Naziyah Naziyah
Unknown Affiliation

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Jurnal Kreativitas PKM

Analisis Asuhan Keperawatan Luka Kaki Diabetikum pada Ny.S dan Ny.Y dengan Penggunaan Alginet sebagai Balutan Sekunder pada Fase Proliferasi di Klinik Wocare Center Bogor Dhea Khumaera; Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 3 (2023): Volume 6 No 3 Maret 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i3.8803

Abstract

ABSTRAK Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan pangkreas sudah tidak lahi menghasilkan insulin secara optimal, komplikasi pada penderita DM yaitu luka kaki diabetic. Neuropati diabetikum menjadi factor risiko utama terjadinya ulkus pada kaki. Hilangnya sensasi nyeri akan merusak kaki secara langsung(Detty et al., 2020). Dalam proses penyembuhan luka diperlukan metode balutan modern dressing yang didasarkan pada prinsip lingkungan yang lembab untuk mengoptimalkan proses penyembuhan luka (Amiatussolihah, 2021). Salah satu balutan yang digunakan dalam peraawatan luka adalah alginate sebagai balutan sekunder. Tujan penelitian ini utuk mengalisa hasil dari perawatan luka dengan menggunakan alginate sebagai balutan sekunder. Metode penelitian menggunakan case study, sampel yang digunakan adalah 2 klien dengan menggunakan Instrumen pengkajian luka yang digunakan WINNERS Scale. Hasil dari penelitian ini adalah perawatan luka modern dengan alginate efektif digunakan pada luka kaki diabetik dengan eksudat sedang sampai banyak. Kesimpulannya adalah perawatan luka harus diimbangi dengan kadar gula darah yang terkontrol dan nutrisi yang baik sehingga diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan lagi hal tersebut. Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Luka Kaki Diabetik, Modern Dressing, Alginate  ABSTRACT Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease caused by the pancreas no longer producing insulin optimally, complications in people with Diabetes Mellitus are diabetic foot injuries. Diabetic neuropathy is a major risk factor for foot ulcers. The loss of the painful sensation will directly affect the feet (Detty, Fitriani, Prasetya &; Florentina, 2020). In the process of treating injuries, modern dressing procedures are needed which are based on the principle of a moist area to maximize the process of treating injuries. (Aminatus Sholihah, A., 2021). One of the dressings used in the treatment of injuries is alginate as a secondary dressing. The purpose of this research is to analyze the results of injury treatment using alginate as a secondary dressing. The research procedure uses a case study, the illustration used is 2 clients using the injury evaluation instrument used WINNERS Scale. The result of this research is a modern injury treatment with alginate Efficient for use in diabetic foot injuries with moderate to heavy exudation. In conclusion, the treatment of injuries must be balanced with controlled blood sugar levels and good nutrition so that it is hoped that health workers will pay more attention to this matter. Keywords: Diabetes Mellitus, Diabetic Foot Wounds, Modern Dressing, Alginate.
Analisis Asuhan Keperawatan melalui Intervensi penggunaan Balutan Foam Dressing Sekunder pada pasien Ny. S Dan Tn. A dengan diagnosis medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) di Klinik Home Care Setia Indah Puspitasari Dewi; Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 3 (2023): Volume 6 No 3 Maret 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i3.8828

Abstract

ABSTRAK International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019 mengatakan bahwa diabetes merupakan salah satu issue di dunia kesehatan yang telah mencapai tahap “alarming”. Saat ini hampir setengah juta penduduk (463 juta) dunia yang mengidap diabetes. pada tahun 2019 dan diperkiraan prevelensi meningkat pada tahun 2045 menjadi 700 juta orang menderita diabetes (IDF, 2019). Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing (Angriani, 2020). Salah satu balutan yang sering digunakan adalah balutan foam dressing sekunder. Tujuan penelitian untuk menganalisa hasil dari perawatan luka modern dengan penggunaan foam dressing sebagai balutan sekunder. Metode penelitian menggunakan case study, sampel yang digunakan adalah 2 klien dengan menggunakan instrument pengkajian luka yang digunakan WINNERS Scale. Hasil dari penelitian ini adalah perawatan luka modern dengan foam dressing efektif digunakan pada luka kaki diabetik dengan eksudat banyak sampai sedang. Kesimpulan adalah perawatan luka harus diimbangi dengan kadar gula darah yang terkontrol dan nutrisi yang baik sehingga diharapkan kepada petugas pelayanan Kesehatan agar lebih memperhatikan lagi hal tersebut. Kata Kunci: International Diabetes Federation, Metode Perawatan Luka, Modern Dressing, Foam Dressing Sekunder  ABSTRACT The International Diabetes Federation (IDF) in 2019 said that diabetes is an issue in the world of health that has reached the "alarming" stage. Currently, almost half a million people (463 million) in the world have diabetes. in 2019 and it is estimated that the prevalence will increase in 2045 to 700 million people suffering from diabetes (IDF, 2019). The current wound care method is using the principle of moisture balance, which is said to be more effective than conventional methods. Wound care using the principle of moisture balance is known as the modern dressing method (Angriani, 2020). One of the most frequently used dressings is secondary foam dressing. The aim of this study was to analyze the results of modern wound care using foam dressing as a secondary dressing. The research method uses a case study, the sample used is 2 clients using the wound assessment instrument used the WINNERS Scale. The result of this study is that modern wound care with foam dressings is effective in diabetic foot wounds with a lot of to moderate exudate. The conclusion is that wound care must be balanced with controlled blood sugar levels and good nutrition so it is hoped that health care workers will pay more attention to this Keywords: International Diabetes Federation, Methods of Wound Care, Modern Dressing, Secondary Foam Dressing
Analisis Intervensi Keperawatan Penggunaan Polyurethane Foam sebagai Secondary Dressing dan Terapi Ozone Bagging pada Fase Proliferasi Pasien Ny. E dan Tn. D Dengan Diagnosa Medis Diabetic Foot Ulcer Diklinik Wocare Kota Bogor Dithya Ema Maulidha; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 3 (2023): Volume 6 No 3 Maret 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i3.8807

Abstract

ABSTRAK  Saat ini ada >500 jenis modern wound dressing salah satunya Polyurethane foam, Polyurethane foam adalah Balutan berfungsi untuk menyerap cairan yang dapat digunakan sebagai balutan primer dan sekunder. Saat ini sudah banyak terapi komplementer untuk pengobatan ulkus diabetik yang dapat dipadukan dengan perawatan luka modern. Salah satu terapi yang dianjurkan adalah terapi kantong ozon karena relatif murah. Analisis keperawatan intervensi dengan terapi polyurethane foam secondary dressing dan ozone bagging  pada pasien proliferatif Ny .E dan Tn. D, didiagnosis ulkus kaki diabetik di Klinik Wocare Center di Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif. Setelah dilakukkan penggunaan polyurethane foam pada Ny. E dan Tn. D sebagai secondary dressing pada fase proliferasi, dapat dibuktikan dengan perubahan ukuran luka pada pasien Tn. D saat kunjungan ke-4, dan Jumlah eksudat pada luka Ny. E saat kunjungan ke-6, dengan jaringan granulasi mencapai 100%. Pada intervensi penggunaan polyurethane foam dan terapi ozone bagging pada jaringan dengan luka diabetic foot ulcer saat fase proliferasi sangat efektif untuk menangani diabetic foot ulcer dibuktikan dengan perubahan dalam ukuran luka dan jumlah eksudat dengan menggunakan winner scale score. Kata Kunci: Diabetic Foot Ulcer, Polyurethane Foam, Ozzone Bagging  ABSTRACT Currently there are > 500 types of modern wound dressings, one of which is Polyurethane foam, Polyurethane foam is a dressing that functions to absorb fluids that can be used as primary and secondary dressings. Currently, there are many complementary therapies for diabetic ulcer management that can be combined with modern wound care. One of the recommended therapies is ozone bagging therapy, because ozone bagging therapy is relatively inexpensive. To analyze nursing care through interventions using polyurethane foam as secondary dressing and ozone bagging therapy in the proliferative phase of patient Ny. E and Mr. D with a medical diagnosis of diabetic foot ulcer at the Wocare Center clinic, Bogor City. The research method used in this case study is a descriptive method. After using polyurethane foam on Mrs. E and Mr. D as a secondary dressing in the proliferative phase, as evidenced by changes in wound size in Tn's patients. D at the fourth visit, and the amount of exudate on Mrs. E at the sixth visit, with granulation tissue reaching 100%. the intervention using polyurethane foam and ozone bagging therapy on tissues with diabetic foot ulcer wounds during the proliferative phase is very effective for treating diabetic foot ulcers as evidenced by changes in wound size and amount of exudate using the winner scale score. Keywords: Diabetic Foot Ulcer, Polyurethane Foam, Ozzone Bagging
Analisis Intervensi Keperawatan sebagai Chloramphenicol Zalf Sebagai Primary Dressing pada Fase Proliferasi Luka pada Pasien Nn. D dan Ny. F dengan Diagnosis Medis Post OP Appendicitis di RS Uki Jakarta Timur Wilda Tamara Sagala; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 4 (2023): Volume 6 No 4 April 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i4.8894

Abstract

ABSTRAK Apendisitis menurut Smeltzer & Barre (2018) adalah inflamasi akut pada kuadran bawah dari rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Salah satu komplikasi dari apendisitis adalah perforasi apendiks, peritonitis, dan abses. Luka pascabedah apendisitis harus ditangani dengan baik dan benar, metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip moisture balance (Angriani, 2020). Kloramfenikol salep berfungsi untuk menghambat pembentukan ikatan peptida. ( Katzung, 2018). Menganalisis asuhan keperawatan luka pascabedah apendisitis pada Nn. D dan Ny. F dengan penggunaan kloramfenikol salep sebagai pengobatan primer di Ruang Bougenville RS UKI. Tindakan keperawatan di mulai tanggal 20 September dan 05 Oktober 2022 di Ruang Bougenville RS UKI. Implementasi pada diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit dilakukan perawatan luka modern dressing. Kloramfenikol salep adalah antibiotik broad-spectrum yang berkhasiat bakteriostik terhadap gram positif aerob maupun anaerob dan bakteri gram negatif, sehingga sering digunakan pada keadaan luka yang terinfeksi oleh bakteri. Perawatan luka modern dengan kloramfenikol salep terbukti mempercepat proses penyembuhan luka pada Nn. D dan Ny. F, terlihat efek yang signifikan dikarenakan proses penyembuhan luka akut yang sesuai dengan waktu penyembuhan luka. Perawatan luka harus diimbangi dengan aktivitas yang terkontrol dan nutrisi yang baik sehingga diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan lagi hal tersebut. Kata Kunci: Apendisitis, Luka Pascabedah, Modern Dressing, Kloramfenikol Salep  ABSTRACT Appendicitis according to Smeltzer & Barre (2018) is an acute inflammation of the lower quadrant of the abdominaxl cavity and the most common cause for emergency abdominal surgery. One of the complications of appendicitis is appendix perforation, peritonitis, and abscess. Postoperative appendicitis wounds must be handled properly and correctly, the method of wound care that is currently developing is to use the principle of moisture balance (Angriani, 2020). Chloramphenicol ointment functions to inhibit the formation of peptide bonds.(Katzung, 2018). To analyze postoperative wound care for appendicitis in Ms. D and Mrs. F with the use of chloramphenicol ointment as primary treatment in the Bougenville Room at UKI Hospital. Nursing actions started on September 20 and October 5, 2022 at the Bougenville Room of UKI Hospital. The implementation of nursing diagnoses of impaired skin integrity was carried out by modern wound dressings. Chloramphenicol ointment is a broad-spectrum antibiotic which has bacteriostic properties against gram-positive aerobic and anaerobic and gram-negative bacteria, so it is often used in conditions where wounds are infected by bacteria. Modern wound care with chloramphenicol ointment has been proven to speed up the wound healing process in Ms. D and Mrs. F, there is a significant effect due to the acute wound healing process which is in accordance with the wound healing time. Wound care must be balanced with controlled activities and good nutrition so it is hoped that health care workers will pay more attention to this. Keywords: Appendicitis, Postoperative Wounds, Modern Dressing, Chloramphenicol Ointment
Analisis Asuhan Keperawatan dengan Intervensi Penggunaan Polyurethane Foam sebagai Balutan Sekunder Pada Fase Proliferasi Pada Pasien Tn. M, Ny. N dan Ny. E dengan Ulkus Dekubitus di Wocare Center Kota Bogor Imas Ganda Sari; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 10 (2023): Volume 6 No 10 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i10.11400

Abstract

ABSTRAK Ulkus dekubitus merupakan suatu keadaan dimana ada kerusakan jaringan setempat atau luka yang diakibatkan oleh tekanan dari luar yang berlebihan, dan pada umumnya terjadi pada pasien yang menderita penyakit kronik yang sering berbaring lama di tempat tidur. Masalah keperawatan utama yang ditemukan pada saat pengkajian terhadap pasien Tn. M, Ny. N dan Ny. E adalah gangguan intergritas kulit/jaringan, yang dibuktikan dengan adanya data subjektif dan objektif pada gejala dan tanda mayor berupa adanya ulkus dekubitus. Menganalisis asuhan keperawatan dengan intervensi penggunaan Polyurethane foam sebagai balutan sekunder pada fase proliferasi pada pasien dengan ulkus dekubitus.  Studi kasus dengan menganalisis penggunaan polyurethane foam sebagai balutan sekunder pada pasien dengan ulkus dekubitus di Wocare Center Bogor. Berdasarkan case study yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa polyuretahne foam mampu membantu proses penyembuhan luka pada fase proliferasi dan epitalisasi menjadi lebih cepat dan dapat menurunkan produksi eksudat. Kata Kunci: Polyurethane Foam, Fase Proliferasi, Ulkus Dekubitus  ABSTRACT Decubitus ulcers are a condition where there is local tissue damage or injury caused by excessive external pressure, and generally occur in patients suffering from chronic illnesses who often lie in bed for a long time. The main nursing problem discovered during the assessment of Mr. M, Mrs. N and Mrs. E is a disturbance of skin/tissue integrity, as evidenced by subjective and objective data on major symptoms and signs in the form of decubitus ulcers. To analyze nursing care with interventions using polyurethane foam as a secondary dressing in the proliferation phase in patients with decubitus ulcers. Case study analyzing the use of polyurethane foam as a secondary dressing in patients with decubitus ulcers at the Wocare Center Bogor. Based on the case study that has been carried out, the author concludes that polyurethane foam is able to help the wound healing process in the proliferation and epithelial phases faster and can reduce exudate production. Keywords: Polyurethane Foam, Proliferative Phase, Decubitus Ulcer
Analisis Asuhan Keperawatan dengan Intervensi Penggunaan Sabun Antiseptik Chloroxylenol sebagai Cairan Pencuci Luka pada Kasus Kritikal Kolonisasi pada TN. S, NY. M dan NY. S dengan Diabetic Foot Ulcer di Wocare Center Putri Aulia Nabila; Naziyah Naziyah
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 10 (2023): Volume 6 No 10 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i10.11395

Abstract

ABSTRAK Komplikasi dari Diabetes Melitus yang paling banyak ditemukan yaitu Diabetic foot ulcer. Diabetic foot ulcer disebabkan oleh kontrol glikemik yang buruk, neuropati, penyakit pembuluh darah perifer serta perawatan kaki yang buruk. Pada pencucian luka diabetic foot ulcer salah satu yang efektif untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi bakteri adalah sabun antiseptik. Dapat digunakan sebagai cairan pencuci luka yang berfungsi membunuh kuman dan bakteri sehingga mendukung proses penyembuhan luka.Tujuan penelitian  Menganalisis asuhan keperawatan melalui intervensi penggunaan sabun antiseptik chloroxylenol sebagai cairan pencuci luka pada kasus kritikal kolonisasi pada Tn. S, Ny. M dan Ny. S dengan diabetic foot ulcer di wocare center. Metode penelitian menggunakan observasi dan wawancara, sampel menggunakan 3 klien dengan menggunakan instrument pengkajian luka yaitu WINNERS Scale. Hasil dari penelitian Sabun antiseptik digunakan pada Tn S, Ny. M dan Ny. S sebanyak 2 kali dengan frekuensi perawatan 3 hari sekali. Perubahan luka dapat dilihat setelah penggunaan sabun antiseptik masing-masing pada klien Tn. S yaitu eksudat sedang menjadi sedikit, jaringan granulasi dari 50% menjadi 100% dan epitelisasi dari 20% menjadi 25%. Pada Ny. M eksudat banyak menjadi sedang, jaringan granulasi dari 90% menjadi 95% dan epitelisasi dari 70% menjadi 75%. Pada Ny. S jaringan granulasi dari 10% menjadi 25%, epitelisasi 5% dan eksudat sedang. Kesimpulan pada penelitian ini Penggunaan sabun antiseptik efektif mendukung proses penyembuhan luka dan penurunan derajat luka. Penggunaan sabun antiseptik sebagai bahan acuan berbasis evidence base practice. Kata Kunci : Diabetes Melitus, Diabetic Foot Ulcer, Sabun Antiseptik  ABSTRACT The most common complication of diabetes mellitus is diabetic foot ulcer. Diabetic foot ulcers are caused by poor glycemic control, neuropathy, peripheral vascular disease and poor foot care. In washing diabetic foot ulcer wounds, one that is effective for removing dirt and reducing bacteria is antiseptic soap. It can be used as a wound washing liquid which functions to kill germs and bacteria so that it supports the wound healing process. Purpose To analyze nursing care through the intervention of using chloroxylenol antiseptic soap as a wound washing fluid in critical cases of colonization on Mr. S, Mrs. M and Mrs. S with diabetic foot ulcer in wocare center. Method used observation and interviews, the sample used 3 clients using a wound assessment instrument, namely the WINNERS Scale. Results Antiseptic soap was used on Mr.S, Mrs. M and Mrs. S 2 times with a treatment frequency of 3 days. Changes in the wound can be seen after using each antiseptic soap on the client Mr. S namely moderate exudate, granulation tissue from 50% to 100% and epithelialization from 20% to 25%. At Mrs. Mo exudate to moderate, granulation tissue from 90% to 95% and epithelialization from 70% to 75%. At Mrs. S granulation tissue from 10% to 25%, epithelialization 5% and moderate exudate. Conclusions The use of antiseptic soaps effectively supports the wound healing process and reduces the degree of injury. The use of antiseptic soap as a reference material based on evidence base practice. Keywords : Diabetes Mellitus, Diabetic Foot Ulcer, Antiseptic Soap.
Penyuluhan Manajemen Luka Kaki Diabetik dalam Situasi Pandemic Covid -19 pada Tenaga Kesehatan di Cilegon Banten Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah; Amanda Rizki
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 10 (2023): Volume 6 No 10 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i10.11532

Abstract

ABSTRAK Luka Kaki diabetik merupakan penyakit vaskular mikroangiopati dan salah satu komplikasi kronik utama diabetes melitusyang terkait 16 makroangiopati, mikroangiopati, neuropat. Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) jumlah total populasi 9 penderita diabetes tipe 1 dan 2 mencapai 3% dari total jumlah populasi penduduk di seluruh dunia. Prevalensinya sekitar 4-10% di antara populasi penderita diabetes melitus, dengan insiden mengalami luka kaki diabetik selama masa hidup penderitanya mencapai 25%. Luka kaki diabetik dalam jangka waktu yang lama juga memberi dampak negatif pada konsep diri pasien, penghargaan diri sendiri, kualitas hidup, Kesehatan fisik dan emosi, harapan pasien untuk sembuh serta tingkat spiritual pasien. Adapun salah satu dampak dari luka kaki diabetik yaitu amputasi yang dimana itu seharusnya menjadi usaha terakhir yang dilakukan untuk mengatasi persoalan menyelamatkan kaki diabetik. Adapun tujuan Penyuluhan Manajemen Luka Terkini Pada Luka Kaki Diabetik  Dalam Situasi Pandemic Covid -19 bagi Para Tenaga Kesehatan di Jakarta selatan dapat mengetahui Manajemen perawatan luka terkini di situasi pandemic covid 19, memberikan edukasi kepada masyarakat tentang upaya promosi, prevensi dan lurasi di bidang Kesehatan kulit di situasi pandemic covid 19, mampu memahami perawatan luka berbasis lembab (Moist), Mampu melaksanakan asuhan keperawatan  berupa upaya promotive preventif dan kuratif dan rehabilitative di situasi covid 19. Diperlukan penilaian luka secara menyeluruh meliputi penilaian terhadap faktor predisposisi, faktor prognosis dan penampilan luka. Dokumentasikan hasil penilaian luka secara sistematis. Manajemen luka berbeda untuk tiap jenis luka dan tahapan penyembuhan luka. Lakukan penilaian kembali (re-assessment) secara periodik untuk menyesuaikan penatalaksanaan yang akan diberikan. Kata Kunci: Perawatan Luka Terkini, Luka Kaki Diabetik  ABSTRACT Diabetic foot ulcers are a microangiopathic vascular disease and one of the main chronic complications of diabetes mellitus associated with macroangiopathy, microangiopathy, and neuropathies. The World Health Organization (WHO) estimates that the total population of 9 people with type 1 and 2 diabetes reaches 3% of the total population worldwide. Its prevalence is around 4-10% among the population with diabetes mellitus, with the incidence of experiencing diabetic foot sores during the sufferer's lifetime reaching 25%. Diabetic foot wounds in the long term also have a negative impact on the patient's self-concept, self-esteem, quality of life, physical and emotional health, the patient's hope for recovery and the patient's spiritual level. As for one of the effects of diabetic foot wounds, namely amputation which should be the last resort made to overcome the problem of saving diabetic feet. The aim of Counseling on the Latest Wound Management on Diabetic Foot Wounds in a Pandemic Covid -19 Situation for Health Workers in South Jakarta can find out the latest Wound care Management in a situation of the Covid 19 pandemic, provide education to the public about promotion of efforts, prevention and resolution in the field of Skin health in the covid 19 pandemic situation, able to understand moisture-based wound care (Moist), able to carry out pain relief in the form of preventive and curative and rehabilitative promotive efforts in the covid 19 situation. A thorough wound assessment is required including an assessment of predisposing factors, prognostic factors and wound appearance. Document the results of wound judgment in a systematic manner. Wound management is different for each type of wound and the stages of wound healing. Carry out periodic re-assessments to adjust the management that will given. Keywords: Latest Wound Care, Diabetic Foot Wound
Penyuluhan Senam Kaki Diabetik sebagai Pencegahan Luka Kaki Diabetik pada Tenaga Kesehatan di Karawang Banten Rizki Hidayat; Naziyah Naziyah; Amanda Rizki
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 10 (2023): Volume 6 No 10 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i10.11534

Abstract

ABSTRAK Neuropati perifer merupakan sebuah penyakit yang mempengaruhi saraf serta menyebabkan gangguan sensasi, gerakan, dan aspek kesehatan lainnya tergantung pada saraf yang terkena. Peripheral Artery Disease (PAD) atau penyakit arteri perifer adalah penyakit pada ekstremitas bawah karena terjadinya penyumbatan arteri yang disebabkan oleh atherosklerosis. Kelainan bentuk kaki disebabkan oleh neuropati diabetes sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan kulit saat berjalan. Imunopati terlibat dalam kerentanan yang ada pada pasien diabetes terhadap infeksi serta potensi untuk meningkatkan respons normal inflamasi. Gejala awal neuropati perifer meliputi : rasa nyeri, kesemutan, mati rasa dikaki, tubuh lemah atau hilang keseimbangan dan luka dikaki yang tidak disadari penyebabnya segera lakukan pemeriksaan medis dan menghubungi tenaga medis agar resiko terjadinya komplikasi akibat neuropati perifer dapat dicegah (Indriyani, 2019).  Adapun tujuan Penyuluhan Senam Kaki Diabetik  Sebagai Pencegahan Luka Kaki Diabetik  Pada  Tenaga Kesehatan  di Karawang  Banten adalah agar tenaga kesehatan mengetahui mengenai senam kaki sebagai upaya promosi, dan prevensi di bidang pelayanan Kesehatan. Tenaga Kesehatan mampu memahami senam kaki Mampu meminimalisir kejadian luka kaki. Dalam melakukan senam kaki, sangat penting untuk memahami faktor-faktor yang memperberat resiko terjadinya luka, Perhatikan status kesehatan umum dan adanya penyakit-penyakit tertentu pada pasien yang dapat mempengaruhi resiko terjadinya luka, Dokumentasikan hasil penilaian luka secara sistematis, Manajemen senam kaki sangat penting untuk pencegahan luka. Kata Kunci : Senam kaki Diabetik, Luka Kaki Diabetik  ABSTRACT Peripheral neuropathy is a disease that affects the nerves and causes disturbances in sensation, movement, and other aspects of health depending on the nerves affected. Peripheral Artery Disease (PAD) or peripheral arterial disease is a disease of the lower extremities due to blockage of the arteries caused by atherosclerosis. Foot deformities caused by diabetic neuropathy result in increased skin pressure when walking. Immunopathy is implicated in the existing susceptibility of diabetic patients to infection as well as the potential to enhance the normal inflammatory response. Early symptoms of peripheral neuropathy include: pain, tingling, numbness in the legs, weakness or loss of balance and leg injuries that are not recognized as the cause, immediately do a medical examination and contact medical personnel so that the risk of complications due to peripheral neuropathy can be prevented (Indriyani, 2019). The purpose of counseling on diabetic foot exercise as a prevention of diabetic foot injury to health workers in Karawang, Banten is for health workers to know about foot exercise as a means of promotion and prevention in the field of health services. Health workers are able to understand foot exercises Able to minimize the incidence of foot injuries. In doing foot exercises, it is very important to understand the factors that increase the risk of injury, Pay attention to general health status and the presence of certain diseases in patients that can affect the risk of injury, Document the results of systematic wound assessment. Management of foot exercises is very important for wound prevention. Keywords: Diabetic foot exercise, Diabetic Foot Injury