Raushanfikr Bushron
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Proyeksi Konservasi Tanah dan Air Mitigasi Penurunan Jasa Lingkungan Tata Hidrologi DAS Hulu Brantas Raushanfikr Bushron; Latief Mahir Rachman; Dwi Pujo Tejo Baskoro; Soemarno Soemarno
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 20, No 3 (2022): July 2022
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.20.3.474-483

Abstract

Jasa lingkungan pengaturan hidrologi DAS berupa Koefisien Rezim Aliran (KRA) dan Koefisien Aliran tahunan (KAT)mengalami penurunan kualitas akibat perubahan penggunaan lahan. Upaya konservasi tanah dan air memiliki peranan penting dalam memperbaiki jasa lingkungan DAS, sehingga untuk melakukan upaya mitigasi dampak perubahan penggunaan lahan di masa yang akan dating, perlu dilakukan proyeksi arahan teknik konservasi tanah dan air. Penelitian ini memiliki 3 skenario yaitu 1). Skenario A (eksisting tahun 2019), 2) Skenario B (Proyeksi Penggunaan lahan tahun 2029), 3) Skenario C (penerapan KTA Proyeksi Penggunaan lahan 2029). Analisis pada penelitian ini menggunakan 2 analisis yaitu; 1) CA-Markov untuk menentukan proyeksi penggunaan lahan 2) Soil and Water Assessment Tool untuk menentukan nilai KRA dan KAT. Hasil yang didapatkan dari analisis proyeksi CA-Makov didapatkan bahwa penggunaan lahan ditahun 2029 mengalami peningkatan terbesar pada penggunaan lahan permukiman yaitu sebesar 4100 Ha, sedangkan penggunaan lahan vegetatif berupa lahan pertanian dan hutan mengalami penurunan sebesar 4785 Ha. Nilai KRA skenario B diseluruh sub-DAS lebih tinggi dibandingkan pada skenario A, hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan fungsi hidrologi DAS pada proyeksi tahun 2029 dibanding pada tahun 2019. Nilai KRA pada skenario C lebih rendah di seluruh sub-DAS dibandingkan dengan skenario B, bahkan di sebagian sub-DAS nilai KRA skenario C lebih rendah dari skenario A. hal tersebut menunjukkan arahan KTA dapat memperbaiki nilai KRA akibar penggunaan lahan proyeksi 2029, bahkan nilai KRA nya dapat lebih baik dari penggunaan lahan eksisting tahun 2029. Nilai KRA pada skenario C lebih rendah di seluruh sub-DAS dibandingkan dengan skenario B, bahkan di sebagian sub-DAS nilai KRA skenario C lebih rendah dari skenario A. hal tersebut menunjukkan arahan KTA dapat memperbaiki nilai KRA akibar penggunaan lahan proyeksi 2029, bahkan nilai KRA nya dapat lebih baik dari penggunaan lahan eksisting tahun 2029.ABSTRACTWatershed hydrological regulation environmental services in the form of Flow Regime Coefficient (KRA) and Annual Flow Coefficient (KAT) have decreased in quality due to changes in land use. Soil and water conservation efforts have an important role in improving watershed environmental services, so that in order to mitigate the impacts of future land use changes, it is necessary to project directions for soil and water conservation techniques. This study has 3 scenarios, namely 1). Scenario A (existing in 2019), 2) Scenario B (Land Use Projection in 2029), 3) Scenario C (implementation of KTA Land Use Projection in 2029). The analysis in this study uses 2 analyzes, namely; 1) CA-Markov to determine land use projections 2). Soil and Water Assessment Tool to determine KRA and KAT values. The results obtained from the CA-Makov projection analysis showed that land use in 2029 experienced the largest increase in residential land use, which was 4100 Ha, while the use of vegetative land in the form of agricultural and forest land decreased by 4785 Ha. The KRA value in scenario B in all sub-watersheds is higher than in scenario A, this indicates that there is a decrease in the hydrological function of the watershed in the 2029 projection compared to 2019. The KRA value in scenario C is lower in all sub-watersheds compared to scenario B, even in some sub-watersheds the KRA value in scenario C is lower than scenario A. This shows that the KTA direction can improve the KRA value due to the projected land use in 2029, even the KRA value can be better than the existing land use in 2029. The KRA value in scenario C lower in all sub-watersheds compared to scenario B, even in some sub-watersheds the value of KRA in scenario C is lower than scenario A. This shows that the KTA direction can improve the KRA value due to the projected land use in 2029, even the KRA value can be better of existing land use in 2029.
Pemetaan Partisipatif LULC dan Kebakaran Hutan Bersama Masyarakat DAS Mikro Gumandar-Kedawung Aditya Nugraha Putra; Syamsu Ridzal Indra Hadi; Sativandi Riza; Rizki Maulana Ishaq; Syamsul Arifin; Sudarto Sudarto; Lenny Sri Nopriani; Nina Dwi Lestari; Yulia Amirul Fata; Khanza A’maladewi Sudharta; Dinna Hadi Solikah; Iva Dewi Lestariningsih; Erekso Hadiwijoyo; Raushanfikr Bushron; Rifqi Rahmat Hidayatullah; Didik Suprayogo
Dikmas: Jurnal Pendidikan Masyarakat dan Pengabdian Vol 2, No 4 (2022): December
Publisher : Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/dikmas.2.4.1053-1068.2022

Abstract

Kebakaran hutan yang sering terjadi di kawasan hutan DAS Mikro Gumandar-Kedawung terjadi akibat faktor alam dan faktor sosial. Kondisi bagian hulu DAS mikro yang berbatasan langsung dengan padang rumput dan ilalang menyebabkan api menjalar cepat masuk ke kawasan hutan. Hal ini perparah dengan beberapa oknum dari masyarakat sekitar yang sengaja menyalakan api untuk berburu dan mencuri kayu di dalam hutan. Proses identifikasi lokasi rawan kebakaran dan perubahan penggunaan lahan yang menjadi dampak dari bencana ini lokasinya sangat sulit diidentifikasi oleh pengelola hutan dan masyarakat karena belum terdapat data spasial. Kegiatan pengabdian berbentuk pemetaan partisipatif (participatory mapping) ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah di DAS Mikro Gumandar-Kedawung, terutama terkait pemahaman masyarakat terhadap lokasi bekas kebakaran dan perubahan penggunaan lahan, sehingga dapat ditentukan solusi dan lokasi dari upaya pemberian solusi tersebut oleh masyarakat sekitar. Hasil analisis dan groundcheck dengan masyarakat menunjukkan bahwa lokasi-lokasi terbuka (berdasarkan peta perubahan-tutupan lahan 2015-2022) bertambah di tahun 2022 seiring dengan berkurangnya hutan alami sekitar 11%. Lahan-lahan terbuka yang diidentifikasi dari perubahan penggunaan dan tutupan lahan telah dikonfirmasi oleh masyarakat bahwa seluruh titik lokasi kebakaran sesuai dengan kondisi aktual. Kesadaran masyarakat yang semakin meningkat terhadap kebakaran dibuktikan dengan adanya pembuatan sekat bakar dan upaya reboisasi di hutan alami. Bersama masyarakat, lokasi konservasi digambarkan di dalam peta sehingga tersusun data spasial yang dapat digunakan sebagai acuan monitoring dan evaluasi.
APLIKASI DAN PENDAMPINGAN USAHA GREENHOUSE MELON DAN PAPRIKA HIDROPONIK SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN KORBAN BENCANA LETUSAN GUNUNG SEMERU Hery Toiba; Jaisy Aghniarahim Putritamara; Suyadi Suyadi; Moh. Shadiqur Rahman; Raushanfikr Bushron; Aulia Luqman Aziz; Muhammad Fattah
Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP) Vol. 8 No. 2 (2023): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 8 NO. 2 MEI 2023
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v8i2.24088

Abstract

Persoalan pemulihan ekonomi pasca bencana erupsi Gunung Semeru menjadi perhatian para pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah untuk mendapatkan solusi cepat dan tepat agar berdampak secara langsung untuk masyarakat. Masyarakat di Candipuro Kabupaten Lumajang yang terkena dampak signifikan letusan semeru terhadap lahan pertanian. Berdasarkan citra data satelit yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada tahun 2021 bahwa lebih dari 161,5 hektar lahan pertanian hancur di Lumajang. Akibat keterbatasan lahan pertanian tersebut, sangat efektif dalam aplikasi greenhouse di area sekitar warga yang tidak produktif sebagai potensi baru. Keunggulan dari greenhouse adalah tanaman dapat tumbuh dan produksi sepanjang tahun secara kesinambungan tanpa banyak dipengaruhi oleh musim, kualitas hasil tanam yang lebih terjamin, penggunaan pupuk dan pengairan yang lebih efisien, resiko serangan hama dan ancaman penyakit tanaman yang lebih rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui budidaya tanaman unggul dengan membangun unit greenhouse, pelatihan instalasi dan budidaya sampai pendampingan pemasaran hasil panen. Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi tiga metode yakni Sosialisasi, Penyuluhan dengan Teknik Participatory Rural Appraisal dan Pendampingan. Hasil pelaksanaan program pengabdian menunjukkan bahwa antusiasme kelompok tani sangat tinggi, bahkan sampai dengan proses pemanenan masyarakat proaktif terhadap program yang diinisiasi oleh ketua melalui kegiatan Doktor Mengabdi yakni pembuatan greenhouse dengan sistem irigasi tetes pada tanaman melon dan paprika. Bahkan kegiatan pemberdayaan ini berhasil menjadi pelopor bagi kelompok tani lain untuk membangun greenhouse melon dan paprika hidroponik. Kata kunci: Bencana, greenhouse, hidroponik, melon, paprika, pemberdayaan masyarakat. ABSTRACT The issue of economic recovery after the eruption of Mount Semeru has become a concern for stakeholders, in this case the government wants to get a quick and appropriate solution so that it has a direct impact on the community. Communities in Candipuro, Lumajang district, were significantly affected by the Semeru eruption on agricultural land. Based on satellite data released by the National Disaster Management Agency in 2021, more than 161.5 hectares of agricultural land were destroyed in Lumajang. Due to the limited agricultural land, it is very effective in greenhouse applications as a new potential in unproductive areas. The advantages of the greenhouse are that plants can grow and produce throughout the year in a sustainable manner without being much influenced by the season, the quality of crop yields is more guaranteed, the use of fertilizers and irrigation is more efficient, the risk of pest attacks and the threat of plant diseases is lower. Based on this background, this community service activity aims to recover the economy through optimization of superior plant cultivation by building greenhouse units, installation and cultivation training to marketing assistance for crops. The implementation method used in this activity includes three methods, namely Socialization, Counseling with Participatory Rural Appraisal Techniques and Mentoring. The results showed that the enthusiasm of the farmer groups is very high, even up to the proactive community harvesting process for the program initiated by the chairman through Community service for doctoral degrees activities, namely making greenhouses with drip irrigation systems on melon and peppers plants. In fact, this empowerment activity has succeeded in becoming a pioneer for other farmer groups to build hydroponic melon and peppers greenhouses. Keywords: Disaster, greenhouse, hydroponics, melon, peppers, community empowerment.