, serta pemeriksaan spesifik seperti VAS tes, ROM tes, MMT tes dan tes kemampuan ADL. Dan adapun problematik fisioterapi yang muncul berupa Nyeri, keterbatasan ROM, Kelemahan otot dan gangguan ADL berjalan maka diberikan intervensi fisioterapi  adalah electro therapy berupa Infra Red Rays (IRR), manual therapy berupa massage dengan menggunakan teknik efflurage, exercise therapy berupa relaxed passive exc, hold relax stretching, assisted active exercise serta latihan transver ambulasi pada penderita dengan intensitas terapi 3x seminggu selama 12x penaganan didapatkan hasil berupa  nyeri menurun, ROM bertambah, dan kemampuan melakukan ADL meningkat.Dari hasil yang diperoleh, disimpulkan bahwa dengan menggunakan modalitas fisioterapi yang telah disebutkan dapat mengurangi permasalahan yang timbul akibat fraktur 1/3 distal cruris dextra post pemasangan plate and screw. Diantaranya, nyeri dari skala 4 menjadi 1, ROM S:30-0-60  menjadi S:30-0-77 dan terakhir kemampuan ADL dari 3 menjadi 2.Kata kunci:fraktur 1/3 distal cruris, gangguan fungsional berjalan, IRR,               massage, relaxed passive exc, hold relax stretching, assisted    active exercise
PENGARUH LATIHAN FISIK ZIG-ZAG RUN TERHADAP PERUBAHAN KELINCAHAN PEMAIN FUTSAL GALAXY FC DI SUDIANG MAKASSAR 2021 Fahrul Islam; Suriani Suriani; Hendrik Hendrik; Darwis Durahim; Muhammad Awal
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v14i1.2855

Abstract

PENGARUH LATIHAN FISIK ZIG-ZAG RUN TERHADAP PERUBAHAN KELINCAHAN PEMAIN FUTSAL GALAXY FC DI SUDIANG MAKASSAR 2021 The Effect of Zig-Zag Run Physical Exercise on Changes in Agility of Galaxy Fc Futsal Players in Sudiang Makassar 2021 Fahrul Islam1; Suriani1; Hendrik1; Darwis Durahim1: Muhammad Awal11Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar*corresponding author   RINGKASANKelinchan merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan. Kelincahan sangat erat kaitannya dengan keseimbangan, karena atlet perlu untuk mengatur pergeseran dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh latihan fisik zig-zag run terhadap perubahan kelincahan pemain futsal Galaxy Fc Sudiang Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah pra-experimental dengan menggunakan desain penelitian one-group pretest posttest design dengan variabel independent adalah latihan fisik zig-zag run dan variabel dependent adalah kelincahan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 20 orang yang yang diberi perlakuan berupa latihan fisik zig-zag run. Penentuan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen atau alat pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Illinois Agility Run. Penelitian ini dilakukan selama  6 bulan, Februari- Agustus 2021.Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh pemberian zig-zag run exercise terhadap perubahan kelincahan pemain Futsal Galaxy Fc Sudiang Makassar, dari niali pre test 18,269 menjadi 15,484 pada post test. Dari uji wilcoxon ada nilai beda rerata sebesar 2,5605 dengan nilai p=0,000 <0,05 yang berarti ada pengaruh yang bermakna pemberian zig-zag run exercise terhadap perubahan kelincahan dengan nilai 2,5605.Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan ada pengaruh pemberian latihan fisik zig-zag run terhadap perubahan kelincahan pemain futsal Galaxy  Fc  Sudiang  Makassar.  Disarankan  pemain  Futsal  Galaxy  Fc  Sudiang Makassar untuk tetap melakukan metode zig-zag run exercise pada saat latihan untuk meningkatkan level kelincahan.Kata Kunci : Zig-Zag Run Exercise, Kelincahan, Pemain Futsal
PENGARUH TEKNIK PENGULURAN TERHADAP PENAMBAHAN BERAT DAN TINGGI BADAN BAYI USIA 2 – 4 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR Andi Halimah; Hendrik Hendrik
GLOBAL HEALTH SCIENCE Vol 3, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : Communication and Social Dinamics (CSD)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.449 KB) | DOI: 10.33846/ghs.v3i1.186

Abstract

Kondisi optimal pada masa bayi tidak lepas dari faktor fisik, psikis dan lingkungan si bayi,selain tentunya nutrisi yang baik dan adekuat. Pijat bayi adalah suatu usaha yang positif untuk memperoleh kondisi optimal pada pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi tersebut. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen di lapangan menggunakan rancangan the pretest-posttest two group disign. Populasi adalah bayi berusia 2 – 4 bulan yang lahir di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar, berat badan lahir minimal 2500 gram hingga 3500 gram, panjang badan lahir minimal 43 cm – 50 cm. Sampel penelitian bayi berusia 2 – 4 bulan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu Pemberian air susu ibu secara eksklusif dan Tidak sedang mengalami suatu penyakit yang dapat mengganggu jalannya penelitian, sehingga jumlah sampel sebanyak 24 orang. Hasil penelitian pada analisis paired t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada berat badan dan panjang badan sebelum dan sesudah pemijatan dengan teknik effleurage dan teknik pemijatan effleurage dan penguluran, dimana p= 0,000 < 0,05. Hasil analisis independent t- test menunjukkan ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pemijatan teknik effleurage dengan pemijatan teknik effleurage dan pengukuran terhadap rata-rata berat badan dengan p= 0,000 < 0,05, sedangkan pada faktor rata-rata panjang badan menunjukkan adanya perbedaan yang tidak signifikan, dimana p= 0,005 = 0,05. Kesimpulan ada perbedaan pengaruh pemberian pemijatan teknik effleurage dengan pemijatan teknik effleurage dan penguluran terhadap berat badan, tetapi tidak ada perbedaan pengaruh terhadap panjang badan. Kata Kunci: Bayi, Pemijatan, Effleurage, Penguluran, Berat badan, Panjang badan
Efek Latihan Teknik Jump to Box pada Dosis Berbeda Terhadap Kemampuan Meloncat Anak Remaja Hendrik Hendrik; Yonathan Ramba; Arpandjam’an Arpandjam’an
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13, No 3 (2022): Juli 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf13345

Abstract

All human physical activity requires a jumping motion. The maximum jumping movement is determined by the strength of the abdominal and leg muscles. This study aims to find out more deeply about the effect of load and exercise time on increasing muscle explosive power of junior high school students. The design of this research is pretest-posttest with control group. The subjects involved were 30 students, who were divided into three treatment groups, namely the group that was given 12 cm with 3 minutes of exercise, the group that was given 24 cm with 3 minutes of exercise, and the group that was given 24 cm with 5 minutes of exercise, with treatment three times a week for eight weeks. The results of the paired sample t-test showed that in the jump to box exercise with a load dose of 24 cm with a duration of 3 minutes of exercise and a load of 24 cm with a duration of 5 minutes of exercise, there was a difference in muscle explosive power between before and after the intervention, with a p value of each. are 0.000 and 0.001. Thus, it was concluded that increasing the jump to box training dose was effective in increasing muscle explosive power (jumping ability).Keywords: training load; length of training time; jump to box; muscle explosive powerABSTRAK Seluruh aktifitas fisik manusia membutuhkan gerakan melompat. Gerakan melompat yang maksimal sangat ditentukan oleh kekuatan otot perut dan tungkai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam tentang pengaruh beban dan lama waktu latihan terhadap peningkatan daya ledak otot siswa sekolah menengah pertama. Rancangan penelitian ini adalah pretest-posttest with control group. Subyek yang terlibat adalah 30 siswa, yang dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberi latihan beban 12 cm dengan lama latihan 3 menit, kelompok yang diberi latihan beban 24 cm dengan lama latihan 3 menit, serta kelompok yang diberi latihan 24 cm dengan lama latihan 5 menit dengan perlakuan tiga kali seminggu selama delapan minggu. Hasil paired sample t-test menunjukkan bahwa pada latihan jump to box dengan dosis beban 24 cm dengan lama latihan 3 menit dan beban 24 cm dengan lama latihan 5 menit, ada perbedaan daya ledak otot antara sebelum dan sesudah intervensi, dengan nilai p masing-masing adalah 0,000 dan 0,001. Dengan demikian disimpulkan bahwa peingkatan dosis latihan jump to box efektif untuk meningkatkan daya ledak otot (kemampuan melompat).Kata kunci: beban latihan; lama waktu latihan; jump to box; daya ledak otot
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL LENGAN DAN TUNGKAI AKIBAT HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGIK DI INGGIT MEDICAL CENTRE Hasbiah Hasbiah; Hendrik Hendrik; Moureen Moureen; Fahrul Islam; Hasnia Ahmad; Yonathan Ramba
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14, No 2 (2022)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v14i2.3152

Abstract

ABSTRAK Hemiparase adalah sindrom klinis yang timbulnya mendadak, progresifnya secara cepat, dan berupa defisit neurologis fokal yang berlangsung selama 24 jam atau  langsung menimbulkan kematian, disebabkan  gangguan pada peredaran darah di otak non-traumatic (Halim, 2016). Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi terhadap gangguan fungsional lengan dan tungkai akibat Hemiparese Non Hemoragik dan meningkatkan fungsi aktivitas sehari-hari dengan menggunakan intervensi Passive dan Aktif Exercise,Bridging Exercise dan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation atau PNF.Hasil setelah melakukan penanganan selama 8 kali terapi didapatkan hasil meningkatan nilai aktivitas sehari-hari atau ADL pada pasien Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian Passive dan Aktif Exercise,Bridging Exercise dan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation atau PNF dapat meningkatkan aktivas sehari hari atau ADL pada kasus Hemipare Non Hemoragik Post StrokeKata Kunci : Hemiparese Non Hemoragik , Passive dan Aktif Exercise,  Bridging Exercise dan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
BEDA EFEKTIVITAS ANTARA HOLD RELAX DAN CONTRACT RELAX TERHADAP PENAMBAHAN RANGE OF MOTION (ROM) SENDI LUTUT AKIBAT OSTEOARTHRITIS DI RS.BHAYANGKARA Muhammad Awal; Hendrik Hendrik
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 12, No 2 (2020)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v12i2.3169

Abstract

Osteoarthritis is a joint disorder that can cause limitations in joint motion which can be overcome by providing active and passive exercises.This research is a quasi-experimental study with a Pre Test – Post Test two group research design. This study aims to determine the effectiveness of hold relax and contract relax in increasing the range of motion (ROM) of the knee joint due to Osteoarthritis. This research was conducted at the Physiotherapy Clinic of the Hospital Bhayangkara with the population are all Osteoarthritis patients who visit the hospital. Bhayangkara Makassar during the study, using a purposive sampling method to obtain a total sample of 10 people based on inclusion criteria aged 45-65 years.The results of the paired t test in the hold relax group obtained a value of p = 0.025 <0.05 and in the contract relax group obtained a value of p = 0.099 > 0.05 while based on the results of the independent test between the hold relax group and the contract relax group showed that it was not significant where the p value = 0.305 > 0.05. Conclusion Hold relax and Contract relax have the same effect on increasing the value of knee joint ROM in Osteoarthritis patients, there is no significant effect on the addition of knee joint ROM in Osteoarthritis patients between the treatment groups. Keywords : Hold relax, Contract relax, knee joint ROM, Osteoarthritis