Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search
Journal : MAHESA : Malahayati Health Student Journal

Korelasi Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Nilai International Consultant Incontinence Questionnaire – Urine Incontinence Short Form (ICIQ-UISF) pada Kelompok Lanjut Usia Nicholas Albert Tambunan; Yohanes Firmansyah; Fernando Nathaniel; Dean Ascha Wijaya; Giovanno Sebastian Yogie
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 11 (2023): Volume 3 Nomor 11 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11411

Abstract

ABSTRACT Urinary incontinence (UI) is one of health problems that occur in elderly population. This cross-sectional study aims to determine correlation between blood sugar levels and International Consultation Incontinence Questionnaire - Urine Incontinence Short Form (ICIQ-UISF) scores in elderly group selected through total sampling criteria at Santa Anna Elderly Care Center in July 2023. ICIQ-UISF questionnaire was used to evaluate UI. Blood sugar level was measured using POCT according to standard procedures. Statistical analysis using Spearman correlation test. Out of 60 respondents, average age was 76.30 years, with 66.7% of respondents being female. Mean blood sugar level was 118.12 mg/dL and 11.7% of respondents showed high blood sugar levels. Average ICIQ-UISF score was 4.58 with 21.7% of respondents experiencing UI onset before reaching toilet, 20% during sleep, and the rest never experienced it. Spearman correlation test indicated a significant correlation between blood sugar levels and ICIQ-UISF scores (p-value: 0.028) with a correlation strength value of 0.264 (r-correlation: 0.283), which falls into weak category. The results show there is a significant correlation between blood sugar levels and ICIQ-UISF questionnaire scores. Blood sugar levels influence 8.0% of ICIQ-UISF scores, while the remaining 92% is attributed to other variables not examined in this study. Keywords: Blood Glucose, Elderly, Urine Incontinence  ABSTRAK Inkontinensia urin merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada kalangan lanjut usia. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kadar gula darah sewaktu (GDS) dengan nilai kuesioner International Consultant Incontinence Questionnaire – Urine Incontinence Short Form (ICIQ-UISF) pada kelompok lanjut usia yang dipilih sesuai kriteria secara total sampling di Panti Lansia Santa Anna pada Juli 2023. Kuesioner ICIQ-UISF digunakan untuk mengevaluasi inkontinensia urin. GDS diukur menggunakan POCT sesuai prosedur standar. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman. Dari 60 responden, rata-rata usia adalah 76,30 tahun dengan 66,7% responden adalah perempuan. Didapatkan rata-rata GDS sebesar 118,12 mg/dL dan 11,7% responden menunjukkan kadar GDS yang tinggi. Rata-rata nilai ICIQ-UISF sebesar 4,58 dengan 21,7% responden mengalami onset inkontinensia urin sebelum sampai toilet, 20% saat tidur dan sisanya tidak pernah. Uji korelasi Spearman menyatakan adanya korelasi bermakna antara kadar GDS dengan nilai ICIQ-UISF (p-value : 0,028) dengan nilai kekuatan korelasi sebesar 0,264 (r-correlation : 0,283) atau masuk dalam kategori lemah. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara kadar GDS dengan nilai kuesioner ICIQ-UISF. Kadar GDS memengaruhi 8% nilai ICIQ-UISF sedangkan 92% lainnya disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Kata Kunci: Gula Darah, Inkontinensia Urin, Lanjut Usia
Profil Kadar HbA1c pada Pasien Dengan dan Tanpa Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Hermina Kemayoran Samuel Halim; Dean Ascha Wijaya; Joshua Kurniawan; Anggit Hernani; Henni Kusrini; Muslichah Muslichah; Yohanes Firmansyah
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 10 (2023): Volume 3 Nomor 10 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i10.11115

Abstract

ABSTRACT Diabetes Mellitus (DM) is a chronic metabolic disorder characterized by elevated blood glucose levels resulting from insulin deficiency or insulin resistance. It is a global health problem with an increasing prevalence worldwide. Uncontrolled diabetes can lead to various complications affecting multiple organ systems, resulting in significant morbidity and mortality. This cross-sectional study aims to examine the HbA1c profile in patients with and without complications of type 2 diabetes mellitus who came for regular check-ups at the internal medicine clinic of Hermina Kemayoran Hospital. The participants were selected based on predetermined criteria using total sampling, and data were collected from medical records from January to December 2022. The variables used in this study were HbA1c levels and complications of type 2 diabetes mellitus. The data were presented descriptively. Among the 116 respondents, 53.4% were female. 76.7% of the respondents had HbA1c levels of ≥7%, and 43 respondents were receiving insulin treatment. 65,1% of the respondents with HbA1c levels of ≥7% had complications of type 2 diabetes mellitus. Keywords : Complication, HbA1c, Type 2 Diabetes Mellitus  ABSTRAK Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat defisiensi insulin atau resistensi insulin. Diabetes termasuk salah satu masalah kesehatan global dengan prevalensi yang semakin meningkat di seluruh dunia. Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang mempengaruhi berbagai sistem organ, menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk melihat profil kadar HbA1c pada pasien dengan dan tanpa komplikasi diabetes mellitus tipe 2 yang datang kontrol ke poli penyakit dalam Rumah Sakit Hermina Kemayoran yang dipilih sesuai kriteria secara total sampling menggunakan data rekam medis pada periode waktu Januari sampai Desember 2022. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu HbA1c dan komplikasi diabetes mellitus tipe II. Data disajikan dalam bentuk deskriptif. Dari 116 responden, 53,4% responden adalah perempuan. 76,7% responden memiliki kadar HbA1c sebesar ≥7% dan 43 responden mendapatkan pengobatan insulin. 65,1% responden dengan kadar HbA1c sebesar ≥ 7% memiliki komplikasi diabetes mellitus tipe 2. Kata Kunci: Diabetes Mellitus Tipe 2, HbA1c, Komplikasi
Profil Kelainan Radiologi pada Remaja dengan Skoliosis Inge Friska Widjaya; Yohanes Firmansyah; Fernando Nathaniel; Dean Ascha Wijaya
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 10 (2023): Volume 3 Nomor 10 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i10.11178

Abstract

ABSTRACT Scoliosis is a type of spinal abnormality characterized by a lateral deviation of more than 10 degrees to the right or left. It affects 1-3% of children in the at-risk population, particularly those aged between 10 to 16 years. The main purpose of this research is to examine the radiological characteristics of scoliosis in teenagers using imaging (Spinal X-ray) at Royal Taruma Hospital. The sample for this study was selected using total sampling criteria from medical records gathered during the period from January to June 2023. The variables analyzed include age, gender, and the radiological features of scoliosis. The data was presented descriptively. Out of the 25 respondents, the average age was 15 years, with females comprising 88% of the participants. Most respondents (80%) exhibited a combination of dextroscoliosis and levoscoliosis. The median Cobb angle measurement for dextroscoliosis was 24 degrees, while for levoscoliosis, it was 26.5 degrees, both indicating moderate scoliosis. The curvature lesions for dextroscoliosis generally started at T5, and for levoscoliosis, they began at T12, with both types of scoliosis commonly ending at the level of L4. Keywords : Scoliosis, Spinal X-ray, Teenager  ABSTRAK Skoliosis merupakah salah satu bentuk kelainan tulang belakang dengan deviasi lateral lebih dari 10 derajat ke kanan atau ke kiri. Skoliosis mempengaruhi 1-3% anak-anak dalam populasi berisiko yaitu mereka yang berusia 10-16 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kelainan radiologi pada remaja dengan skoliosis berdasarkan pemeriksaan radiologi (X-Ray Spine) di RS Royal Taruma yang dipilih sesuai kriteria secara total sampling menggunakan data rekam medis pada periode waktu Januari – Juni 2023. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, dan gambaran radiologi skoliosis. Data disajikan dalam bentuk deskriptif. Dari 25 responden, rerata usia adalah 15 tahun, didominasi oleh perempuan pada 88% responden, dan didapatkan kombinasi dextroskoliosis dan levoskoliosis pada 80% responden. Nilai median Cobb angel pada kelainan dextroskoliosis sebesar 24 derajat dan pada levoskoliosis sebesar 26,5 derajat dimana keduanya masuk dalam kategori moderate skoliosis. Letak lesi lengkungan pada dextroskoliosis dimulai dari T5 dan kelainan levoskoliosis dimulai dari T12, dan umumnya berakhir setinggi L4 baik pada dextroskoliosis maupun levoskoliosis. Kata Kunci: Remaja, Rontgen Tulang Belakang, Skoliosis
Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Air dan Sebum Kulit di Rukun Warga (RW) 008 Kelurahan Cipondoh Gina Triana Sutedja; Sukmawati Tansil Tan; Giovanno Sebastian Yogie; Yohanes Firmansyah; Dean Ascha Wijaya; William Gilbert Satyanegara; Fernando Nathaniel; Joshua Kurniawan; Catharina Sagita Moniaga; Alexander Halim Santoso; Fladys Jashinta Mashadi
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 11 (2023): Volume 3 Nomor 11 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11612

Abstract

ABSTRACT Skin is the largest organ in the human body and plays various important roles. Skin characteristics, including pigmentation, hydration, texture, and various other parameters, differ for each individual. Skin properties are influenced by various parameters, one of which is the body mass index (BMI). This cross-sectional study aimed to determine the description of skin hydration status and its correlation with BMI, among subjects in RW 08 Cipondoh. Skin hydration status was measured using the over the counter (OTC) skin analyzer. Body mass index was calculated and measured based on standard procedures. Out of 101 respondents, the average age was 51.38 years with 75.2% of respondents being female. The mean BMI was 26.12 kg/m², predominantly falling into obesity level 1 (41.6%). The mean oil and water hydration were 22.99% and 42.96%, respectively. The Spearman statistical test results showed a negative correlation between body mass index and water hydration, with a correlation coefficient power of 0.498 significantly, and oil hydration, with 0.107 insignificantly. This study concludes that the higher the BMI, the worse is the individual's skin hydration status. Keywords: Body Mass Index, Hydration Status  ABSTRAK Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia dan memiliki berbagai peranan penting. Karakteristik kulit mencakup pigmen, hidrasi, tekstur, dan berbagai parameter lainnya berbeda-beda pada setiap individu. Sifat kulit tergantung pada berbagai parameter, salah satunya adalah indeks massa tubuh (IMT). Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status hidrasi kulit dan korelasinya dengan IMT di RW 08 Cipondoh. Pengukuran status hidrasi kulit dilakukan dengan menggunakan alat over the counter (OTC) skin analyzer. Indeks masa tubuh dihitung dan diukur berdasar prosedur standar. Dari 101 responden, rata-rata usia adalah 51,38 tahun dengan 75,2% responden adalah perempuan. Rerata IMT didapatkan sebesar 26,12 kg/m2, didominasi oleh obesitas tingkat 1 (41,6%). Rerata hidrasi sebum dan air, masing-masing sebesar  22,99% dan 42,96%. Hasil uji statistik Spearman menunjukan hasil korelasi negatif antara indeks masa tubuh dengan hidrasi air dengan kekuatan korelasi 0,498 secara signifikan dan hidrasi sebum sebesar 0,107 secara tidak signifikan. Penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi nilai IMT, maka semakin menurun status hidrasi kulit seseorang. Kata Kunci: Kadar Hidrasi, Indeks Masa Tubuh
Analisa Penyakit Kandung dan Saluran Empedu serta Kaitannya dengan Usia dan Status Infeksi di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres Periode 2018 - 2023 Yonathan Adi Purnomo; Fernando Nathaniel; Dean Ascha Wijaya; William Gilbert Satyanegara; Yohanes Firmansyah
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 10 (2023): Volume 3 Nomor 10 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i10.11321

Abstract

ABSTRACT Biliary system diseases are relatively common digestive conditions. Gallstones affect approximately 10-15% of the world's population and vary based on sociodemographic factors. This cross-sectional study aims to determine proportions of gallbladder and bile duct diseases, with or without gallstones and infections at Mitra Keluarga Kalideres Hospital, selected based on specific criteria using medical record data from the period between 2018 and June 2023, considering the final diagnoses of respondents. Variables in this study include gender, age, biliary anatomical abnormalities (gallbladder, bile duct, or nonspecific), gallstone incidence, and incidence of infections in biliary anatomical region. Statistical analysis used Independent T-Test. Out of 3916 respondents, the average age was 51.73 years, and majority were females (67.6%). 470 patients experienced infections in gallbladder and/or bile duct. There was a significant association between age groups and infection status (p<0.001) and anatomical location (p<0.001). The <45 age group had a 1.975 times higher risk of biliary system infection, while the >45 age group had a 2.165 times higher risk of bile duct disease compared to the <45 age group. The results of the Independent T-Test indicated a significant difference in the average age between the groups with and without biliary system infections (p-value < 0.001). Keywords: Bile duct, Infection, Gall bladder, Gallstones  ABSTRAK Penyakit sistem bilier merupakan kondisi digestif yang cukup sering. Batu empedu menyerang kurang lebih 10-15% populasi di dunia dan bervariasi dari faktor sosiodemografi. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dari penyakit kandung empedu, saluran empedu, dengan atau tanpa batu empedu dan infeksi di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres yang dipilih sesuai kriteria menggunakan data rekam medis pada periode waktu 2018 hingga Juni 2023 dengan melihat diagnosa akhir responden. Variabel dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, usia, anatomi kelainan empedu (kandung empedu, saluran empedu, atau tidak spesifik), insidensi batu empedu, dan insidensi infeksi daerah anatomi empedu. Analisis statistik menggunakan uji Independent T-Test. Dari 3916 responden, rerata usia adalah 51,73 tahun dan didominasi oleh perempuan (67,6%). 470 pasien mengalami infeksi pada kandung empedu dan atau saluran empedu. Didapatkan hubungan yang bermakna antara kelompok usia terhadap status infeksi (p<0,001) dan lokasi anatomis (p<0,001). Kelompok usia <45 tahun berisiko 1,975 kali untuk mengalami infeksi pada sistem bilier namun kelompok usia >45 tahun berisiko 2,165 kali untuk mengalami sakit di saluran empedu dibandingkan kelompok usia <45 tahun. Hasil uji Independent T-Test didapatkan bahwa terdapat perbedaan rerata usia yang bermakna antara kelompok dengan infeksi dan tanpa infeksi pada sistem bilier (p-value < 0,001). Kata kunci: Batu Empedu, Infeksi, Kandung Empedu, Saluran Empedu
Karakteristik Demografi, Letak Kelainan Anatomi, serta Gambaran Histopatologi Responden dengan Diagnosis Klinis Gastritis Grace Shalmont; Dean Ascha Wijaya; Joshua Kurniawan; Yohanes Firmansyah
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 11 (2023): Volume 3 Nomor 11 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11399

Abstract

ABSTRACT Gastritis is often used to describe clinical symptoms related to upper abdominal complaints in patients. The diagnosis of gastritis is established by combining information resulting from endoscopy examination and histological findings. This cross-sectional study aims to examine the demographic and pathological profile of gastritis patients in one of the hospitals in Jakarta, selected based on total sampling criteria using medical record data from January 2020 to December 2022. The data is presented in descriptive form. Out of 43 respondents, the mean age is 47 years and the majority are male. The most common location of pathology is in the antral part of the stomach in 29 (67.4%) respondents, with the inflammation generally being mild in 30 (69.8%) respondents. No PMN cells, atrophy, or Helicobacter pylori bacterial infection were found in 42 (97.7%) respondents, and there was no evidence of intestinal metaplasia or dysplasia in any of the respondents. The conclusion of this study is that the most common location of pathology is in the antral section with generally mild infection with a predominance of Helicobacter pylori infection. Keywords: Endoscopy, Gastritis, Histopathology ABSTRAK Gastritis sering digunakan untuk menggambarkan gejala klinis yang berkaitan dengan keluhan pasien di perut bagian atas. Diagnosis gastritis ditegakkan setelah menggabungkan informasi yang dihasilkan dari pemeriksaan endoskopi dan temuan histologis. Penelitian potong lintang ini bertujuan melihat gambaran demografi dan patologi pasien gastritis di salah satu Rumah Sakit di Jakarta yang dipilih sesuai kriteria secara total sampling menggunakan data rekam medis periode Januari 2020 hingga Desember 2022. Data disajikan dalam bentuk deskriptif. Dari 43 responden, rerata usia adalah 47 tahun dan didominasi oleh laki-laki. Letak patologi paling sering terjadi pada bagian antral gaster pada 29 (67,4%) responden, dengan sebukan sel radang kronik umumnya sedang pada 30 (69,8%) responden, tidak ada sebukan sel PMN, atrofi kelenjar dan infeksi bakteri Helicobacter pylori pada 42 (97,7%) responden, serta tidak ditemukannya metaplasia intestinal dan displasia pada seluruh responden. Kesimpulan penelitian ini berupa lokasi patologi paling umum adalah pada bagian antral dengan infeksi umumnya ringan dengan dominasi infeksi Helicobacter pylori. Kata kunci: Endoskopi, Gastritis, Histopatologi
Korelasi Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Kadar Air dan Sebum Kulit di Rukun Warga (RW) 008 Kelurahan Cipondoh Novia Yudhitiara; Sukmawati Tansil Tan; Giovanno Sebastian Yogie; Dean Ascha Wijaya; William Gilbert Satyanegara; Fernando Nathaniel; Joshua Kurniawan; Catharina Sagita Moniaga; Yohanes Firmansyah; Alexander Halim Santoso; Astin Mandalika; Linginda Soebrata
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 11 (2023): Volume 3 Nomor 11 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11607

Abstract

ABSTRACT Skin hydration is influenced by various factors. Blood glucose levels are also known to affect the protective function of the skin. This cross-sectional study aims to investigate the profile of skin hydration status and its correlation with blood glucose levels among subjects at RW 08 Cipondoh. Skin hydration status measurements were done using an Over The Counter (OTC) skin analyzer. Blood glucose levels were measured using Point of Care Testing (POCT) Out of 101 respondents, the average age was 51.38 years with 75.2% of the respondents were female. The mean blood glucose was 122.71 mg/dL. The mean oil and water hydration were 22.99% and 42.96%, respectively. The data showed a negative correlation between blood glucose and water hydration, with a correlation coefficient power of 0.319 significantly, and between blood glucose and oil hydration, with 0.236 significantly. This study concludes that higher blood glucose levels was associated with worse skin hydration status.  Keywords : Blood glucose, Hydration Status ABSTRAK Kelembaban kulit dipengaruhi oleh banyak faktor. Kadar gula darah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kelembaban kulit. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status hidrasi kulit dan korelasinya dengan kadar gula darah pada komunitas yang tinggal di RW 08 Cipondoh. Pengukuran status hidrasi kulit menggunakan alat Over The Counter (OTC) skin analyzer. Kadar gula darah diukur menggunakan Point of Care Testing (POCT). Dari 101 responden, rata-rata usia subjek penelitian adalah 51,38 tahun dengan 75,2% responden adalah perempuan. Rerata gula darah sewaktu (GDS) sebesar 122,71 mg/dL. Rerata hidrasi sebum dan air, masing-masing sebesar 22,99% dan 42,96%. Hasil uji statistik menunjukan hasil korelasi negatif antara GDS dengan hidrasi air sebesar 0,319 secara signifikan dan hidrasi sebum sebesar 0,236 secara signifikan. Penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi kadar gula darah, maka semakin menurun status hidrasi kulit seseorang. Kata Kunci: Kadar Gula Darah, Kadar Hidrasi
Gambaran Keluhan Telinga dan Letak Perforasi Membran Timpani pada Pasien dengan Otitis Media Supuratif Kronis Tenty Tenty; Fernando Nathaniel; Dean Ascha Wijaya; Yohanes Firmansyah
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 10 (2023): Volume 3 Nomor 10 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i10.11205

Abstract

ABSTRACT Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is a persistent inflammation of the middle ear. It is one of the most common ear infections worldwide, leading to hearing impairment and affecting people's quality of life. This study, conducted at Ciawi General Hospital in July 2023, is a cross-sectional investigation aiming to outline the ear-related complaints and the location of tympanic membrane perforations in patients with CSOM. The participants were selected based on total sampling criteria. The variables examined in this research include age, gender, perceived symptoms, and physical examination of both ears to identify the type of perforation in the tympanic membrane. The data is presented descriptively. Out of the 53 respondents, 56.6% were between 18 and 64 years old, with a higher proportion being female (52.8%). The most commonly reported symptoms by respondents (>50% of cases) with CSOM were a sense of fullness in the ear, hearing loss, tinnitus, otorrhea, and itching in the ear. According to the results of the physical examination, the most prevalent type of perforation was central perforation, occurring in 98.1% of cases, and 88.7% of cases showed ear discharge. The conclusion in this study is that CSOM has general symptoms accompanied by central perforation and symptoms of ear discharge. Keywords: Chronic Suppurative Otitis Media, Hearing Loss, Otorrhea, Perforation  ABSTRAK Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan suatu peradangan pada telinga tengah yang berlangsung kronis. OMSK termasuk infeksi telinga paling umum yang menyebabkan gangguan pendengaran dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang di seluruh dunia. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keluhan telinga dan letak perforasi membran timpani pada pasien dengan OMSK di RSUD Ciawi yang dipilih sesuai kriteria secara total sampling pada periode waktu Juli 2023. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, gejala yang dirasakan, serta pemeriksaan fisik pada kedua telinga untuk melihat jenis perforasi pada membran timpani. Data disajikan dalam bentuk deskriptif. Dari 53 responden, 56,6% responden berusia 18 – 64 tahun dan didominasi oleh perempuan (52,8%). Gejala yang paling sering dirasakan oleh responden (>50% kasus) dengan OMSK adalah telinga terasa penuh, penurunan pendengaran, tinnitus, otorea, serta telinga yang terasa gatal. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa jenis perforasi yang paling dominan adalah perforasi sentral pada 98,1% kasus dan terdapat sekret telinga pada 88,7% kasus. Kesimpulan pada penelitian ini adalah OMSK memiliki gejala yang umum disertai dengan perforasi sentral dan gejala sekret telinga Kata Kunci: Otitis Media Supurativa Kronis, Otorea, Penurunan Pendengaran, Perforasi
Gambaran Radiologi Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada Pasien Meningioma di Rumah Sakit Daerah K.R.M.T Wongsonegoro Luh Putu Endyah Santi Maryani; Fernando Nathaniel; Dean Ascha Wijaya; Yohanes Firmansyah; Giovanno Sebastian Yogie
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 9 (2023): Volume 3 Nomor 9 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i9.11232

Abstract

ABSTRACT Meningioma, the most prevalent tumor in central nervous system, can be thoroughly evaluated using contrast MRI. This cross-sectional study aimed to analyze radiological characteristics of meningioma patients who underwent contrast-enhanced head MRI at K.R.M.T Wongsonegoro Regional Hospital. The patients were selected based on total sampling criteria, using medical records data from January to June 2023. The study examined various variables such as primary and secondary meningioma lesions, lesion size, location, increased intracranial pressure, midline shift, infarction, cranial nerve defects, and sinusitis. Data were presented descriptively. Among 30 respondents, average age was 49.33 years, and majority were females (96.7%). Most common location for primary meningiomas was right parafalcine region (16.7%). Average dimensions of primary meningioma lesions in the anterior-posterior, lateral-lateral, and cranial-caudal directions were 4.93 cm, 4.51 cm, and 4.43 cm, respectively. Meningomatosis was the predominant imaging finding in 33.3% of respondents, while 26.7% had secondary meningioma lesions. On average, the midline shift was 5.54 mm, with 93.3% of respondents experiencing midline shift, most frequently towards left side (53.3%). Clinical and radiological reviews demonstrated that all patients had increased intracranial pressure (ICP), among them, 9.9% experienced incidents of infarction, 13.3% had defects in cranial nerve II, and 43.3% had maxillary sinusitis. The conclusion of this study is that the location of meningioma generally varies with typical symptoms in the form of a midline shift and an increase in ICP Keywords : Central Nervous System, Head Tumor, Meningioma, MRI  ABSTRAK Meningioma merupakan tumor sistem saraf pusat yang paling sering. MRI kontras mampu memberikan evaluasi cukup lengkap terhadap meningioma. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran radiologi pasien meningioma yang menjalani pemeriksaan MRI kepala dengan kontras di Rumah Sakit Daerah K.R.M.T Wongsonegoro yang dipilih sesuai kriteria secara total sampling menggunakan data rekam medis pada periode waktu Januari 2023 sampai Juni 2023. Variabel dalam penelitian ini yaitu lesi meningioma primer dan sekunder, ukuran lesi meningioma, letak lesi meningioma, peningkatan tekanan intrakranial, midline shift, insiden infark, defek nervus kranial, dan sinusitis. Data disajikan dalam bentuk deskriptif. Dari 30 responden, rerata usia adalah 49,33 tahun dan didominasi oleh perempuan (96,7%). Lokasi meningioma primer umumnya di parafalcine kanan (16,7%), ukuran meningioma primer secara anterior-posterior, lateral-lateral, cranial-kaudal berturut-turut adalah 4,93 cm, 4,51 cm, dan 4,43 cm, dominasi gambaran meningioma adalah meningomatosis pada 33,3% responden, serta 26,7% responden memiliki lesi meningioma sekunder. Rerata midline shift sebesar 5,54 mm pada 93,3% responden dan umumnya bergeser ke sisi kiri (53,3%). Peninjauan dari segi klinis dan radiologi ditemukan bahwa seluruh pasien mengalami peningkatan tekanan intrakranial (TIK), terdapat 9,9% responden mengalami insiden infark, 13,3% responden mengalami defek pada nervus kranial II, dan 43,3% responden mengalami sinusitis maksilaris. Kesimpulan penelitian ini berupa letak meningioma umumnya bervariasi dengan gejala yang khas berupa midline shift dan peningkatan TIK Kata Kunci: Meningioma, MRI, Sistem Saraf Pusat, Tumor Otak
Hubungan Tekanan Darah dan Indeks Massa Tubuh terhadap Kapasitas Vital Paru pada Remaja Sekolah Menengah Atas Eko Kristanto Kunta Adjie; Ernawati Ernawati; Grace Erdiana; Yohanes Firmansyah; Alexander Halim Santoso; Fernandho Nathaniel; Dean Ascha Wijaya
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 1 (2024): Volume 4 Nomor 1 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i1.11997

Abstract

ABSTRACT Respiratory health can be determined based on the quality of lung function. Decreased lung capacity can affect lung function. The mechanism of this reduction depends on the underlying cause. This study aims to see the effect of body mass index (BMI) and blood pressure on lung vital capacity in adolescents. This research is a cross-sectional study conducted at the Kalam Kudus High School in June 2023, and involved teenage students in grades 10 and 11 aged 15-17 years. Analytical analysis uses the Linear Regression method, with the enter method, which aims to identify the factors that most influence the dependent variable. The results of the regression test stated that only BMI had a statistically significant effect on lung vital capacity (p-value: <0.001). From the analysis results, it was found that BMI significantly affects lung vital capacity. Further research is needed to assess other factors that affect lung vital capacity. Keywords: Lung Vital Capacity, Blood Pressure, BMI  ABSTRAK Kesehatan saluran pernafasan dapat ditentukan berdasarkan kualitas fungsi paru-paru. Penurunan kapasitas paru dapat memengaruhi fungsi paru-paru. Mekanisme dari penurunan tersebut bergantung pada penyebab yang mendasari. Penlitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari indeks masa tubuh (IMT) dan tekanan darah terhadap kapasitas vital paru pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kalam Kudus pada bulan Juni 2023, dan melibatkan siswa-siswi remaja yang berada di kelas X dan XI berusia 15-17 tahun. Analisis deskriptif berupa data untuk variabel kuantitatif dan proporsi (%) untuk variabel kualitatif. Analisis analitik menggunakan metode Regresi Linear, dengan enter method, yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap variabel tergantung. Hasil uji regresi menyatakan bahwa hanya IMT yang berpengaruh signifikan secara statistik dengan kapasitas vital paru (p-value: < 0,001). Dari hasil analisis didapatkan IMT memengaruhi kapasitas vital paru secara signifikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai faktor lain yang memengaruhi kapasitas vital paru. Kata Kunci: Kapasitas Vital Paru, Tekanan Darah, IMT