Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

VILLAGE GOVERNMENTS CAPACITY CHALLENGES FACING HINDRANCES TO IMPLEMENTATION OF THE RECOGNITION PRINCIPLE IN KOLILANANG VILLAGE, EAST FLORES DISTRICT IN 2022 Frans Bapa Tokan; Yohana Fransiska Medho; Yosef Dionisius Lamawuran; Marianus Kleden; Kristianus Molan; Veronika Ina Asa Boro
GOVERNABILITAS (Jurnal Ilmu Pemerintahan Semesta) Vol 4 No 1 (2023): Government, Planning and Development
Publisher : Program Studi Ilmu Pemerintahan - Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD"

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47431/governabilitas.v4i1.258

Abstract

The principle of recognition not only corroborates and develops the unique tradition of running the village, but also reinvigorates the village to make innovations and rearrangements of its administration based on autochthonous autonomy and decentralization-based local government. This research aims to explore the capacity of village administration to implement the principle of recognition and to reveal impediments being faced, also to contribute to strengthening local capacity for solving community problems. The methods used in this research are qualitative and descriptive where data were collected through in-depth interviews and observations. The result shows that the village administration and the village consultative body both collectively and individually lack the capacity to implement the recognition principles. The inability to implement the recognition principle is caused by poor human resources of both the village administration personnel and the village consultative body. Consequently, there are no creative ideas set forth by the village administration or by the village consultative body as well as by the villagers as a whole to formulate innovative development programs or culture-based village regulations. Therefore, we need to implement capacity-building programs through training, technical assistance, socialization of regulations and well-scheduled sustainable apprenticeship in order for the village administration to design innovative development programs in accordance with the local needs and uniqueness of the village.
Collaborative Governance Antara Bengkel APPek Dengan Pemerintah Desa Lifuleo Dalam Pengembangan Wisata Pantai Oesina Yohana Fransiska Medho
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 3 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i3.2508

Abstract

Collaborative governance merupakan salah satu cara untuk mengatasi dan memberikan solusi dalam permasalahan konflik sosial yang kronis oleh para pemangku kepentingan, serta merumuskan rencana pembangunan daerah dengan self organisasi dengan para pemangku kepentingan. Dalam konsep collaborative governance terdapat permasalahan meliputi tindakan destruktif terhadap kondisi alam laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji secara mendalam bagaimana model Ansell dan Gash dalam pengembangan pariwisata. Secara lebih khusus kajian ini berfokus pada aspek trust building (membangun kepercayaan). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data primer menggunakan teknik wawancara, observasi, diskusi. Data sekuder diperoleh melalui dokumen, jurnal dan buku. Pengambilan sampel informan penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian collaborative governance menunjukkan adanya kepercayaan antara stakeholder dalam mengembangkan wisata Pantai Oesina, collaborative dilakukan untuk mengurangi beban kerja dari pemerintah desa serta menekan adanya dominasi pemerintah desa sehingga pemerintah desa lebih membuka diri untuk membangun kerja sama dengan beberapa stakeholder. Namun dalam implementasinya terdapat banyak kendala antara lain partisipasi masyarakat masih sangat minim, kebiasaan membuang sampah sembarangan, keterbatasan anggaran untuk pengembangan infrastruktur.
Pelatihan tentang Proses Pendirian dan Penentuan Jenis Usaha Bumdes di Desa Watoone-Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur Frans Bapa Tokan; Yohana Fransiska Medho; Yosef Dionisius Lamawuran; Yohanes Kornelius Ethelbert
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8 No 4 (2023): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v8i4.530

Abstract

Sejak UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa ditetapkan, pemerintah pusat secara masif mempromosikan pendirian Bumdes sebagai kekuatan ekonomi desa. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga hukum dan usaha desa yang dibentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat dan potensi desa. Bumdes bukanlah semata-mata mencari profit tetapi juga memberi manfaat sosial dan non ekonomi lain. Melalui Bumdes, peran para tengkulak yang seringkali merugikan petani di desa dan penyebab meningkatknya biaya transaksi antara harga produk dari produsen kepada konsumen akhir bisa dikendalikan. Meskipun Bumdes penting bagi desa Watoone, akan tetapi pemerintah desa dan BPD enggan dan ragu mendirikan Bumdes, karena minimnya pengetahuan dan pengalaman tentang proses pendirian Bumdes. Karena itu kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang berharga bagi pemerintah dan BPD dalam menggali dan mengelola potensi unggulan desa melalui pendirian BUMDes dan pengembangan program inovatif lainnya. Dengan demikian kegiatan pengabdian secara mendasar berkontribusi nyata pada penguatan kapasitan Pemerintahn desa, BPD dan para tokoh masyarakat untuk mendirikan Bumdes agar kelak dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan asli desa dan kesejahteraan hidup masyarakat desa. Since Law No. 6 of 2014 cosncerning Villages was enacted, the central government massively promoted the establishment of Bumdes as a village economic power. Bumdes are legal institutions and village businesses formed based on community needs and village potential. Bumdes are not solely looking for profit but also provide other social and non-economic benefits. Through Bumdes, the role of middlemen who often harm farmers in villages and the cause of increasing transaction costs between product prices from producers to final consumers can be controlled. Even though Bumdes are important for Watoone village, the village government and BPD are reluctant and hesitant to establish Bumdes, due to lack of knowledge and experience regarding the process of establishing Bumdes. Therefore this community service activity aims to increase valuable knowledge and learning experiences for the government and BPD in exploring and managing village superior potential through the establishment of BUMDes and the development of other innovative programs. Thus service activities fundamentally contribute significantly to strengthening the capacity of the village government, BPD and community leaders to establish Bumdes so that in the future they can provide added value for increasing village original income and the welfare of village communities.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Merancang Peraturan Desa Secara Mandiri di Desa Lamabelawa Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur Eusabius Separera Niron; Yohana Fransiska Medho; Frans Bapa Tokan; Apolonaris Gai; Urbanus Ola Hurek; Stepahanie Perdana Ayu Lawalu; Mikael Thomas Susu
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 11 (2023): Volume 6 No 11 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i11.12395

Abstract

ABSTRAK Pengabdian ini bertujuan untuk mendukung masyarakat desa Lamablawa dalam merancang peraturan desa secara mandiri dan partisipatif. Pelatihan yang diselenggarakan dalam pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat desa Lamablawa dalam menyusun peraturan desa yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah dengan analisis situasi, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Peserta pelatihan akan diajak untuk memahami konsep dasar peraturan desa, proses penyusunan peraturan desa, serta aspek hukum dan kelembagaan yang terkait. Selain itu, peserta akan diberikan contoh-contoh peraturan desa yang telah sukses diterapkan dalam desa-desa lain sebagai panduan. Selama pelatihan, peserta akan didorong untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi, bertanya, dan berbagi pengalaman. Mereka juga akan diberikan kesempatan untuk merancang peraturan desa secara nyata, dengan mendiskusikan dan menentukan isi, struktur, dan mekanisme implementasi peraturan tersebut. Pada akhir pelatihan, peserta diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam tentang merancang peraturan desa secara mandiri. Mereka juga diharapkan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pelatihan ini untuk memperkuat struktur pemerintahan desa dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa. Melalui pengabdian ini, diharapkan masyarakat desa Lamabelawa terlibat secara aktif dalam pembuatan peraturan desa yang dapat mendukung pembangunan lokal dan memberdayakan masyarakat secara keseluruhan. Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Peraturan Desa, Kemandirian   ABSTRACT This community service aims to support Lamablawa village community in designing village regulations both independently and in participatory way. The training held to provide knowledge and skills which needed by the community in drafting village regulations that suit local needs and potential. Stages of the training were situation analysis, preparation, implementation and evaluation. Participants were encouraged to understand the basic concepts of village regulations, the drafting process of village regulations, as well as other related legal and institutional aspects. In addition, participants were also given examples of village regulation that have been successfully implemented in other villages as examples. Throughout the training, participants also encouraged to participate actively in discussions, asking questions and sharing experiences activities. They were also given the opportunity to draft village regulations by discussing and determining the content, structures and implementation mechanism of these regulations. By the end of the training, participants were expected to have a deep understanding of how to design village regulations independently. They were also expected to be able to apply skills and knowledge gained in the training, thus the village government will be strengthen and village communities quality of life will be improved. Through the community service activity, it is expected that Lamabelawa village community will be actively involved in the village regulations formulation process to support local development and community empowerment Keywords: Community Empowerment, Village Regulations, Independence
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Manajemen Tata Kelola BUM Desa Berbasis Good Corporate Governance di Desa Sandosi Yosef Dionisius Lamawuran; Frans Bapa Tokan; Yohana Fransiska Medho; Stephanie Perdana Ayu Lawalu; Kristianus Simon Hale Molan; Eusabius Separera Niron
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 9 (2023): Volume 6 No 9 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i9.11264

Abstract

ABSTRAK BUM Desa Gute Gelekat desa Sandosi saat ini mengalami permasalahan seperti pemilihan jenis usaha yang tidak sesuai dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakat, tidak ada laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran dan rusaknya mesin produksi usaha. Dampaknya, BUM Desa yang dibentuk pada tahun 2017 ini mengalami stagnasi sejak tahun 2018-2021. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini dilakukan oleh tim dari FISIP Universitas Katolik Widya Mandira dengan tujuan untuk mengidentifikasi secara komprehensif permasalahan yang berkaitan dengan wawasan dan pengetahuan para pengurus BUM Desa Gute Gelekat dan memberikan input yang kontributif bagi peningkatan kapasitas pengurus dalam hal manajemen tata kelola BUM Desa Gute Gelekat pada masa mendatang. Metode yang digunakan mencakup analisis situasi, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil dari kegiatan PKM ini memberikan beberapa kesimpulan: pertama, minimnya pengetahuan dari pemerintah desa mengakibatkan proses pendirian BUM Desa Gute Gelekat pada tahun 2017 mengabaikan sejumlah hal penting seperti analisis kelayakan usaha, analisis pengelolaan keuangan BUM Desa dan analisis SDM; kedua, prinsip tata kelola berbasis good corporate governance belum sepenuhnya diterapkan oleh pengelola BUM Desa Gute gelekat, seperti prinsip kooperatif, partisipatif, emasinpatif, transparan, akuntabel dan sustainable; ketiga, hasil post test dan pre test menunjukan bahwa ada peningkatan pengetahuan peserta setelah mengikuti kegiatan. Kata Kunci: BUM Desa, Manajemen, Good Corporate Governance  ABSTRACT BUM Desa Gute Gelekat of Sandosi Village is currently experiencing problems such as the selection of business types that are not in accordance with the potential of the village and the needs of the community, no accountability report for the use of the budget and damaged business production machines. As a result, this BUM Desa, which was formed in 2017, has stagnated since 2018-2021. This activity was carried out by a team from FISIP Widya Mandira Catholic University with the aim of comprehensively identifying problems related to the insights and knowledge of the management of BUM Desa Gute Gelekat and providing contributive input for increasing the capacity of the management in terms of BUM Desa Gute Gelekat governance management in the future. The methods used include situation analysis, preparation, implementation and evaluation. The results of this PKM activity provide several conclusions: first, the lack of knowledge from the village government resulted in the process of establishing BUM Desa Gute Gelekat in 2017 ignoring a number of important things such as business feasibility analysis, BUM Desa financial management analysis and HR analysis; second, the principles of good corporate governance have not been fully implemented by the BUM Desa Gute Gelekat manager, such as the principles of cooperative, participatory, innovative, transparent, accountable and sustainable; third, the results of the post test and pre test show that there is an increase in the knowledge of participants after participating in the activity. Keywords: BUM Desa, Management, Good Corporate Governance
Penghijauan di Sekitar Mata Air Igo Lodon Desa Koli Lanang Kecamatan Adonara Kabupaten Flores Timur Megasariati Dahlan; Yohana Fransiska Medho
RENATA: Jurnal Pengabdian Masyarakat Kita Semua Vol. 1 No. 3 (2023): Renata - Desember 2023
Publisher : PT Berkah Tematik Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61124/1.renata.18

Abstract

Mata air merupakan keadaan alami sumber daya air yang mengalir keluar dari akuifer menuju permukaan tanah sehingga menjadi sumber air bersih yang berguna untuk keperluan kehidupan masyarakat. Desa Koli Lanang merupakan salah satu desa yang berada di kawasan Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur yang memiliki sumber mata air. Kebutuhan akan air bersih akan terus meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga perlu dilakukan upaya konservasi untuk mempertahankan ketersediaan air secara berkelanjutan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menjaga kelestarian lingkungan serta mempertahankan ketersediaan sumber air bersih. Menanam anakan tanaman sebagai langkah konservasi lingkungan yang ada di Desa Koli Lanang. Salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan secara konseptual dalam menangani krisis air yang sering terjadi adalah dengan melakukan penghijaun lingkungan. Dimana di desa kolilanang terkhususnya area sekitar mata air Igo Lodon semakin miris keadaan lingkungannya. Karena disebabkan terjadinya bencana seroja dua tahun lalu yang mengakibatkan pepohon di sekitar area mata air ikut berkurang jumlahnya dikarenakan badai tersebut. Kegiatan yang akan dilakukan di sana berupa penanaman anakan tanaman dengan melihat kondisi lapangan yang di mana semakin minim vegetasi. Oleh karena itu kami semua dari kelompok pengabdian masyarakat berusaha memberikan solusi ataupun jalan keluar dari persoalan yang sedang terjadi. Harapan untuk masyarakat sekitar lebih bisa menjaga lingkungan terutama memperbanyak penanaman anakan tanaman yang nantinya akan mejaga kualitas mata air Igo Lodon itu sendiri. Bekerja sama dengan anak remaja karang taruna Desa Lamabelawa dapat memberikan contoh kepada semua lapisan masyarakat agar mengikuti langkah yang sudah dilakukan sebagai salah satu langkah awal bentuk kepedulian terhadap lingkungan serta upaya penanganan krisis air bersih
Pembuatan Makanan Tambahan Bubur Singkong Serbuk Marungga Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Di Desa Pledo Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur Lidya Juiarti Korsini; Yohana Fransiska Medho
AMMA : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 9 : Oktober (2023): AMMA : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : CV. Multi Kreasi Media

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nutritional problems can occur in any phase of life, starting from the time the child is in the mother's womb until entering old age. One of the nutritional problems that is being hotly discussed is stunting. Stunting is one of the chronic nutritional health problems that is still widespread in Indonesia. One solution to overcome the problem of stunting is to make additional food from marungg powder or moringa leaves where Marungga or moringa has many good benefits for body health, especially in the context of preventing stunting in toddlers. The purpose of this activity is to reduce the increasing number of stunting problems in children in Pledo village by providing additional food in the form of cassava porridge marungga powder. The method used in the process of implementing this activity is to conduct interviews to find out the problems that exist at the location, socialization in the form of stunting crackdowns, making additional food and distributing additional food in the form of cassava porridge marungga powder. The implementation of this service program has obtained very good results for stunting mitigation by providing additional food for Bubur Singkonkong, in addition to making additional food in the form of Cassava Porridge Marungga Powder which is expected to be given or served to children. After this activity, it is hoped that Pledo villagers can use moringa in their daily lives to reduce stunting problems in Pledo village.
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat Dasar untuk Pengurus Osis di Sekolah SMAN 1 Mauponggo, Kabupaten Nagekeo Yohana Fransiska Medho; Frans Bapa Tokan; Veronika I.A. Boro; Urbanus Ola Hurek; Yosef Dion Lamawuran; Yohanes Kornelius Ethelbert
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 11 (2023): Volume 6 No 11 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i11.12428

Abstract

ABSTRAK Pelatihan kepemimpinan tingkat dasar untuk pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMAN 1 Mauponggo bertujuan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan pada siswa yang bertanggung jawab dalam memimpin organisasi di sekolah mereka. Hal ini untuk membantu mereka mempelajari konsep, praktik yang efektif dalam konteks kepemimpinan OSIS. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah dengan analisis situasi, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selama pelatihan, peserta terlibat dalam berbagai aktivitas dan latihan yang melibatkan pemahaman konsep kepemimpinan, komunikasi efektif, dan strategi organisasi. Mereka belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik dengan rekan-rekan mereka, mengorganisir kegiatan di sekolah, memotivasi siswa lain untuk berpartisipasi, dan mengambil keputusan yang tepat dan pentingnya etika kepemimpinan, seperti integritas, tanggung jawab, dan sikap positif. sehingga mereka dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa lainnya dan membangun citra positif OSIS di sekolah. Di akhir pelatihan, peserta akan diberikan kesempatan untuk menerapkan keterampilan kepemimpinan baru mereka melalui program kerja OSIS. Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengalaman praktis kepada mereka dalam mengelola program kerja , berkolaborasi dengan anggota tim, dan menghadapi tantangan yang mungkin muncul. Tujuannya adalah untuk memperkuat keterampilan kepemimpinan mereka serta memberikan kontribusi yang nyata bagi pengembangan sekolah. Pengabdian ini diharapkan dapat memberikan landasan yang kuat bagi mereka untuk menjadi pemimpin yang efektif dan dapat memberikan dampak positif dalam memajukan sekolah dan komunitas mereka. Kata Kunci: Kepemimpinan, Latihan Tingkat Dasar  ABSTRACT Basic level leadership training for Intra-School Student Organization (OSIS) administrators at SMAN 1 Mauponggo aims to develop leadership skills in students who are responsible for leading organizations in their schools. This is to help them learn concepts, effective practices in the context of student council leadership. The method used in this training is situation analysis, preparation, implementation and evaluation .During the training, participants are involved in various activities and exercises that involve understanding the concepts of leadership, effective communication, and organizational strategy. They learn how to communicate well with their peers, organize activities at school, motivate other students to participate, and make sound decisions and the importance of ethical leadership, such as integrity, responsibility, and a positive  attitude. so that they can set a good example for other students and build a positive image of the student council at school. At the end of the training, participants will be given the opportunity to apply their new leadership skills through the student council work program. This service aims to provide them with practical experience in managing work programs, collaborating with team members, and dealing with challenges that may arise. The aim is to strengthen their leadership skills as well as make a real contribution to school development. This dedication is expected to provide a strong foundation for them to become effective leaders and to have a positive impact in advancing their schools and communities. Keywords: Leadership, Basic Level Training
Pelestarian Pemanfaatan Daun Lontar Berbasis Kearifan Lokal Bagi Kaum Muda Di Desa Watoone Paulus Ricardo Lose Sabhu; Apolonais Gai; Yohana Fransiska Medho
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 5 No. 3 (2024): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) Edisi Juli - September
Publisher : Sistem Informasi dan Teknologi (Sisfokomtek)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v5i3.3722

Abstract

Kerajinan tangan dari daun lontar adalah bentuk seni yang unik dan berharga yang telah menjadi bagian penting dalam budaya Indonesia terutama di NTT. Kerajinan daun lontar telah  digunakan dalam berbagai acara pada zaman dahulu. Namun seiring kemajuan teknologi saat ini, pengembangan potensi pemanfaatan sumber daya alam diperlukan. Kerajinan tangan dari Daun lontar adalah potensi yang harus dikembangkan karena persebaran yang cukup luas hampir diseluruh wilayah NTT khususnya di kabupaten Flores Timur. Dalam beberapa tahun terakhir Saat ini kerajinan tangan dari daun lontar sudah mulai berkurang akibat pengaruh budaya luar yang terus menerus digerus oleh perkembangan zaman Tujuan dari adanya kegiatan pemberdayaan  ini untuk membentuk kembali kelompok kerajinan serta memberikan pelatihan pembuatan kerajinan  yang melibatkan anak muda dari desa Watoone agar tetap melestarikan kerajian yang telah menjadi bagian dari budaya serta mengedukasi  masyarakat dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya pelestarian  kerajinan  tangan dari daun lontar. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode observasi dan pelatihan dengan pendekatan sosial dan budaya yang menekankan pada partisipasi aktif serta komunikasi dengan masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan seperti tahap persiapan, tahap pelatihan dan tahap evaluasi. kerajinan yang dihasilkan sodong, glokat, liwa, tas dan kipas. Sodong digunakan untuk menyimpan beras, glokat tempat untuk sesajian nenek moyang saat mau panen dan tanam, liwa untuk menapis beras serta menyimpan jagung, tas untuk menyimpan keperluan kebun dan kipas untuk menyalakan api. Dampak dari adanya kegiatan pemberdayaan ini adalah terbentuknya kembali minat anak muda untuk mencintai kerajinan tangan.