Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perbandingan Metode Penjadwalan Line Of Balance (LoB) Dengan Precedence Diagram Method (PDM) Pada Proyek Kontruksi Repetitif (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Struktur Villa Cemongkak Pecatu Kabupaten Badung) I Komang Alit Astrawan Putra; I Wayan Diasa; Ni Ketut Sri Astati Sukawati; I Gusti Ngurah Eka Partama; I Made Yogi Antara Putra
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47532/jiv.v6i1.771

Abstract

Perkembangan pekerjaan konstruksi khususnya yang berskala besar pada saat ini cukup pesat. Disamping membutuhkan biaya yang besar, juga membutuhkan metode kerja yang baik agar dapat meningkatkan kualitas proyek. Para kontraktor sering kali dihadapkan dengan pekerjaan konstruksi yang terdiri dari beberapa unit yang sama seperti pada pekerjaan jalan raya, perumahan atau villa, dan pembangunan apartemen. Proyek pembangunan struktur Villa Cemongkak adalah proyek dengan jenis pekerjaan berulang. Proyek ini terdiri dari enam unit bangunan Villa yang sama. Lokasi proyek terletak di daerah Kuta Selatan tepatnya di jalan Pantai Cemongkak, Pecatu, Badung, Bali. Rencana metode penjadwalan  proyek ini menggunakan metode barchart dalam bentuk kurva S. Proyek ini mengalami keterlambatan dalam penyelesaiannya karena dalam proses pengerjaan ada item pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan karena terkendala pekerjaan yang merupakan lintasan kritis dan villa yang lain masih dalam proses pekerjaan galian sehingga belum bisa dilanjutkan untuk pekerjaan item selanjutnya. Oleh karena itu, diperlukan metode penjadwalan lain untuk mengetahui efesiensi biaya dan waktu yang sesuai dibandingkan dengan kurva S. Proyek repetitif memiliki durasi item pekerjaan yang seragam dan jumlah pekerjaan yang relatif sedikit, sehingga penggunaan metode LoB dikenal lebih efektif. PDM merupakan metode jaringan kerja yang penyajiannya lebih sederhana jika diterapkan pada pekerjaan konstruksi yang repetitif. Hasil yang didapatkan  dengan menggunakan metode LoB yaitu 151 hari dan metode PDM yang lebih efektif yaitu 73 hari, sehingga menghasilkan metode PDM lebih cepat pengerjaan 78 hari dibandingkan dengan metode LoB dengan biaya yang hampir mirip yaitu metode LoB membutuhkan biaya sebesar Rp. 158.951.026 dan untuk metode PDM membutuhkan biaya sebesar Rp. 155.618.055. Terdapat selisih perbandingan biaya sebesar Rp. 3.332.971.
Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Pekerjaan Proyek Pembangunan Infrastruktur I Komang Alit Astrawan Putra; I Gusti Bagus Angga Surya Dharma
Jurnal Ilmiah Kurva Teknik Vol. 12 No. 1 (2023): Jurnal Ilmiah Kurva Teknik
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/jikt.v12i1.6557

Abstract

ABSTRACT: The development of technology and information today is very closely related to capacity building in the world of construction, especially in the implementation of infrastructure development projects. This development can be seen from the use of various modern equipment, types of materials and production methods and procurement processes. Humans as workers also experience development in their efforts to get jobs armed with skills and expertise. Based on this, workers as the spearhead in the management and implementation of the project are the main concern to ensure the safety and health of their work In this study it is devoted to knowing the general conditions of the contractor's activities and work activities in carrying out the Occupational Safety and Health Management System, how the Occupational Safety and Health Management System (SMK3) is owned by the contractor, both in field conditions or standard operating conditions and how conformity elements of the implementation of the Occupational Health and Safety Management System with ISO 45001:201, Government Regulation Number 50 of 2012. From the research results it can be said that contractors engaged in road construction construction services, in carrying out their projects in accordance with their duties, principals and functions and produce various types of construction products, such as "U-ditch" pre-cast products. Implementation In implementing project SMK3, planning management is determined using SMKK (Construction Safety Management System) which refers to PUPR Ministerial Regulation Number 10 of 2021. In implementing OSH performance, companies have made efforts to carry out SMK3 procedures in general that are appropriate and refer to PP Number 50 of 2012 and ISO 45001: 2018 with the results of an analysis of the implementation for the K3 performance aspect which refers to the two SMK3 elements according to Government Regulation Number 50 of 2012 and ISO 45001: 2018 of 74.8% and for the provision of various safety support facilities at work of 71% .
PENERAPAN PENGADAAN MATERIAL UDITCH DENGAN SISTEM MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN. (Study Kasus: Pembangunan Konstruksi Jalan Batas Kota Singaraja - Mengwitani Titik 7A, 7B, 7C dan Titik 8) Made Agus Pramana; I Komang Alit Astrawan Putra; I Wayan Diasa; Ni Ketut Sri Astati Sukawati; Juniada Pagehgiri
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47532/jiv.v6i2.891

Abstract

Dalam tahap perencanaan proyek konstruksi, terdapat kegiatan perencanaan pengadaan material yang akan digunakan pada proyek konstruksi tersebut. Perencanaan tersebut harus direncanakan dengan baik mengingat ketersediaan material yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap efisiensi biaya dan waktu dalam proses konstruksi yang akan dilakukan. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam perencanaan kebutuhan material adalah dengan melakukan analisis Material Requirements Planning (MRP). Material Requirements Planning (MRP). Proyek Pembangunan Konstruksi Jalan Batas Kota Singaraja – Mengwitani Titik 7A, 7B, 7C dan Titik 8 dibagi menjadi 4 titik pekerjaan yaitu titik 7A, titik 7B, titik 7C dan titik 8. Semua titik tersebut memiliki bangunan pelengkap uditch sebagai saluran drainase. Uditch yang dipakai adalah tipe DS 4 yang merupakan uditch dengan dimensi saluran (DS) 1000 x 1000 x 1200 mm. Dalam analisis Materials Requirement Planning (MRP), ada beberapa teknik yang bisa dipakai yaitu: Lot for lot merupakan sebuah teknik penentuan ukuran lot yang menghasilkan apa yang diperlukan untuk memenuhi rencana secara tepat. Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebuah teknik statistic yang menggunakan rata-rata (seperti permintaan rataan satu tahun). Dari hasil analisis diperoleh efektivitas kebutuhan material uditch DS 4 sepanjang penanganan konstruksi dari titik 7A, 7B, 7C dan titik 8. Melalui analisis Lot for lot (LOL) dan teknik Economic Order Quantity (EOQ) diperoleh selisih biaya yang sama terhadap biaya actual dalam Sembilan minggu pelaksanaan. sedangkan teknik Economic Order Quantity (EOQ) pada minggu ke 34 sampai dengan minggu ke 42 memiliki selisih biaya lebih besar terhadap biaya actual dibandingkan dengan teknik Lot for lot (LOL).