Astindari Astindari, Astindari
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Cara Penularan HIV & AIDS Di Unit Perawatan Intermediate Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD Dr. Soetomo Surabaya Astindari, Astindari; Lumintang, Hans
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol 26, No 1 (2014): BIKKK APRIL 2014
Publisher : Faculty Of Medicine Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.29 KB) | DOI: 10.20473/bikkk.V26.1.2014.1-5

Abstract

Latar belakang: Kasus HIV & AIDS makin lama makin meningkat. Sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 sampai 2009, di Indonesia tercatat 3.492 orang meninggal dunia karena penyakit ini. Cara penularan HIV & AIDS di Indonesia selalu mengalami perubahan. Awalnya cara penularan terjadi melalui hubungan heteroseksual. Kemudian peningkatan jumlah pengguna narkoba suntik (penasun) di Indonesia menyebabkan cara penularan HIV & AIDS juga mengalami perubahan karena penularan bisa terjadi melalui penggunaan jarum suntik bersama di kalangan para penasun. Saat ini cara penularan HIV & AIDS kembali lagi, terutama melalui hubungan heteroseksual. Perubahan cara penularan HIV & AIDS dari kelompok penasun ke heteroseksual mempengaruhi strategi pencegahan penularan HIV & AIDS di Indonesia, khususnya di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Tujuan: Mengevaluasi cara penularan HIV & AIDS di UPIPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2006-2010. Metode: Penelitian deskriptif, retrospektif tentang cara penularan HIV & AIDS di UPIPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2006 – 2010. Hasil: Kasus baru HIV & AIDS di UPIPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2006-2010 didapatkan 3.090 kasus, dengan perbandingan pasien laki-laki lebih banyak dari pasien perempuan. Cara penularan tertinggi melalui hubungan seksual yaitu 63,5%, cara penularan berikutnya melalui penasun 24,8%, penasun + seksual 6,3%, dan perinatal 3,2%. Cara penularan melalui heteroseksual makin meningkat dari tahun 2006 sebanyak 186 orang (47,1%) menjadi 509 orang (71,9%) pada tahun 2010. Simpulan: Cara penularan HIV & AIDS di UPIPI RSUD Dr. Soetomo mengalami perubahan, yang semula terbanyak melalui penasun pada tahun 2005 berubah melalui heteroseksual pada tahun 2010. Hal itu akan mempengaruhi strategi upaya pencegahan penyakit tersebut. Kata kunci: studi retrospektif, HIV & AIDS, penularan, heteroseksual, IDUs, penasun, perinatal.
Uji Difusi Sefiksim terhadap Neisseria gonorrhoeae pada Servisitis Gonore tanpa Komplikasi Astindari, Astindari; Lumintang,, Hans; Setyaningrum, Trisniartami
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol 26, No 2 (2014): BIKKK AGUSTUS 2014
Publisher : Faculty Of Medicine Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.151 KB) | DOI: 10.20473/bikkk.V26.2.2014.1-5

Abstract

Latar belakang: Gonore merupakan salah satu infeksi menular seksual yang sering ditemukan. Resistensi terhadap beberapa antibiotik banyak ditemukan dalam beberapa tahun terakhir. Sefalosporin generasi ketiga seperti sefiksim dan seftriakson merupakan pilihan terapi lini pertama di berbagai negara, namun penurunan kepekaan sefiksim sudah ditemukan dan mulai menyebar. Tujuan: Mengevaluasi kepekaan sefiksim terhadap Neisseria gonorrhoeae secara difusi. Metode: Penelitian laboratorium yang bersifat deskriptif observasional, potong lintang mulai November 2012-Januari 2013. Terdapat 12 isolat N. gonorrhoeae dari 68 sekret serviks yang dilakukan uji kepekaan sefiksim secara difusi. Hasil: Uji kepekaan sefiksim secara difusi terhadap N. gonorrhoeae didapatkan 3 dari 12 isolat (25%) resisten terhadap sefiksim dan 9 dari 12 isolat (75%) sensitif terhadap sefiksim. Empat dari 9 isolat (44,5%) yang sensitif terhadap sefiksim mempunyai zona hambat dengan diameter 31 mm yang merupakan batas kemampuan sefiksim untuk menghambat pertumbuhan N. gonorrhoeae. Simpulan: Ditemukan strain N. gonorrhoeae yang menunjukkan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa uji kepekaan secara dilusi untuk mengetahui adanya peningkatan resistensi N. gonorrhoeae terhadap sefiksim.Kata kunci: sefiksim, uji kepekaan secara difusi, N.gonorrhoeae.
Perbedaan Dermatitis Seboroik dan Psoriasis Vulgaris Berdasarkan Manifestasi Klinis dan Histopatologi Astindari, Astindari; Sawitri, Sawitri; Sandhika, Willy
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol 26, No 1 (2014): BIKKK APRIL 2014
Publisher : Faculty Of Medicine Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.04 KB) | DOI: 10.20473/bikkk.V26.1.2014.1-7

Abstract

Latar belakang: Dermatitis seboroik (DS) dan psoriasis sering sulit dibedakan baik secara klinis maupun secara histopatologi. Anamnesis yang tepat dengan memperhatikan usia, riwayat keluarga, dan pemeriksaan klinis yang teliti serta ditunjang dengan pemeriksaan histopatologi, dapat menentukan diagnosis yang tepat. Tujuan: Mengevaluasi perbedaan DS dan psoriasis supaya klinisi dan patolog bisa membuat diagnosis yang benar.Telaah kepustakaan: Secara epidemiologi, terdapat berbagai perbedaan antara DS dan psoriasis. Hal itu bisa dilihat dari usia saat timbulnya lesi, jenis kelamin, ras, maupun genetik. Lokasi lesi dan manifestasi klinis juga mempunyai ciri yang berbeda. Biopsi kulit dibutuhkan untuk membantu menegakkan diagnosis yang tepat.Gambaran histopatologi DS bervariasi sesuai dengan perjalanan penyakitnya: akut, sub-akut, dan kronis, sedangkan psoriasis mempunyai ciri khas berupa pemanjangan rete ridges, abses Munro atau adanya abses Kojog. Simpulan: Terdapat beberapa perbedaan antara DS dan psoriasis dari usia pertama kali muncul lesi, lokasi lesi, manifestasi klinis dan gambaran histopatologi.Kata kunci: dermatitis seboroik, psoriasis, manifestasi klinis, gambaran histopatologi.