p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Teknik Sipil
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEMPAWAH ahmad muhtadi; gusti zulkifli mulki; - elvira
Jurnal Teknik Sipil Vol 17, No 2 (2017): JURNAL TEKNIK SIPIL EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.799 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v17i2.28386

Abstract

Penyediaan RTH khususnya di wilayah perkotaan harus memperhatikan fungsinya secara efektif baik dari sisi ekologis maupun sisi planologis. Posisi RTH seharusnya memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses pembangunan suatu wilayah, bukan hanya sebagai elemen pelengkap dalam wilayah perkotaan . Kota Mempawah sebagai salah satu ibu kota kabupaten dengan pembangunan yang terus meningkat mengakibatkan kebutuhan akan ruang semakin tinggi yang berdampak langsung pada penataan lingkungan perkotaan yang kurang baik. Saat ini hampir seluruh kota besar di Indonesia termasuk Kota Mempawah belum memiliki kawasan RTH yang memadai dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mereduksi dan bermanfaat untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan juga berfungsi sebagai sarana interaksi sosial bagi masyarakat.Tujuan Penelitian adalah mengidentifikasi kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) eksisting di Kota Mempawah, menghitung kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Mempawah melalui beberapa variabel dan Memetakan lokasi potensial untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) didasarkan pada hasil analisis kebutuhan ruang dan potensi wilayah Kota Mempawah.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif,  metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.Hasil penelitian yang didapat : Berdasarkan hasil analisis berdasarkan luasan RTH publik di Kota mempawah untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka masih dibutuhkan lahan 5.060 Ha (19,17% dari luas wilayah Kota Mempawah). Ketersedian ruang terbuka hijau di Kota Mempawah dengan Pendekatan Ruang Terbuka berdasarkan kebutuhan oksigen dengan luasan 66,611 Ha pada Kota Mempawah dengan presentase luasan 26,17%, maka RTH publik yang telah ada pada wilayah Kota Mempawah masih jauh dari persyaratan tersebut, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka masih dibutuhkan lahan  47 Ha  (19,17% dari luas wilayah Kota Mempawah). Berdasarkan hasil analisis jumlah penduduk, kebutuhan RTH Kota Mempawah didapatkan 12,98 Ha, RTH publik yang telah ada pada wilayah Kota Mempawah sudah cukup dan terdapat kelebihan luasan 7 Ha. Berdasarkan Hasil Analisis SNI , Kebutuhan RTH Kota Mempawah didapatkan 14,55 Ha serta terdapat kelebihan RTH publik dengan luasan 5 Ha.  Kata Kunci : Ruang Terbuka, Publik
PEMODELAN TINGKAT KERUSAKAN JALAN BETON DENGAN SISA USIA LAYAN STUDI KASUS KOTA PONTIANAK Sulistiyo Priyatno; - Elvira
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 2 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL VOL 16 NO 2 EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtst.v16i2.34884

Abstract

Konstruksi jalan yang menggunakan konstruksi fleksibel (lentur) yang biasa digunakan kurang bisa memenuhi target umur rencana jalan (usia layan jalan). Beban kendaraan, genangan air dan air pasang menjadi penyebab utama kerusakan jalan, dan Pemerintah Kota Pontianak dalam hal ini mencoba mengatasi permasalahan dengan menggunakan jenis perkerasan kaku/jalan beton, untuk menjaga keawetan usia layan jalan dan meningkatkan kualitas daya dukung jalan. Terdapat beberapa ruas jalan yang telah dilakukan pembetonan, ditemukan beberapa kerusakan yang dapat mempengaruhi kekuatan dan usia layan struktur perkerasan. Program penanganan jalan selalu timbul dilema terhadap upaya memaksimalkan kinerja jalan dan dana yang tersedia. Hal ini mengarah kepada pentingnya strategi penanganan yang tepat sehingga dapat direncanakan suatu pola penanganan serta prediksi kebutuhan dan penggunaan alokasi dana yang optimal. Pertumbuhan kendaraan dan jenisnya sangatlah cepat. Beban yang dipikul oleh ruas jalan di Kota Pontianak juga bertambah. Dengan kondisi yang ada, perlu diteliti berapa besar kuat layan perkerasan kaku/Jalan beton semen dalam menghadapi beban kerja yang harus dipikul. Dalam penelitian tesis ini akan dicari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kerusakan jalan beton yang ada dan dijabarkan dalam bentuk pemodelan berupa sebuah persamaan regresi. Lingkup penelitian dilakukan pada pemeriksaan kekuatan beton yang pada jalan beton, evaluasi kekuatan beberapa setelah pelaksanaan konstruksi dan analisis usia layan perkerasan kaku di ruas jalan Purnama, jalan Wonobaru, jalan Danau Sentarum, jalan Natakusuma, jalan Suwignyo dan jalan Kom Yos Sudarso. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang menjelaskan atau menerangkan keadaan subyek penelitian disertai oleh fakta dan teori yang mendukung. Dan metode pembahasan yang digunakan adalah penjabaran bahasan dari sesuatu yang umum menuju khusus yang nantinya akan ditarik kesimpulan, disebut metode deduktif (analisis) – induktif (sintesis).
KAJIAN PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERUMAHAN DI KABUPATEN KUBU RAYA, KECAMATAN SUNGAI RAY Maranatha Yohanes Sinaga; Gusti Zulkifli Mulki; - Marsudi; - Elvira
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 2 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL VOL 16 NO 2 EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.24 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v16i2.25704

Abstract

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian penting dari struktur pembentuk kota. Ruang Terbuka Hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu Fungsi estetika dan Fungsi Ekologis. Ruang terbuka hijau pada  perumahan pada dasarnya memiliki fungsi pokok sebagai pendukung utama keberlanjutan kehidupan masyarakat di perumahan tersebut sehingga kebutuhan akan keberadaan Ruang terbuka Hijau sangatlah penting seperti pemenuhan kecukupan akan oksigen, menjadi salah satu daerah resapan air dan menjadi salah satu alrtenatif untuk berekreasi ataupun sekedar bersantai di daerah perumahan yang ditinggali .Akan tetapi seiring dengan perkembangan  perumahan, para pengembang tidak terlalu memandang pentingnya RTH, disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk pemenuhan Ruang Terbuka Hijau untuk masyarakat didalam perumahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan distribusi Ruang serta pengembangan Terbuka Hijau terutama pada kawasan Perumahan Hosana Fhileo, Bhayangkara dan Borneo Residence Khatulistiwa  yang sesuai sehingga dihasilkan sebuah konsep pengembangan Ruang Terbuka Hijau yang sesuai dengan fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis suatu pemukiman yang juga sesuai. Analisa permasalahan Ruang Terbuka Hijau digunakan metode deskriptif analisis. Untuk menemukan faktor penyebab kurangnya pengembangan Ruang Terbuka Hijau.Hasil dari penelitian ini adalah sebuah konsep sebagai arahan dalam upaya Pengembangan ruang terbuka hijau pada kawasan perumahan yang ada di kabupaten Kubu Raya , yang mampu berfungsi ekologis secara maksimal namun tetap memperhatikan nilai estetika dan nilai sosial, budaya dan ekonomi dari ruang terbuka hijau. Konsep ruang terbuka hijau pada kawasan perumahan  berupa taman, tempat bermain, kolam air sebagai penurun suhu dan minimal satu pohon pada masing masing rumah dimana konsep-konsep tersebut tetap mencirikan lokalitas kawasan melalui penggunaan vegetasi lokal. Dengan adanya kajian pengembangan ruang terbuka hijau pada perumahan maka diharapkan menjadi Role Model/Acuan dalam Pengembangan perumahan yang ada di kabupaten Kubu RayaKata Kunci:Pengembangan, Acuan, Konsep, Kajian dan Ruang Terbuka Hijau.
KAJIAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN PERKOTAAN KETAPANG BERBASIS TATA RUANG (Studi Kasus Kawasan Kumuh Nelayan Delta Pawan - Harsusani; Eka Priadi; - Elvira
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 1 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL VOL 16 NO 1 EDISI JUNI 2016
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.228 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v16i1.26973

Abstract

Penataan dan penanganan lingkungan permukiman kumuh kota meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang besrsih, indah, harmonis dan ramah. Kajian yang akan diterapkan dalam penataan permukiman yang berlokasi di Kota Ketapang Kecamatan Delta Pawan Khususnya Kelurahan Sampit, adalah Pengembangan Permukiman Perkotaan kawasan kumuh nelayan yang tertata rapi dan indah serta layak huni di lingkungan permukiman kelas masyarakat berpenghasilan rendah seperti nelayan yang mana sesuai dengan kebijakan kebijakan tata ruang. Dengan merancang pengembangan permukiman yang ideal dan layak huni serta ramah terhadap lingkungan diharapkan dapat mengurangi tingkat hunian kekumuhan, semerautan, pencemaran lingkungan, polusi udara, limbah masyarakat dan pemanasan global yang sekarang ini menjadi masalah di dunia. Untuk konsep tatanan kawasan pada zoning kawasan daerah sarana dan prasarana di tempatkan ditengah - tengah kawasan perumahan. Dalam perancangan sistem sirkulasi kawasan kumuh nelayan, memisahkan antara sirkulasi jalan buat kendaraan roda 2 (dua) baik sepeda dan pejalan kaki akan di bangun diantara rumah penduduk dengan sungai beserta dermaga tambahan kapal nelayan. Dengan memberikan akses pejalan kaki yang khusus di setiap sepanjang tepian sungai, maka para pejalan kaki akan merasakan aman dan nyaman, selain itu juga dapat digunakan sebagai tempat berolahraga. Pada kajian perkembangan pemukiman ini menggunakan konsep waterfront city. Waterfront city dapat berperan mengendalikan suasana sehingga mempengaruhi kenyamanan bagi manusia, seperti pengontrol suh, angin,  serta kelembaban suatu kawasan. Kata kunci :  Tata Ruang, kumuh, dan aksesbilitas.
HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DENGAN MODULUS ELASTISITAS TERHADAP USIA BETON UNTUK BERBAGAI VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER Leonova Leonova; - Elvira; Eka Priadi
Jurnal TEKNIK SIPIL Vol 21, No 1 (2021): JURNAL TEKNIK SIPIL EDISI JUNI 2021
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtsft.v21i1.50661

Abstract

Berbagai literatur yang kita jumpai memuat hubungan antara kuat tekan beton dengan modulus elastisitas. Namun hubungan antara kedua tersebut untuk usia beton 28 hari atau lebih. Kenyataan di lapangan sering kali mengharuskan beton terutama beton mutu tinggi sudah harus dibebani sebelum usia 28 hari bahkan pada sebagian kasus usia beton yang sangat muda yaitu pada usia 2 atau 3 hari, misalnya pada pekerjaan sambungan basah (wet joint) segmental box girder.Untuk itu perlu diketahui hubungan antara kuat tekan beton dengan modulus elastisitas pada usia beton yang kurang dari 28 hari. Untuk itu penelitian ini mencoba menggali perkembangan peningkatan modulus elastisitas tersebut terhadap usia beton. Penelitian ini menggunakan metode ekperimen yang menggunakan benda uji berupa silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Variasi kuat tekan dicoba didekati dengan variasi penggunaan Superpalticizer. Hasil pengujian Kuat tekan beton menunjukkan bahwa variasi penggunaan Superplasticizer dengan kadar 0,60 %, 0,80 % dan 1,00 % terhadap berat semen tidak secara signifikan mempengaruhi kuat tekan beton. Hal ini terjadi karena variasi penggunakaan superplasticizer yang digunakan tidak jauh berbeda. Fenomena yang sama terjadi pada pengujian modulus elastisitas. Variasi kadar superplaticizer yang digunakan tidak banyak mempengaruhi modulus elastisitas.Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa modulus elastisitas beton meningkat sejalan dengan peningkatan usia beton. Modulus elastisitas beton pada usia 1, 3, 14  hari sekitar 60%, 75% dan 93% dari modulus elastisitas beton pada usia 28 hari. Hal ini menunjukkan bahwa modulus elastisitas beton diusia muda (1 dan 3 hari) cukup besar. Peningkatan nilai modulus elastisitas berbanding lurus dengan peningkatan kuat tekan beton.   
PENATAAN KAWASAN TEPI SUNGAI DI KOTA SINTANG DARI PERSPEKTIF SENENTANG Sindi Arisona; - Elvira; - Rustamaji
Jurnal Teknik Sipil Vol 18, No 1 (2018): JURNAL TEKNIK SIPIL EDISI JUNI 2018
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.596 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v18i1.26694

Abstract

Senentang merupakan sebutan bagi sebuah tempat, yang lama-kelamaan berubah menjadi Sintang, yaitu nama dari Ibu Kota Kabupaten Sintang di Kawasan Timur Kalimantan Barat. Arti kata Senentang adalah tempat bertemu dua aliran sungai yang berbeda, yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Latar belakang penelitian ini lahir dari hasil pengamatan kawasan sungai, yang meskipun adalah sumber rujukan bagi nama Kota Sintang, namun tidak didukung oleh kondisi kawasan tepi sungainya. Maka dengan harapan agar makna Senentang tidak dilupakan. kata tersebut menjadi dasar konsep penataan yang mengacu pada konteks sungai dan sejarah kebudayaan. Sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi arahan dalam membentuk Identitas (Place Identity) Kota Sintang. Konsep Senentang diungkap melalui pendekatan analogi bentuk pertemuan dua sungai, yang menghasilkan empat rumusan konsep bentuk, yaitu berpola radial, terjadi proses penggabungan, terdapat faktor pembeda, dan adanya kombinasi elemen air dan darat. Sejarah kebudayaan memperlihatkan jenis kebudayaan yang memengaruhi perkembangan kota, yaitu Kebudayaan Dayak, Melayu, Jawa dan Tionghoa, yang kemudian menjadi faktor pembeda dalam rumusan hasil analogi sungai dari konsep ini. Dalam wujud fisik, bentuk-bentuk kebudayaan ditata dengan proses gradasi, yang semakin lama semakin melebur menjadi satu wujud bentuk yang menyatu. Pola kegiatan ditata dengan mengikuti aliran sungai, yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Pola tersebut dalam bentuk kegiatan perorangan, kelompok kecil, kelompok besar dan kegiatan penunjang, yang terjadi pembauran ketika tiba di pusat kawasan. Unsur persatuan berupa pusat orientasi kawasan, yaitu di tengah pertemuan dua sungai dan diwujudkan juga dengan landmark sebagai identitas kawasan, serta adanya konektivitas antar kawasan darat. Perwujudan elemen air dan darat, adalah memadukan kedua unsur tersebut dengan bentuk kolam di daratan dan lanting atau ponton yang berada di atas air sungai. Selain itu dengan membuat sebuah panggung pertunjukkan, yang terletak tepat di tengah pertemuan dua sungainya. Perkuatan tebing sungai menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam menata kawasan tepi sungai, untuk menunjang kegiatan yang diwadahi. Konsep Senentang, menghasilkan pilihan jenis konstruksi pelindung tebing sungai, yang ditentukan melalui hasil pengamatan terhadap foto kawasan penelitian di masa lalu. Yaitu berupa dua pola perlindungan yang terbagi menjadi empat jenis konstruksi. Adalah berupa Bioengineering dengan jenis tumbuhan yang memiliki kedekatan budaya terhadap penduduk Sintang, yaitu dengan usulan pohon Sengkuang dan Bungur. Kemudian pelindung tebing sungai tidak langsung, berupa krib dan konstruksi panggung serta konstruksi apung. Kata kunci: senentang, sungai, sejarah, place identity.
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN JEMBATAN KAPUAS 2 DI KABUPATEN KUBU RAYA Khatim Asy’ari; - Elvira
Jurnal Teknik Sipil Vol 18, No 1 (2018): JURNAL TEKNIK SIPIL EDISI JUNI 2018
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.433 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v18i1.29315

Abstract

Perubahan ruang dapat terjadi dikarenakan tidak terdapatnya penataan ruang seperti ruang terbuka hijau. Hal tersebut dapat dilihat pada salah satu daerah di Kabupaten Kubu Raya tepatnya di kawasan jembatan kapuas 2. Jembatan Kapuas 2 merupakan sarana alternatif yang digunakan masyarakat untuk melakukan mobilitas di daerah Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, sehingga keberadaan jembatan Kapuas 2 memiliki peran penting bagi masyarakat dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Kondisi eksisting jembatan Kapuas 2 yang dekat dengan pemukiman masyarakat. Hal tersebut menimbulkan dampak berupa potensi kumuh di sekitar kawasan jembatan Kapuas 2, dikarenakan terdapat lahan kosong di sekitar kawasan jembatan Kapuas 2, sehingga diperlukan untuk dikembangkannya ruang terbuka hijau agar peran dan fungsinya dapat lebih memberi manfaat bagi masyarakat. Pendekatan menggunakan deskriptif adalah penelitian yang  berusaha  untuk  menuturkan  pemecahan  masalah  yang  ada  sekarang berdasarkan data-data untuk dianalisis dan di interpretasikan. Penulis berusaha  untuk  menuturkan  pemecahan  masalah  yang berhubungan dengan penataan ruang terbuka hijau di kawasan jembatan kapuas 2. Analisis mengkaji permasalahan dalam penyediaan ruang terbuka hijau, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan ruang terbuka hijau dan mengkaji perencanaan dan penataan ruang terbuka hijau di kawasan jembatan kapuas 2 di Kabupaten Kubu Raya.Hasil penelitian adalah kondisi eksisiting yang terjadi pada kawasan jempatan kapuas 2 yaitu masih belum terencana dan kondisinya masih belum tertata dengan terdapatnya rumah penduduk semi permanen, kondisi sempadan sungai yang tidak terawat, terdapat semak belukar dan aktivitas kegiatan usaha disekitar kawasan jempatan kapuas 2. Faktor yang mempengaruhi pengembangan ruang terbuka hijau di kawasan Jembatan Kapuas 2 yaitu kegiatan pada ruang terbuka hijau pembangunan yang ada diarahkan untuk berkembang secara vertikal, pembagian letak tanah terbagi menjadi 15 bagian yang terbagi menjadi 4 sertifikat tanah dan 11 surat keterangan tanah. Konsep perencanaan lansekap akan mencakup: penciptaan kesan visual yang baik, suasana yang nyaman, teduh, dan dapat mewujudkan rasa aman bagi masyarakat, peningkatan nilai tambah lingkungan, baik secara estetis, psikologi maupun ekologis, memfungsikan kembali elemen/unsure pembentuk ruang-ruang terbuka maupun figure kawasan, penguatan bentuk struktur kawasan dan pengatur iklim mikro (micro climate), media konservasi tanah dan estetika kawasan, maupun filter terhadap udara kotor. Kata Kunci: Konsep, Jembatan Kapuas 2, Ruang Terbuka Hijau
ANALISA TINGKAT KEHILANGAN AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA GALAHERANG KABUPATEN MEMPAWAH Arief Wahyudi; - Elvira; - Nurhayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 15, No 2 (2015): JURNAL TEKNIK SIPIL VOL 15 NO 2 EDISI DESEMBER 2015
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.529 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v15i2.25631

Abstract

PDAM Tirta Galaherang Kabupaten Mempawah memiliki upaya untuk meningkatkan sistem penyediaan air minum. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menurunkan kehilangan air secara fisik. Persentase kehilangan air (Non Revenue Water) saat ini dalam sistem penyediaan air minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Galaherang adalah sebesar 49,7%. Hal tersebut tentunya sudah di bawah standar toleransi angka kebocoran air bersih PDAM secara nasional menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006, yaitu kehilangan air maksimal 20%. Tentunya untuk mencapai target tersebut tidaklah mudah, karena pada kenyataannya analisis jumlah kebocoran fisik di sistem penyediaan air minum sulit untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa, menyusun dan menetapkan strategi penurunan kehilangan air minum di sistem distribusi PDAM Tirta Galaherang Kabupaten Mempawah dengan melakukan analisis pada aspek teknis dengan menggunakan metode steptest yaitu teknik untuk mencari lokasi atau area dengan jumlah kehilangan air terbesar di dalam sebuah area. Cara ini lebih cepat dan efektif dalam menentukan area prioritas yang akan dicari titik bocornya. Steptest dilakukan dengan memasang flow meter portable pada pipa inlet untuk merekam aliran air. Kemudian valve di setiap ruas ditutup secara sistematik dan berurutan. Dengan metode ini, akan diketahui dengan pasti ruas mana yang terindikasi kehilangan airnya tertinggi. Hasil dari penelitian ini adalah menganalisis penurunan tingkat kebocoran dari 49,7% menjadi 43,61% dengan mencari kebocoran pada ruas zona yang telah ditentukan Kata kunci : Sistem distribusi, tingkat kebocoran pipa
KEANDALAN FISIK BANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS TANJUNGPURA BERDASARKAN ASPEK TEKNIS marion bakara; - Elvira; - Nurhayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 20, No 1 (2020): JURNAL TEKNIK SIPIL EDISI JUNI 2020
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtst.v20i1.43810

Abstract

Gedung perpustakaan merupakan salah satu infrastruktur yang wajib dibangun di perguruan tinggi, salah satunya di Universitas Tanjungpura sebagai salah satu wujud amanat Undang Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Infrastruktur tersebut telah dibangun dan telah digunakan.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keandalan fisik bangunan gedung berdasarkan aspek teknis meliputi arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas, dan tata bangunan dan lingkungan.Metode yang digunakan untuk menganalisis keandalan fisik bangunan gedung perpustakaan pusat Universitas Tanjungpura adalah metode deskriptif.Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan melakukan observasi terhadap obyek penelitian secara visual, kemudian dimasukkan ke dalam formulir isian survei yang sudah disiapkan, dilengkapi wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan bangunan gedung perpustakaan pusat Universitas Tanjungpura. Hasil penelitian menunjukkan, keandalan parsial aspek teknis meliputi aspek arsitektur andal dengan nilai keandalan 99,63%, aspek struktur andal dengan nilai keandalan 100%, aspek utilitas tidak andal dengan nilai keandalan 85,32%, aspek aksesibilitas kurang andal dengan nilai keandalan 90%, aspek tata bangunan dan lingkungan andal dengan nilai keandalan 100%.  Keandalan global dari lima aspek  teknis,  yaituaspek arsitektur, struktur, utilitas, dan aksesibilitas, serta tata bangunan dan lingkungan, sebesar 92,12%. Nilai ini menunjukkan fisik bangunan gedung perpustakaan pusat Universitas Tanjungpura kurang andal. Key words: aspek teknis,gedung perpustakaan, keandalan