Naziyah Naziyah
Unknown Affiliation

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Analisis Asuhan Keperawatan Luka Kaki Diabetikum pada Ny.S dan Ny.Y dengan Penggunaan Alginet sebagai Balutan Sekunder pada Fase Proliferasi di Klinik Wocare Center Bogor Dhea Khumaera; Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 3 (2023): Volume 6 No 3 Maret 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i3.8803

Abstract

ABSTRAK Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan pangkreas sudah tidak lahi menghasilkan insulin secara optimal, komplikasi pada penderita DM yaitu luka kaki diabetic. Neuropati diabetikum menjadi factor risiko utama terjadinya ulkus pada kaki. Hilangnya sensasi nyeri akan merusak kaki secara langsung(Detty et al., 2020). Dalam proses penyembuhan luka diperlukan metode balutan modern dressing yang didasarkan pada prinsip lingkungan yang lembab untuk mengoptimalkan proses penyembuhan luka (Amiatussolihah, 2021). Salah satu balutan yang digunakan dalam peraawatan luka adalah alginate sebagai balutan sekunder. Tujan penelitian ini utuk mengalisa hasil dari perawatan luka dengan menggunakan alginate sebagai balutan sekunder. Metode penelitian menggunakan case study, sampel yang digunakan adalah 2 klien dengan menggunakan Instrumen pengkajian luka yang digunakan WINNERS Scale. Hasil dari penelitian ini adalah perawatan luka modern dengan alginate efektif digunakan pada luka kaki diabetik dengan eksudat sedang sampai banyak. Kesimpulannya adalah perawatan luka harus diimbangi dengan kadar gula darah yang terkontrol dan nutrisi yang baik sehingga diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan lagi hal tersebut. Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Luka Kaki Diabetik, Modern Dressing, Alginate  ABSTRACT Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease caused by the pancreas no longer producing insulin optimally, complications in people with Diabetes Mellitus are diabetic foot injuries. Diabetic neuropathy is a major risk factor for foot ulcers. The loss of the painful sensation will directly affect the feet (Detty, Fitriani, Prasetya &; Florentina, 2020). In the process of treating injuries, modern dressing procedures are needed which are based on the principle of a moist area to maximize the process of treating injuries. (Aminatus Sholihah, A., 2021). One of the dressings used in the treatment of injuries is alginate as a secondary dressing. The purpose of this research is to analyze the results of injury treatment using alginate as a secondary dressing. The research procedure uses a case study, the illustration used is 2 clients using the injury evaluation instrument used WINNERS Scale. The result of this research is a modern injury treatment with alginate Efficient for use in diabetic foot injuries with moderate to heavy exudation. In conclusion, the treatment of injuries must be balanced with controlled blood sugar levels and good nutrition so that it is hoped that health workers will pay more attention to this matter. Keywords: Diabetes Mellitus, Diabetic Foot Wounds, Modern Dressing, Alginate.
Analisis Asuhan Keperawatan melalui Intervensi penggunaan Balutan Foam Dressing Sekunder pada pasien Ny. S Dan Tn. A dengan diagnosis medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) di Klinik Home Care Setia Indah Puspitasari Dewi; Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 3 (2023): Volume 6 No 3 Maret 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i3.8828

Abstract

ABSTRAK International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019 mengatakan bahwa diabetes merupakan salah satu issue di dunia kesehatan yang telah mencapai tahap “alarming”. Saat ini hampir setengah juta penduduk (463 juta) dunia yang mengidap diabetes. pada tahun 2019 dan diperkiraan prevelensi meningkat pada tahun 2045 menjadi 700 juta orang menderita diabetes (IDF, 2019). Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing (Angriani, 2020). Salah satu balutan yang sering digunakan adalah balutan foam dressing sekunder. Tujuan penelitian untuk menganalisa hasil dari perawatan luka modern dengan penggunaan foam dressing sebagai balutan sekunder. Metode penelitian menggunakan case study, sampel yang digunakan adalah 2 klien dengan menggunakan instrument pengkajian luka yang digunakan WINNERS Scale. Hasil dari penelitian ini adalah perawatan luka modern dengan foam dressing efektif digunakan pada luka kaki diabetik dengan eksudat banyak sampai sedang. Kesimpulan adalah perawatan luka harus diimbangi dengan kadar gula darah yang terkontrol dan nutrisi yang baik sehingga diharapkan kepada petugas pelayanan Kesehatan agar lebih memperhatikan lagi hal tersebut. Kata Kunci: International Diabetes Federation, Metode Perawatan Luka, Modern Dressing, Foam Dressing Sekunder  ABSTRACT The International Diabetes Federation (IDF) in 2019 said that diabetes is an issue in the world of health that has reached the "alarming" stage. Currently, almost half a million people (463 million) in the world have diabetes. in 2019 and it is estimated that the prevalence will increase in 2045 to 700 million people suffering from diabetes (IDF, 2019). The current wound care method is using the principle of moisture balance, which is said to be more effective than conventional methods. Wound care using the principle of moisture balance is known as the modern dressing method (Angriani, 2020). One of the most frequently used dressings is secondary foam dressing. The aim of this study was to analyze the results of modern wound care using foam dressing as a secondary dressing. The research method uses a case study, the sample used is 2 clients using the wound assessment instrument used the WINNERS Scale. The result of this study is that modern wound care with foam dressings is effective in diabetic foot wounds with a lot of to moderate exudate. The conclusion is that wound care must be balanced with controlled blood sugar levels and good nutrition so it is hoped that health care workers will pay more attention to this Keywords: International Diabetes Federation, Methods of Wound Care, Modern Dressing, Secondary Foam Dressing
Analisis Intervensi Keperawatan Penggunaan Polyurethane Foam sebagai Secondary Dressing dan Terapi Ozone Bagging pada Fase Proliferasi Pasien Ny. E dan Tn. D Dengan Diagnosa Medis Diabetic Foot Ulcer Diklinik Wocare Kota Bogor Dithya Ema Maulidha; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 3 (2023): Volume 6 No 3 Maret 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i3.8807

Abstract

ABSTRAK  Saat ini ada >500 jenis modern wound dressing salah satunya Polyurethane foam, Polyurethane foam adalah Balutan berfungsi untuk menyerap cairan yang dapat digunakan sebagai balutan primer dan sekunder. Saat ini sudah banyak terapi komplementer untuk pengobatan ulkus diabetik yang dapat dipadukan dengan perawatan luka modern. Salah satu terapi yang dianjurkan adalah terapi kantong ozon karena relatif murah. Analisis keperawatan intervensi dengan terapi polyurethane foam secondary dressing dan ozone bagging  pada pasien proliferatif Ny .E dan Tn. D, didiagnosis ulkus kaki diabetik di Klinik Wocare Center di Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif. Setelah dilakukkan penggunaan polyurethane foam pada Ny. E dan Tn. D sebagai secondary dressing pada fase proliferasi, dapat dibuktikan dengan perubahan ukuran luka pada pasien Tn. D saat kunjungan ke-4, dan Jumlah eksudat pada luka Ny. E saat kunjungan ke-6, dengan jaringan granulasi mencapai 100%. Pada intervensi penggunaan polyurethane foam dan terapi ozone bagging pada jaringan dengan luka diabetic foot ulcer saat fase proliferasi sangat efektif untuk menangani diabetic foot ulcer dibuktikan dengan perubahan dalam ukuran luka dan jumlah eksudat dengan menggunakan winner scale score. Kata Kunci: Diabetic Foot Ulcer, Polyurethane Foam, Ozzone Bagging  ABSTRACT Currently there are > 500 types of modern wound dressings, one of which is Polyurethane foam, Polyurethane foam is a dressing that functions to absorb fluids that can be used as primary and secondary dressings. Currently, there are many complementary therapies for diabetic ulcer management that can be combined with modern wound care. One of the recommended therapies is ozone bagging therapy, because ozone bagging therapy is relatively inexpensive. To analyze nursing care through interventions using polyurethane foam as secondary dressing and ozone bagging therapy in the proliferative phase of patient Ny. E and Mr. D with a medical diagnosis of diabetic foot ulcer at the Wocare Center clinic, Bogor City. The research method used in this case study is a descriptive method. After using polyurethane foam on Mrs. E and Mr. D as a secondary dressing in the proliferative phase, as evidenced by changes in wound size in Tn's patients. D at the fourth visit, and the amount of exudate on Mrs. E at the sixth visit, with granulation tissue reaching 100%. the intervention using polyurethane foam and ozone bagging therapy on tissues with diabetic foot ulcer wounds during the proliferative phase is very effective for treating diabetic foot ulcers as evidenced by changes in wound size and amount of exudate using the winner scale score. Keywords: Diabetic Foot Ulcer, Polyurethane Foam, Ozzone Bagging
Analisis Intervensi Keperawatan sebagai Chloramphenicol Zalf Sebagai Primary Dressing pada Fase Proliferasi Luka pada Pasien Nn. D dan Ny. F dengan Diagnosis Medis Post OP Appendicitis di RS Uki Jakarta Timur Wilda Tamara Sagala; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 4 (2023): Volume 6 No 4 April 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i4.8894

Abstract

ABSTRAK Apendisitis menurut Smeltzer & Barre (2018) adalah inflamasi akut pada kuadran bawah dari rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Salah satu komplikasi dari apendisitis adalah perforasi apendiks, peritonitis, dan abses. Luka pascabedah apendisitis harus ditangani dengan baik dan benar, metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip moisture balance (Angriani, 2020). Kloramfenikol salep berfungsi untuk menghambat pembentukan ikatan peptida. ( Katzung, 2018). Menganalisis asuhan keperawatan luka pascabedah apendisitis pada Nn. D dan Ny. F dengan penggunaan kloramfenikol salep sebagai pengobatan primer di Ruang Bougenville RS UKI. Tindakan keperawatan di mulai tanggal 20 September dan 05 Oktober 2022 di Ruang Bougenville RS UKI. Implementasi pada diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit dilakukan perawatan luka modern dressing. Kloramfenikol salep adalah antibiotik broad-spectrum yang berkhasiat bakteriostik terhadap gram positif aerob maupun anaerob dan bakteri gram negatif, sehingga sering digunakan pada keadaan luka yang terinfeksi oleh bakteri. Perawatan luka modern dengan kloramfenikol salep terbukti mempercepat proses penyembuhan luka pada Nn. D dan Ny. F, terlihat efek yang signifikan dikarenakan proses penyembuhan luka akut yang sesuai dengan waktu penyembuhan luka. Perawatan luka harus diimbangi dengan aktivitas yang terkontrol dan nutrisi yang baik sehingga diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan lagi hal tersebut. Kata Kunci: Apendisitis, Luka Pascabedah, Modern Dressing, Kloramfenikol Salep  ABSTRACT Appendicitis according to Smeltzer & Barre (2018) is an acute inflammation of the lower quadrant of the abdominaxl cavity and the most common cause for emergency abdominal surgery. One of the complications of appendicitis is appendix perforation, peritonitis, and abscess. Postoperative appendicitis wounds must be handled properly and correctly, the method of wound care that is currently developing is to use the principle of moisture balance (Angriani, 2020). Chloramphenicol ointment functions to inhibit the formation of peptide bonds.(Katzung, 2018). To analyze postoperative wound care for appendicitis in Ms. D and Mrs. F with the use of chloramphenicol ointment as primary treatment in the Bougenville Room at UKI Hospital. Nursing actions started on September 20 and October 5, 2022 at the Bougenville Room of UKI Hospital. The implementation of nursing diagnoses of impaired skin integrity was carried out by modern wound dressings. Chloramphenicol ointment is a broad-spectrum antibiotic which has bacteriostic properties against gram-positive aerobic and anaerobic and gram-negative bacteria, so it is often used in conditions where wounds are infected by bacteria. Modern wound care with chloramphenicol ointment has been proven to speed up the wound healing process in Ms. D and Mrs. F, there is a significant effect due to the acute wound healing process which is in accordance with the wound healing time. Wound care must be balanced with controlled activities and good nutrition so it is hoped that health care workers will pay more attention to this. Keywords: Appendicitis, Postoperative Wounds, Modern Dressing, Chloramphenicol Ointment
HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KEPATUHAN PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS KELURAHAN RAGUNAN mirrayani khoirunissa; Naziyah naziyah; Intan Asri Nurani
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Volume 7, Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v7i1.5520

Abstract

Menurut Kementerian Kesehatan RI, 265 juta penduduk Indonesiaatau yang menderita hipertensi berusia di atas 18 tahun. Penderita hipertensi dapat mengontrol kondisinya dengan memantau tekanan darah, menurunkan berat badan, mengubah pola makan, mengurangi konsumsi garam, berolahraga, mengelola stres, berhenti merokok, dan minum obat sesuai dengan petunjuk dokter. Self Efficacy merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seberapa baik kepatuhan masyarakat dalam menjalani pengobatan tekanan darah tinggi. Meningkatkan self-efficacy dapat membantu orang dengan hipertensi mematuhi rejimen perawatan diri mereka lebih dekat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan Self efficacy dengan kepatuhan perawatan diri pada penderita hipertensi. Desain cross-sectional dan deskripsi kuantitatif. Tampilan bagian. Sembilan puluh empat pasien hipertensi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dalam metode ini, kami mengambil sampel dari seluruh populasi. Kepatuhan perawatan diri dan kuesioner self-efficacy digunakan sebagai instrumen penelitian. Alpha Cronbach untuk kuesioner ini berkisar antara 0,924 hingga 0,999, menunjukkan tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Statistik deskriptif dan uji chi-square digunakan untuk menilai data. Menunjukan Self efficacy setengahnya responden dalam kategori tinggi (51,1%). Kepatuhan perawatan diri hipertensi diperoleh setengahnya responden dalam kategori patuh (54,3%). Berdasarkan uji statistic chi-square menunjukan ada hubungan antara Self Efficacy dengan Kepatuhan Perawatan Diri Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Ragunan Provinsi DKI Jakarta. ρ-value=0,000 (<0,05). Self Efficacy berhubungan dengan Kepatuhan Perawatan Diri Pada Penderita Hipertensi. Saran bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dalam bentuk desain experimen dan jumlah sampel yang lebih banyak agar dapat diperoleh hasil yang akurat.
Hubungan Tingkat Stress, Kecemasan dan Depresi Terhadap Kejadian Cyberbullying Pada Siswa Kelas IX di SMP Muhammadiyah Pabuaran Zahra Azizzah; Naziyah Naziyah; Rizki Hidayat
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 6 (2023): Volume 5 Nomor 6 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i6.8844

Abstract

ABSTRACT The prevalence of cyberbullying in Indonesia is increasing where in 2017 84% of children aged 12-17 years have experienced bullying cases and most of the bullying cases were found. is cyberbullying. One of the impacts that can occur is the psychological impact, namely Stress, Anxiety and Depression. This study aims to determine the relationship between levels of stress, anxiety and depression on the incidence of cyberbullying in class IX students at SMP Muhammadiyah Pabuaran. Correlation descriptive design uses a cross-sectional approach. The time of research is from November to December 2022. The technique uses the accidental sampling method. The data was collected by distributing DASS questionnaires and Cyberbullying and Cyber Agreesion Survey questionnaires to 77 respondents. Statistical test using the Chi-Square test. The results showed that there was a relationship between the level of stress, anxiety and depression towards cyberbullying events, with the results of stress on cyberbullying p-value = 0.000, anxiety towards cyberbullying p-value = 0.000 and depression towards cyberbullying p-value = 0.002. There is a relationship between levels of stress, anxiety and depression on the incidence of cyberbullying in class IX students at SMP Muhammadiyah Pabuaran. It is expected that students can use social media wisely, such as making good comments, not offending, avoiding harsh words and not spreading information related to SARA (Ethnicity, Religion and Race) and pornography on social media. For future researchers, it is expected to add a variable type of cyberbullying, so that it is easier to classify the type of cyberbullying being carried out. Keywords: Cyberbullying, Depression, Anxiety, Stress  ABSTRAK Prevelensi cyberbullying di Indonesia semakin mengalami peningkatan dimana pada tahun 2017 sebesar 84% anak usia 12-17 tahun pernah mengalami kasus bullying dan Sebagian besar kasus bullying yang ditemukan adalah cyberbullying. Salah satu dampak yang dapat terjadi adalah dampak psikologis yaitu Stress, Kecemasan dan Depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui Hubungan tingkat stress, kecemasan dan depresi terhadap kejadian cyberbullying pada siswa kelas IX di SMP Muhammadiyah PabuaranPenelitian desain deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross-sectional. Waktu penelitian pada bulan November hingga desember 2022. Teknik menggunakan metode Accidental sampling. Data yang dikumpulkan dengan cara menyebarkan angket kuesioner DASS dan kuesioner Cyeberbullying and Cyber Agreesion Survey kepada 77 responden. Uji stastitik menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan tingkat stress, kecemasan dan depresi terhadap kejadian cyberbullying, dengan hasil stress terhadap cyberbullying p ‑value = 0,000, kecemasan terhadap cyberbullying p-value = 0,000 dan depresi terhadap cyberbullying p-value = 0,002. Ada hubungan antara tingkat stress, kecemasan dan depresi terhadap kejadian cyberbullying pada siswa kelas IX di SMP Muhammadiyah Pabuaran. Diharapkan siswa dapat menggunakan media sosial dengan bijak, seperti berkomentar yang baik, tidak menyinggung, hindari kata kata kasar dan tidak menyebarkan informasi yang berhubungan dengan SARA (Suku, Agama, dan Ras) dan pornografi di media sosial. Untuk peneliti selanjutnya Diharapkan agar menambahkan variable jenis cyberbullying, agar lebih mudah untuk mengklasifikasi jenis cyberbullying yang dilakukan. Kata Kunci: Cyberbullying, Depresi, Kecemasan, Stress
Hubungan Pengetahuan Diet Rendah Garam dengan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas Kelurahan Ragunan Halidah Zainal Arivin; Naziyah Naziyah; Cholisah Suralaga
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 7 (2023): Volume 5 Nomor 7 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i7.9060

Abstract

 ABSTRACT Blood pressure is the energy needed by blood to supply blood vessels and circulate blood throughout the body. Hypertension is not an ordinary disease, hypertension is known as the "Silent Disease". elderly population with age less than ≥ 75 years was 63.8% in 2013 and the incidence of hypertension cases increased by 69.5% in 2018. Hypertensive patients should have knowledge about the hypertension diet, especially for a low salt diet or reduce consumption. This study aims to determine the relationship between knowledge of a low-salt diet and blood pressure in elderly people with hypertension at the Ragunan District Health Center. This research is a quantitative study using a cross-sectional design. The sample used in this study was 96 elderly using a non-probability sampling technique using a purposive sampling method, using a low-salt diet knowledge questionnaire. The results of the Chi-Square test showed that there was a significant relationship between knowledge of a low-salt diet and the blood pressure of elderly people with hypertension at the Ragunan Village Community Health Center. There is a relationship between knowledge of a low-salt diet and blood pressure in elderly people with hypertension at the Ragunan District Health Center Keywords: Hypertension, Blood Pressure, Low Salt Diet Knowledge  ABSTRAK                                                     Tekanan darah merupakan energi yg dibutuhkan darah agar bisa mensuplai  bantuan ke pembuluh darah serta meredarkan darah untuk seluruh  tubuh.Hipertensi bukanlah penyakit yang biasa, hipertensi dikenal dengan  “Silent disease”. populasi usia lanjut  dengan usia kurang leebih ≥ 75 tahun sebanyak 63,8% pada tahun 2013 serta angka kejadian kasus hipertensi meningkat sebanyak 69,5% di tahun 2018. Pasien hipertensi sebaiknya mempunyai pengetahuan tentang diet hipertensi khususnya untuk diet   rendah   garam atau mengurangi konsumsi. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan diet rendah garam dengan tekanan darah lansia penderita hipertensi di Puskesmas Kelurahan Ragunan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan  desain crosssectional design.Sampel yang digunakan  dalam penelitian ini sebanyak 96 lansia  menggunakan teknik  non probability sampling dengan menggunakan metode purposive sampling, menggunakan kuesioner pengetahuan diet rendah garam. Hasil uji Chi-Square menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan diet rendah garam dengan tekanan darah lansia penderita hipertensi di Puskesmas Kelurahan Ragunan diketahui bahwa hasil dari uji korelasi chi square person  P value=0,010 lebih kecil dari P value <0,05). Ada hubungan antara pengetahuan diet rendah garam dengan tekanan darah lansia penderita hipertensi di Puskesmas Kelurahan Ragunan Kata Kunci: Hipertensi, Tekanan Darah, Pengetahuan Diet Rendah Garam
Efektivitas Kompres Hangat pada Lansia terhadap Penurunan Nyeri Gout Arthritis di Posbindu Kemuning Baktijaya Depok Sari Ananda Putri; Naziyah Naziyah; Cholisa Suralaga
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 7 (2023): Volume 5 Nomor 7 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i7.9047

Abstract

ABSTRACT A metabolic condition known as gouty arthritis or gout is characterized by acute joint inflammation caused by the formation of crystallized uric acid. Uric acid levels are elevated in some people who consume purine-rice foods. There are many different factors that contribute to gouty arthritis, such as eating habits that increase uric acid levels and a diet high in purines. Losing weight, drinking plenty of water, avoiding foods that can cause gouty arthritis are ways to prevent it. To examine the effect of warm compress on decreasing pain in elderly with arthritis gout at Posbindu Kemuning Baktijaya Depok. This study used a pre and post test quasy-experiment design. The sample amounted to 32 patients with gouty arthritis. The sampling technique used purposive sampling technique. The research instrument consists of a Numeric Rating Scale and warm compresses. The data were analyzed using the Wilxocon test to determine the effectiveness of warm compresses on the elderly on reducing gouty arthritis pain in Posbindu Kemuning Baktijaya, Depok City. The results of the Asymp Sign value =0.000 or (p value 0.005) show that Ha is accepted and Ho is rejected, this study shows that warm compresses are effective in reducing pain in elderly people wth gouty arthritis at Posbindu Kemuning Baktijaya Depok. Patients with gouty arthritis can effectively manage their pain by applying warm compresses.  It is hoped that warm compresses can be applied independently by elderly people with gouty arhritis. Keywords: Gout Arthritis, Warm Compress, Pain  ABSTRAK Suatu kondisi metabolik yang dikenal sebagai artritis gout atau asam urat ditandai dengan inflamasi sendi akut yang disebabkan oleh pembentukan asam urat yang mengkristal. Kadar asam urat meningkat pada beberapa orang yang mengonsumsi makanan kaya purin. Ada banyak faktor berbeda yang berkontribusi terhadap artritis gout, seperti kebiasaan makan yang meningkatkan kadar asam urat dan diet tinggi purin. Menurunkan berat badan, minum banyak air putih, menghindari makanan yang dapat  menyebabkan gout arthritis adalah cara-cara pencegahannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah kompres hangat efektif dalam menurunkan nyeri gout arthritis pada lansia di Posbindu Kemuning Baktijaya Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain quasy-experiment pra dan pasca test. Sampel berjumlah 32 pasien gout arthritis. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling technique. Instrument penelitian terdiri dari Numeric Rating Scale dan kompres hangat. Data dianalisis menggunakan uji wilxocon untuk mengetahui efektivitas kompres hangat pada lansia terhadap penurunan nyeri gout arthritis di Posbindu Kemuning Baktijaya Kota Depok.Dengan hasil nilai Asymp Sign = 0,000 atau (p value 0,005) menunjukan Ha diterima dan Ho ditolak, penelitian ini menunjukan kompres hangat efektif menurunkan nyeri pada lansia penderita artritis gout di Posbindu Kemuning Baktijaya Depok. Penderita gout arthritis secara efektif dapat mengatasi rasa sakitnya dengan melakukan kompres hangat. Kata Kunci: Gout Arthritis, Kompres Hangat, Nyeri
Analisis Asuhan Keperawatan dengan Intervensi Penggunaan Polyurethane Foam sebagai Balutan Sekunder Pada Fase Proliferasi Pada Pasien Tn. M, Ny. N dan Ny. E dengan Ulkus Dekubitus di Wocare Center Kota Bogor Imas Ganda Sari; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 10 (2023): Volume 6 No 10 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i10.11400

Abstract

ABSTRAK Ulkus dekubitus merupakan suatu keadaan dimana ada kerusakan jaringan setempat atau luka yang diakibatkan oleh tekanan dari luar yang berlebihan, dan pada umumnya terjadi pada pasien yang menderita penyakit kronik yang sering berbaring lama di tempat tidur. Masalah keperawatan utama yang ditemukan pada saat pengkajian terhadap pasien Tn. M, Ny. N dan Ny. E adalah gangguan intergritas kulit/jaringan, yang dibuktikan dengan adanya data subjektif dan objektif pada gejala dan tanda mayor berupa adanya ulkus dekubitus. Menganalisis asuhan keperawatan dengan intervensi penggunaan Polyurethane foam sebagai balutan sekunder pada fase proliferasi pada pasien dengan ulkus dekubitus.  Studi kasus dengan menganalisis penggunaan polyurethane foam sebagai balutan sekunder pada pasien dengan ulkus dekubitus di Wocare Center Bogor. Berdasarkan case study yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa polyuretahne foam mampu membantu proses penyembuhan luka pada fase proliferasi dan epitalisasi menjadi lebih cepat dan dapat menurunkan produksi eksudat. Kata Kunci: Polyurethane Foam, Fase Proliferasi, Ulkus Dekubitus  ABSTRACT Decubitus ulcers are a condition where there is local tissue damage or injury caused by excessive external pressure, and generally occur in patients suffering from chronic illnesses who often lie in bed for a long time. The main nursing problem discovered during the assessment of Mr. M, Mrs. N and Mrs. E is a disturbance of skin/tissue integrity, as evidenced by subjective and objective data on major symptoms and signs in the form of decubitus ulcers. To analyze nursing care with interventions using polyurethane foam as a secondary dressing in the proliferation phase in patients with decubitus ulcers. Case study analyzing the use of polyurethane foam as a secondary dressing in patients with decubitus ulcers at the Wocare Center Bogor. Based on the case study that has been carried out, the author concludes that polyurethane foam is able to help the wound healing process in the proliferation and epithelial phases faster and can reduce exudate production. Keywords: Polyurethane Foam, Proliferative Phase, Decubitus Ulcer
Analisis Asuhan Keperawatan dengan Intervensi Penggunaan Sabun Antiseptik Chloroxylenol sebagai Cairan Pencuci Luka pada Kasus Kritikal Kolonisasi pada TN. S, NY. M dan NY. S dengan Diabetic Foot Ulcer di Wocare Center Putri Aulia Nabila; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 10 (2023): Volume 6 No 10 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i10.11395

Abstract

ABSTRAK Komplikasi dari Diabetes Melitus yang paling banyak ditemukan yaitu Diabetic foot ulcer. Diabetic foot ulcer disebabkan oleh kontrol glikemik yang buruk, neuropati, penyakit pembuluh darah perifer serta perawatan kaki yang buruk. Pada pencucian luka diabetic foot ulcer salah satu yang efektif untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi bakteri adalah sabun antiseptik. Dapat digunakan sebagai cairan pencuci luka yang berfungsi membunuh kuman dan bakteri sehingga mendukung proses penyembuhan luka.Tujuan penelitian  Menganalisis asuhan keperawatan melalui intervensi penggunaan sabun antiseptik chloroxylenol sebagai cairan pencuci luka pada kasus kritikal kolonisasi pada Tn. S, Ny. M dan Ny. S dengan diabetic foot ulcer di wocare center. Metode penelitian menggunakan observasi dan wawancara, sampel menggunakan 3 klien dengan menggunakan instrument pengkajian luka yaitu WINNERS Scale. Hasil dari penelitian Sabun antiseptik digunakan pada Tn S, Ny. M dan Ny. S sebanyak 2 kali dengan frekuensi perawatan 3 hari sekali. Perubahan luka dapat dilihat setelah penggunaan sabun antiseptik masing-masing pada klien Tn. S yaitu eksudat sedang menjadi sedikit, jaringan granulasi dari 50% menjadi 100% dan epitelisasi dari 20% menjadi 25%. Pada Ny. M eksudat banyak menjadi sedang, jaringan granulasi dari 90% menjadi 95% dan epitelisasi dari 70% menjadi 75%. Pada Ny. S jaringan granulasi dari 10% menjadi 25%, epitelisasi 5% dan eksudat sedang. Kesimpulan pada penelitian ini Penggunaan sabun antiseptik efektif mendukung proses penyembuhan luka dan penurunan derajat luka. Penggunaan sabun antiseptik sebagai bahan acuan berbasis evidence base practice. Kata Kunci : Diabetes Melitus, Diabetic Foot Ulcer, Sabun Antiseptik  ABSTRACT The most common complication of diabetes mellitus is diabetic foot ulcer. Diabetic foot ulcers are caused by poor glycemic control, neuropathy, peripheral vascular disease and poor foot care. In washing diabetic foot ulcer wounds, one that is effective for removing dirt and reducing bacteria is antiseptic soap. It can be used as a wound washing liquid which functions to kill germs and bacteria so that it supports the wound healing process. Purpose To analyze nursing care through the intervention of using chloroxylenol antiseptic soap as a wound washing fluid in critical cases of colonization on Mr. S, Mrs. M and Mrs. S with diabetic foot ulcer in wocare center. Method used observation and interviews, the sample used 3 clients using a wound assessment instrument, namely the WINNERS Scale. Results Antiseptic soap was used on Mr.S, Mrs. M and Mrs. S 2 times with a treatment frequency of 3 days. Changes in the wound can be seen after using each antiseptic soap on the client Mr. S namely moderate exudate, granulation tissue from 50% to 100% and epithelialization from 20% to 25%. At Mrs. Mo exudate to moderate, granulation tissue from 90% to 95% and epithelialization from 70% to 75%. At Mrs. S granulation tissue from 10% to 25%, epithelialization 5% and moderate exudate. Conclusions The use of antiseptic soaps effectively supports the wound healing process and reduces the degree of injury. The use of antiseptic soap as a reference material based on evidence base practice. Keywords : Diabetes Mellitus, Diabetic Foot Ulcer, Antiseptic Soap.