Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Workshop Pembelajaran Interactive Bahasa Inggris di UPT SMAN 11 Banyuasin 2 Yuspar Uzer; Evi Rosmiyati; Marleni M; Yus Vernandes Uzer; Herlina H; Noviati N
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 2, No 1 (2023): Januari
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.518 KB) | DOI: 10.29103/njpc.v2i1.31

Abstract

Kegiatan PKM ini bertujuan mendeskripsikan Workshop Pembelajaran Interactive Bahasa Inggris di UPT SMAN 11 BANYUASIN 2 untuk meningkatkan hasil belajar dan melatih keterampilan berpikir Interactive siswa SMA. Kelayakan perangkat diukur dari validitas, kepraktisan dan efektivitas. Validitas perangkat dilihat dari penilaian ahli media dan ahli materi. Kepraktisan perangkat dilihat dari keterlaksanaan pembelajaran, respon dan minat siswa. menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berbahasa inggris. Dengan demikian, kegiatan ini menunjukkan bahwa multimedia interaktif berbasis inkuiri yang dikembangkan layak digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan melatih keterampilan berpikir kritis siswa dalam membaca Bahasa Inggris. 
Workshop Pembelajaran Interactive Bahasa Inggris di UPT SMAN 11 Banyuasin 2 Yuspar Uzer; Evi Rosmiyati; Marleni M; Yus Vernandes Uzer; Herlina H; Noviati N
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 2, No 1 (2023): Januari
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan PKM ini bertujuan mendeskripsikan Workshop Pembelajaran Interactive Bahasa Inggris di UPT SMAN 11 BANYUASIN 2 untuk meningkatkan hasil belajar dan melatih keterampilan berpikir Interactive siswa SMA. Kelayakan perangkat diukur dari validitas, kepraktisan dan efektivitas. Validitas perangkat dilihat dari penilaian ahli media dan ahli materi. Kepraktisan perangkat dilihat dari keterlaksanaan pembelajaran, respon dan minat siswa. menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berbahasa inggris. Dengan demikian, kegiatan ini menunjukkan bahwa multimedia interaktif berbasis inkuiri yang dikembangkan layak digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan melatih keterampilan berpikir kritis siswa dalam membaca Bahasa Inggris. 
Sosialisasi Metode Total Physical Response Komunikasi Bahasa Inggris Menggunakan Perangkat Multimedia di SMPN 16 Palembang Yus Vernandes Uzer; David Budi Irawan; Herlina H; Marleni M; Ferri Hidayad; Yuspar Uzer; Reza Syahbani
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 2, No 3 (2023): Juni
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.8225363

Abstract

Pemahaman Total Physical Response (TPR) Metode Total Physical Response adalah konsep pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh Prof. James J. Asher, seorang psikolog dari San Jose State College, California, AS pada pertengahan 60-an. Metode Total Physical Response adalah metode pengajaran bahasa yang dibangun berdasarkan koordinasi bicara dan tindakan. Metode ini berupaya mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik atau aktivitas motorik (Astutik & Aulina, 2017) atau dengan kata lain adanya saling koordinasi antara ucapan, tindakan, dan fisik (Aulia Rahman, 2014). James Asher mencatat bahwa manusia saat belajar bahasa, untuk pertama kalinya tampaknya lebih banyak mendengarkan daripada berbicara dan bahwa kegiatan mendengarkan disertai dengan respons fisik (mencapai, merasakan, bergerak, melihat, dan sebagainya). Ini juga memberi perhatian pada pembelajaran otak kanan. Dengan demikian, kelas TPR adalah kelas di mana para murid mendengar dan bertindak. Instruktur sangat langsung berkonsentrasi dalam tindakan (Amiruddin Asiddiqqi, 2014). Metode Aktivitas Total Physical Response (TPR) dalam Proses Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar dengan metode Total Physical Response (TPR) dapat dilakukan melalui, antara lain:1) Latihan imperatif, 2) Dialog atau percakapan (dialog percakapan), 3) Role Play (Main peran), 4) Presentasi dengan OHP atau LCD, 5) Kegiatan membaca dan menulis (Diah Setiyowati, 2003).
Sosialisasi Metode Total Physical Response Komunikasi Bahasa Inggris Menggunakan Perangkat Multimedia di SMPN 16 Palembang Yus Vernandes Uzer; David Budi Irawan; Herlina H; Marleni M; Ferri Hidayad; Yuspar Uzer; Reza Syahbani
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 2, No 3 (2023): Juni
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.8225363

Abstract

Pemahaman Total Physical Response (TPR) Metode Total Physical Response adalah konsep pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh Prof. James J. Asher, seorang psikolog dari San Jose State College, California, AS pada pertengahan 60-an. Metode Total Physical Response adalah metode pengajaran bahasa yang dibangun berdasarkan koordinasi bicara dan tindakan. Metode ini berupaya mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik atau aktivitas motorik (Astutik & Aulina, 2017) atau dengan kata lain adanya saling koordinasi antara ucapan, tindakan, dan fisik (Aulia Rahman, 2014). James Asher mencatat bahwa manusia saat belajar bahasa, untuk pertama kalinya tampaknya lebih banyak mendengarkan daripada berbicara dan bahwa kegiatan mendengarkan disertai dengan respons fisik (mencapai, merasakan, bergerak, melihat, dan sebagainya). Ini juga memberi perhatian pada pembelajaran otak kanan. Dengan demikian, kelas TPR adalah kelas di mana para murid mendengar dan bertindak. Instruktur sangat langsung berkonsentrasi dalam tindakan (Amiruddin Asiddiqqi, 2014). Metode Aktivitas Total Physical Response (TPR) dalam Proses Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar dengan metode Total Physical Response (TPR) dapat dilakukan melalui, antara lain:1) Latihan imperatif, 2) Dialog atau percakapan (dialog percakapan), 3) Role Play (Main peran), 4) Presentasi dengan OHP atau LCD, 5) Kegiatan membaca dan menulis (Diah Setiyowati, 2003).
Sosialisasi Metode Pembelajaran Role Play Dalam Peningkatan Komunikasi Bahasa Inggris Menggunakan Perangkat Multimedia di SMAN 8 Palembang Yuspar Uzer; Herlina H; Marleni M; Ferri Hidayad; Yus Vernandes Uzer; Reza Syahbani; Ali Akbar Zam
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 2, No 8 (2023): November (In Progress)
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.10081149

Abstract

Role playing merupakan pementasan drama yang sangat sederhana. Peran diambil dari kehidupan sehari-hari (bukan imajinatif). Role playing merupakan langkah awal dalam pengajaran drama. Dari role playing dapat dicapai aspek perasaan, sikap, nilai, persepsi, keterampilan pemecahan masalah, dan pemahaman terhadap pokok permasalahan. Para murid berpartisipasi sebagai pemain dengan peran tertentu atau sebagai pengamat bergantung dari tujuan-tujuan dari penerapan metode  “role playing is the acting of roles decided upon in advanced, for such purpose as recreating historical scenes of the past, possible event of the future, significant current events, or imaginary situations at any place or time”. Dapat diartikan bahwa bermain peran adalah memerankan dari suatu keputusan peraturan yang teratur, untuk tujuan seperti menciptakan kembali adegan sejarah dari peristiwa masa lalu, memungkinkan peristiwa yang akan datang, peristiwa nyata yang signifikan, atau situasi imajiner di setiap tempat atau waktu.
Sosialisasi Metode Story Teling Dalam Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris Menggunakan Perangkat Multimedia di SMK Muhamdiyah 2 Palembang Yuspar Uzer; Herlina H; Marleni M; Ferri Hidayad; Yus Vernandes Uzer
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 3, No 2 (2024): May
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.11398652

Abstract

Storytelling or storytelling is an imaginary story that is considered not to have really happened, either by the teller or by the listener. Fairy tales are not bound by normative and factual provisions regarding actors, time and place. The perpetrators are imaginary creatures who have the wisdom or lack thereof to arrange human problems in all kinds of ways. Fairy tales are told mainly for entertainment, although many also depict truth or even morals. From the description above, the researcher concludes that storytelling or storytelling is a type of prose in old Malay literature that does not really happen in relation to the social environment. and passed down orally from one generation to the next. This community service is carried out as an embodiment of the implementation of the Tri Dharma of Higher Education for Lecturers at PGRI University in Palembang and L2 Dikti Palembang. The target to be achieved in the implementation of Community Service (PKM) is that lecturers can apply and develop their academic skills. Apart from that, after participating in this training, students are expected to be able to perform live and written English conversations so that students can speak English fluently. fluent, communicative and intelligent in using English with the title Socialization of the Storytelling Method in Improving English Language Skills Using Multimedia Devices at SMK MUHAMDIYAH 2 Palembang