Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

HUBUNGAN KUAT TEKAN BETON ANTARA HASIL UJI TEKAN KUBUS DAN UJI TEKAN SILINDER PADA BETON DENGAN AGREGAT PULAU TIMOR I GUSTI NGURAH EKA PARTAMA; Rani Hendrikus; Amandus H. W. Galus
Jurnal Teknik Gradien Vol 10 No 2 (2018): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Benda uji silinder atau kubus diperlukan untuk menentukan kuat tekan beton. Benda uji kubus berdimensi 15cmx15cmx15cm sedangkan bentuk silinder berdimensi 15cmx30cm. Ketersediaan cetakan benda uji silinder di lapangan sering tidak terpenuhi karena persediaan yang terbatas dan memaksa seorang tenaga supervisi mengijinkan menggunakan cetakan benda uji kubus untuk menguji mutu beton yang sedang dikerjakan. Sesuai PBI 1971 untuk melakukan konversi kuat tekan beton berdasarkan benda uji kubus sehingga setara dengan kuat tekan beton dengan benda uji silinder dikalikan faktor 0.83 atau menggunakan formula f’c=(0,76+ 0,2log(f’ck/15)).f’ck (Nugraha, et al, 2007 dan Mulyono, 2003). Agregat alam berupa pasir dan krikil di Pulau Timor alam merupakan batuan endapan bukan merupakan material hasil erupsi gunung api sehingga karakteristiknya berbeda. Kajian dilakukan untuk mengevaluasi faktor konversi 0,83 dan formula f’c=(0,76+0,2log(f’ck/15)).f’ckpada beton dengan agregat Pulau Timor. Penelitian dilakukan dengan benda uji beton dengan agregat Quarry Takari di Pulau Timor, berjumlah 30 buah terdiri dari 15 buah berbentuk silinder dan 15 buah berbentuk kubus. Masing-masing mutu beton disiapkan 3 benda uji yaitu untuk mutu K-175, K-200, K-225, K-250 dan K-300. Setelah benda uji dirwat selama 28 hari di laboratorium kemudian dilakukan uji kuat tekan.Hasil ratio rata-rata hubungan kuat tekan benda uji kubus dan silinder beton dengan agregat Pulau Timor sebesar 0.83 dan dalam fungsi regresi linear dengan persamaan f’c = 0,822 f’ck + 0,312, dimana f’c dan f’ck dalam MPa dengan nilai slump 30-60 mm dengan Koefisien korelasi (r) = 0.905 dan koefisien determinasi (r2) = 0.819, menunjukkan 81,90% nilai kuat tekan beton f’c dapat ditentukan berdasarkan hasil pengujian benda uji kubus dan 18,10% ditentukan faktor lain. Rata-rata faktor konversi hasil penelitian sebesar 0,83 sama dengan yang dicantumkan dalam PBI 1971 dan formula konversi hasil penelitian : f’c = 0,822f’ck+0,312 menunjukkan rerata perbedaan absolut sebesar 0,82 MPa atau 3,17% dengan formula f’c=(0,76+0,2log(f’ck/15)).f’ck.
EVALUASI KUALITAS AIR PADA HULU TUKAD BADUNG DENGAN METODE STORET I Gusti Ngurah Eka Partama; Made Sudiarsa; Gede Mahanata Wijaya
Jurnal Teknik Gradien Vol 10 No 1 (2018): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem DAS merupakan suatu sistem hubungan antara hulu dan hilir, kerusakan yang terjadi di daerah hulu DAS akan mempengaruhi kondisi hulu sampai hilir DAS tersebut. Pada daerah hulu Tukad Badung terdapat cukup banyak pemukiman padat, industri berskala rumah tangga ataupun skala besar. Semakin padatnya penduduk di sempadan hulu Tukad Badung menyebabkan tingginya pencemaran di hulu sungai Tukad Badung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air pada bagian hulu Tukad Badung yang ditinjau secara fisik, kimia dan biologi serta pengklasifikasian mutu air hulu Tukad Badung menggunakan Metode STORET. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 3 titik lokasi pengambilan sampel air pada Hulu Tukad Badung sepanjang lebih kurang7 km. Sampel air yang diambil diuji di Laboratorium yaitu UPT Lab. Kesehatan Masyarakat Provinsi Bali dan di Laboratorium Bina Medika.Proses pengujian dilakukan sepenuhnya oleh pihak laboratorium dan selanjutnya analisis dilakukan sesuai dengan laporan hasil pengujian laboratorium. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu sebesar 26,87 oC, TDS sebesar 129,23 mg/l dan pH sebesar 7,17 yang masih memenuhi seluruh baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk nilai rata-rata COD 30 mg/l dan DO sebesar 4.77 mg/l hanya memenuhi baku mutu kelas III kemudian nilai rata-rata BOD sebesar 9.64 mg/l dan faecal coliform sebesar 46000/100 ml, dimana nilai tersebut tidak memenuhi seluruh baku mutu yang dipersyaratkan. Hasil penilaian STORET di daerah hulu Tukad Badung berturut-turut memiliki skor -41 (cemar berat) dibandingkan dengan baku mutu kelas I, skor -35 (cemar berat) dibandingkan dengan baku mutu kelas II, skor -23 (cemar sedang) dibandingkan dengan baku mutu kelas III dan memiliki skor -17 (cemar sedang) dibandingkan dengan baku mutu kelas IV.
DESKRIPSI RUMAH TINGGAL PRIBADI DAN LINGKUNGANNYA TERHADAP KONSEP BANGUNAN HIJAU (GREEN BUILDING) I Gusti Ngurah Eka Partama
Jurnal Teknik Gradien Vol 9 No 2 (2017): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bangunan hijau (Green building) dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan bangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alami dengan menggunakan energi, air, dan sumberdaya lain secara efisien. Tujuan berikutnya penerapan Green building dimaksudkan untuk melindungi kesehatan dan meningkatkan produktivitas penghuni dalam melakukan aktivitas serta dari sisi pengelolaan lingkungan untuk mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan. Perangkat penilian bangunan hijau sebagai sebuah sistem terdiri atas 6 (enam) aspek, yaitu : aspek ketepatan pengunnan lahan, efisiensi energi dan refrigeran, konservasi air, sumber dan siklus material, kualitas udara dan kenyamanan, manajemen lingkungan bangunan.Perwujudan bangunan hijau secara global tidak akan tercapai tanpa didukung oleh aktifitas lokal yang harus juga mengaplikasikan prinsip bangunan hijau. Suatu tinjauan rumah tinggal di Jln. Batuyang Gang Rajawali I No. 4, Gianyar-Bali adalah sampel untuk dicermati terkait dengan prinsip bangunan hijau. Tinjauan 6 aspek prinsip bangunan hijau terhadap sampel menunjukkan 2 aspek terkait tata guna lahan dan manajemen lingkungan bangunan sudah memenuhi kriteria Green Building, sedangkan 4 aspek lainnya yaitu aspek efisiensi energi dan refrigeran, konservasi air, sumber dan siklus material dan kualitas udara dan kenyaman tidak memenuhi kriteria Green building
PENENTUAN TEBAL PELAT LANTAI GEDUNG YANG DITUMPU PADA KEEMPAT SISINYA SESUAI SNI 2847:2013 I Gusti Ngurah Eka Partama
Jurnal Teknik Gradien Vol 9 No 1 (2017): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketebalan minimum pelat beton bertulang non-prategang di dalam Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013) diatur dalam Pasal 9.5.3. Pada kondisi riil di lapangan ketebalan pelat lantai gedung ditetapkan secara empirik sebesar 12 cm. Panel pelat lantai yang luasnya lebih dari 12 m2 atau bentang sisi pelat yang lebih dari 4 meter cendrung solusi yang diambil dengan menempatkan balok anak. Analisa perhitungan tebal minimum pelat beton yang ditumpu pada keempat sisinya dengan bentang balok sepanjang L untuk gedung dilakukan dengan menggunakan model yang divariasikan menurut : dimensi panel pelat, dimensi balok yang menumpu sisi pelat dengan estimasi tinggi penampang balok (ht) sebesar 1/12.L – 1/10.L lebar balok (bw) diestimasi 1/2.ht – 2/3.ht, mutu baja tulangan rencana dan variasi kondisi sisi pelat menerus dan tidak menerus. Hasil analisa menunjukkan bahwa variasi dimensi balok menyebabkan ratio rata-rata kekakuan balok dengan kekakuan pelat () tetap lebih besar dari 2, sehingga tebal minimum pelat beton pada gedung menggunakan formula adalah h ; tetapi tidak boleh kurang dari 90 mm. Dengan demikian dari formula itu dapat dilihat bahwa variasi dimensi balok tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam menentukan tebal pelat. Variasi mutu baja tulangan menunjukkan tebal minimum pelat sebesar 90 mm untuk dimensi panel 4x4 m2 dan baru menunjukkan ketebalan lebih besar dari 90 mm untuk panel berdimensi 5x3 m2. Variasi menerus atau tidak menerusnya sisi pelat juga menunjukkan lebih besar dari 2, sehingga variasi ini juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketebalan pelat. Variasi dimensi panel pelat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketebalan pelat hal ini dapat dilihat dari formula h yang merupakan fungsi dari Ln (bentang bersih arah memanjang) dan (Ratio panjang sisi panjang dengan panjang sisi pendek). Secara keseluruhan ketebalan pelat lantai gedung yang ditumpu pada keempat sisinya untuk berbagai dimensi panel pelat sebagai berikut : panel pelat 3x3 m2 tebal pelat = 90 mm, panel pelat 4x3 m2 tebal pelat = 90 mm, panel pelat 4x4 m2 tebal pelat = 95 mm, panel pelat 5x3 m2 tebal pelat = 105 mm, panel pelat 5x4 m2 tebal pelat = 110 mm, panel pelat 5x5 m2 tebal pelat = 115 mm, panel pelat 6x3 m2 tebal pelat = 115 mm, panel pelat 6x4 m2 tebal pelat = 125 mm panel pelat 6x5 m2 tebal pelat = 135 mm, panel pelat 6x6 m2 tebal pelat = 140 mm dan panel pelat 7x6 m2 tebal pelat = 155 mm
PERENCANAAN FORMASI TULANGAN LENTUR KOLOM BETON BERTULANG PENAMPANG T, L DAN + SESUAI SNI 03-2847-2002 I Gusti Ngurah Eka Partama
Jurnal Teknik Gradien Vol 8 No 2 (2016): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk memenuhi tuntutan arsitektural agar ruangan pada gedung bebas dari tonjolan-tonjolan yang dapat mengurangi luas efektif ruangan, maka penampang kolom struktural harus direncanakan sama dengan ketebalan dinding. Pada Kolom yang ditempatkan pada pertemuan antara bidang tembok pada sudut ruangan akan berbentuk “ L”, “ T ” atau “ + “. Untuk menghitung kebutuhan dan formasi tulangan kolom dengan bentuk penampang tersebut di atas, analisa penampangnya lebih kompleks dibandingkan dengan penampang segiempat pada umumnya karena dimensi penampang sudah tidak lagi terdiri dari satu parameter dimensi lebar dan satu parameter dimensi tinggi penampang. Dengan mempertahankan prinsip-prinsip analisa penampang kolom beton bertulang, maka penulangan kolom seperti ini dapat dihitung dengan menggunakan Cara Coba-coba dan Penyesuaian (Trial and Adjustment). Metode Perhitungan tulangan dengan Coba-coba dan penyesuaian (Trial and Adjustment) adalah suatu cara perhitungan dimana suatu penampang kolom dicoba dipasang dengan formasi tulangan tertentu kemudian dihitung kapasitas penampangnya dan dibandingkan dengan beban yang harus dipikul (Momen Lentur [M] dan Gaya aksial [N]) pada saat eksentrisitasnya sama dengan eksentrisitas dari beban yang harus dipikul. Jika Momen Lentur dan Gaya Aksial kapasitas penampang lebih besar sedikit dengan Momen Lentur dan Gaya Aksial rencana maka formasi tulangan tersebut dapat diterima sebagai hasil akhir perencanaan dan jika sebaliknya maka harus dicoba lagi formasi tulangan yang baru
ENERGI POTENSIAL PEGAS DALAM KONSTRUKSI BALOK SEDERHANA BERBAHAN BETON BERTULANG I Gusti Ngurah Eka Partama
Jurnal Teknik Gradien Vol 8 No 1 (2016): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suatu benda atau material selalu memiliki massa yang merupakan komponen terpenting dari energi. Nilai energi akan ditentukan oleh massa, dimensi dan jarak dari permukaan bumi. Dimensi terpasang harus efektif dan efesien yang dimaksudkan agar konstruksi aman dalam memikul beban rencana dan biaya yang dibutuhkan tidak berlebih atau tidak boros. Kekuatan bahan adalah pertimbangan utama dalam menentukan kemampuan pikul dari suatu elemen struktur. Kekuatan bahan ditentukan oleh jenis material dan dimensi dari elemen struktur dimaksud. Kemampuan pikul suatu elemen struktur ditentukan oleh kemampuan elemen struktur untuk menyediakan energi potensial pegas yang juga dipengaruhi oleh jenis material dan dimensi elemen struktur. Kemampuan pikul suatu elemen struktur akan diindikasikan oleh nilai tengangan maksimum yang terjadi pada setiap bagian penampang balok dan nilai lendutan atau defleksi dari elemen struktur yang dimaksud. Suatu model struktur balok sederhana dua tumpuan bahan beton bertulang, bentang 10 m, dikerjakan beban terpusat 10 ton dan beban merata penuh 2 t/m. Suatu analisa diperlukan untuk menentukan dimensi balok sehingga mampu memikul beban rencana konstruksi balok sederhana model tersebut. Jumlah nominal energi yang dibutuhkan untuk memikul beban rencana pada konstruksi balok sederhana model dapat dihitung berdasarkan dimensi yang telah ditentukan. Hasil perhitungan mendapatkan model struktur balok sederhana dua tumpuan bahan beton bertulang, bentang 10 m, beban terpusat 10 ton dan beban merata penuh 2 t/m dimensi yang paling efektif dan efesien yang dapat digunakan adalah 45/90 cm. Energi potensial pegas yang dimanfaatkan sehingga mampu memikul beban dalam konstruksi tersebut sebesar 3,74 kJ
KORELASI NILAI UJI KUAT TEKAN KUBUS DENGAN NILAI PANTULAN UJI PALU PADA BETON MENGGUNAKAN AGREGAT DESA TAKARI-TIMOR I Gusti Ngurah Partama; Rani Hendrikus; Dorotheus Agung Mosesda
Jurnal Teknik Gradien Vol 11 No 2 (2019): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/teknikgradien.v11i2.280

Abstract

Untuk mendapatkan hasil pengujian kuat tekan beton dengan hammer test perlu dilakukan kajian untuk melihat korelasi nilai pantulan dengan mutu beton yang akurat dan aktual. Penelitian ini difokuskan untuk beton dengan agregat dari Desa Takari-Timor dengan benda uji kubus sebagai penentu kuat tekan kontrol. Kajian ini dilakukan dengan menyiapkan 3 buah benda uji dalam bentuk kubus 15x15x15 cm untuk masing-masing mutu beton K-175, K-200, K-225, K-250 dan K-300. Pengujian kuat tekan dengan compression testing machine dan hammer test dilakukan pada umur benda uji 28 hari. Kuat tekan beton sesuai hasil compression testing machine dipakai sebagai mutu beton kontrol. Analisis dilakukan dengan membuat korelasi dalam persamaan regresi linear sederhana. Nilai koefesien korelasi r dan koefesien determinasi r2 dihitung untuk dapat melihat seberapa kuat hubungan dan berapa persentase kontribusi variabel bebas (Nilai pantulan palu) menentukan nilai variabel tak bebas (Kuat tekan beton). Hasil penelitian ini menyimpulkan untuk beton yang menggunakan agregat Desa Takari-Timor ditunjukkan dengan suatu persamaan Y = 30,68X – 731,16 dimana X = Nilai rebound, Y = Nilai kuat tekan (kg/cm²), dengan nilai r =0,85 dan r2 = 0,725.
ANALISIS LIMBAH BENDA UJI BETON UNTUK MENSUBSTITUSI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON I Gusti Made Sudika; I Gusti Ngurah Eka Partama; I Gede Surya Dinata
Jurnal Teknik Gradien Vol 11 No 1 (2019): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah benda uji beton setelah dilakukan pengujian selanjutnya ditumpuk dan dibuang. Untuk kapasitas yang besar akan menimbulkan masalah karena memerlukan areal penampungan yang luas dan jika langsung dibuang ke tanah akan mengurangi kesuburan tanah dan merusak ekosistem. Secara visual fisik material penyusun beton dan padatan limbah benda uji masih bagus dan diperlukan kajian agar bias dimanfaatkan kembali sebagai campuran beton. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sampel benda uji dengan mutu beton rencanaf’c=22 MPa dengan variasi kandungan agregat kasar limbah benda uji beton sebanyak 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% terhadap berat agregat kasar yang dibutuhkan.Rancangan campuran (mix design) beton mengunakan SNI 03–2834-2000. Sampel benda uji dibuat berbentuk silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, disiapkan 3 buah sampel untuk setiap variasi campuran dan diuji pada umur 14 dan 28 hari. Semen portland yang digunakan adalah Tipe PCC Merk Tiga Roda dengan konposisi senyawa kimia mendekati Semen Tipe I. Agegrat kasar dan halus dari batuan alami Gunung Agung serta air bersih dari PDAM Kota Denpasar. Hasil penelitian menghasilkan kuat tekan tertinggi dicapai saat substitusi agregat limbah benda uji beton sebanyak 25% dari berat total agregat kasar yang diperlukan yaitu 25.76 MPa pada umur 14 hari dan 29.82 MPa pada umur 28 hari. Kuat tekan terendah ditunjukkan saat substitusi agregat limbah beton sebanyak 100%, dengan kuat tekan sebesar 22.36 dan 26.61 MPa masing-masing saat benda uji berumur 14 dan 28 hari. Hasil pengujian kuat tarik belah menunjukkan nilai tertinggi yang dicapai yaitu saat substitusi agregat limbah beton sebanyak 25% terhadap berat agregat kasar yang diperlukan, dimana saatbenda uji berumur 14 dan 28 hari, kuat tarik belah mencapai 2.57 dan 2.97 MPa. Nilai kuat tarik belah terendah ditunjukkan saat substitusi agregat limbah beton sebanyak 100% terhadap berat kebutuhan agregat kasar sebesar 2.24 dan 2.67 MPa untuk masing-masing benda uji berumur umur 14 dan 28 hari.
PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN DAN BIAYA KONSTRUKSI OVERLAY MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN METODE SDPJL Gede Sumarda; I Gusti Ngurah Eka Partama; I Gede Bagus Bagia Bujana
Jurnal Teknik Gradien Vol 12 No 1 (2020): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/teknikgradien.v12i1.445

Abstract

Konstuksi lapis perkerasan jalan yang sudah mendekati batas akhir umur rencana harus direncanakan untuk meningkatkan kemampuan daya dukung dalam melayani volume lalulintas. Dua metode perhitungan lapis perkerasan tambahan (overlay) yang lazim digunakan yaitu Metode Analisa Komponen SKBI-2.3.26.1987 UDC:625.73-02 (Metode Analisa Komponen) dan Metode Software Desain Perkerasan Jalan Lentur (Metode SDPJL). Penelitian ini bertujuan untuk menghitung serta membandingkan struktur overlay dan biaya konstruksi berdasarkan Metode Analisa Komponen dan Metode SDPJL. Penelitian dilakukan pada Ruas Jalan Batas Kediri-Tanah Lot dengan pengambilan data sesuai kebutuhan untuk masing-masing metode tersebut. Hasil perhitungan struktur overlay untuk umur rencana 10 tahun dengan Metode Analisa Komponen didapat tebal overlay sebesar 17,50cm terdiri dari lapisan AC-WC tebal 4,00cm dan lapisan AC-BC tebal 13,50cm dan dengan Metode SDPJL didapat tebal overlay yang dibutuhkan 18,50cm terdiri dari lapisan AC-WC tebal 4,00cm, AC-BC tebal 6,00cm dan AC-Base tebal 8,50cm. Hasil analisa biaya kedua metode tersebut menunjukkan biaya konstruksi berdasarkan Metode Analisa Komponen lebih murah 20,73% dibandingkan dengan Metode SDPJL.
EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TUNGKUB KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG I Gusti Ngurah Eka Partama; I Wayan Diasa; I Made Tirta Adnyana
Jurnal Teknik Gradien Vol 12 No 2 (2020): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/teknikgradien.v12i2.456

Abstract

Daerah Irigasi Tungkub (DI Tungkub) yang berada di Badung merupakan daerah irigasi teknis dengan sumber air dari Bendung Tungkub, Daerah Aliran Sungai Sungi (DAS Sungi). DI Tungkub memiliki luas rencana 1.092ha dan luas fungsional 1.045ha sumber. Saat ini di Subak Tungkub Dalem dan Tungkub Lanyahan yang berada di sawah paling hilir masih mengalami kekurangan air. Saat ini pada DI Tungkub sebagian saluran sudah rusak dan sebagian tanpa pasangan batu. Agar komitmen petani mempertahankan ekosistem sawah tetap eksis, maka perlu dilakuan evaluasi kinerja jaringan irigasi DI Tungkub sebagai tindak lanjut dari pengelolaan Jaringan Irigasi Tungkub. Hasil evaluasi ini diharapkan dapat diambil langkah-langkah atau tindakan-tindakan dalam memanfaatkan air irigasi pada DI Tungkub sehingga efektif dan efisien. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan analisis ketersediaan air, analisis kebutuhan air, analisis water balance, analisis efisiensi penyaluran irigasi, analisis efektifitas irigasi. Data yang disiapkan yaitu dimensi saluran, debit pengaliran, curah hujan dan pola tanam. Penelitian ini mendapatkan DI Tungkub pada Masa Tanam 2019 kekurangan (defisit) air pada pada Bulan Nopember-Desember 2018 dan Bulan Juli–Oktober 2019 dengan defisit tertinggi pada Bulan September 2019 sebesar 1.215,56lt/dt. Kelebihan (surplus) air terjadi Bulan Januari-Juli 2019 dengan surplus tertinggi terjadi pada Bulan Maret 2019, sebesar 1.620,01lt/dt. Nilai efisiensi pengaliran sebesar 87,46% menunjukkan saluran primer pada DI Tungkub memiliki nilai efiesiensi pengaliran dibawah standar saluran perimer yang disyaratkan sebesar 90%, sehingga perlu dilakukan peningkatan atau perbaikan saluran eksisting dari BT.1 sampai BL.1. Nilai Efektifitas irigasi sebesar 95,69% menunjukkan saluran primer pada DI Tungkub termasuk kriteria masih efektif.