Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Manuju : Malahayati Nursing Journal

Abses Epidural sebagai Komplikasi Sinusitis Pada Anak: Laporan Kasus William Gilbert Satyanegara; Dana Profit Sampurno; Yusuf Damar Jatinugroho; Guntur Surya; Arwinder Singh; Hendy Halim
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 8 (2023): Volume 5 Nomor 8 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i8.10977

Abstract

ABSTRACT Intracranial complications from sinusitis are rare and can be life-threatening. Children have a higher risk of developing complications and difficult to recognize their signs and symptoms. A 14-year-old child presented with complaints of severe pain in the right ear and fever. The patient had a history of trauma to the right nose 2 years ago, controlled asthma, and an allergy to humid air. Painkillers were given which did not improve, followed by advanced radiology. The results showed an epidural abscess accompanied by sinusitis on the right frontal. Craniotomy followed by antibiotic therapy was performed as well as an evaluation of the patient's symptoms. Epidural abscess is a rare intracranial complication, and its recognition is quite tricky, requiring supporting examination and good teamwork. Early recognition and adequate therapy can prevent morbidity and mortality.  Keywords: Epidrual Abscess, Intracranial, Rhinosinusitis  ABSTRAK Komplikasi intrakranial dari sinusitis merupakan kejadian yang jarang dan dapat mengancam nyawa. Anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami komplikasi serta sulit dikenali tanda dan gejalanya. Seorang anak 14 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat pada telinga kanan sejak dan demam. Pasien memiliki riwayat trauma pada hidung kanan 2 tahun lalu, asma terkontrol, dan alergi terhadap udara lembab. Pemberian anti-nyeri yang tidak membaik, diikuti dengan radiologi lanjut. Hasilnya menunjukan terdapat abses epidural diserai dengan sinusitis pada frontal kanan. Pembedahan, diikuti dengan terapi antibiotik dilakukan serta evaluasi gejala pasien. Abses epidural merupakan komplikasi intrakranial yang jarang terjadi, dan pengenalannya cukup sulit sehingga membutuhkan pemeriksaan penunjang dan kerjasama tim yang baik. Pemberian terapi yang tepat dan adekuat dapat mencegah kesakitan dan kematian. Kata Kunci: Abses Epidural, Intrakranial, Rinosinusitis
Hubungan Kadar Insulin Puasa dengan Tekanan Darah Pada Kelompok Lanjut Usia: Studi Potong Lintang di Panti Santa Anna Robert Kosasih; Frisca Frisca; Alexander Halim Santoso; Yohanes Firmansyah; William Gilbert Satyanegara; Fernando Nathaniel; Joshua Kurniawan; Friliesa Averina; Daniel Goh; Ribkha Anggeline Hariesti Sitorus; Brian Albert Gaofman
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13127

Abstract

ABSTRACT Hypertension is one of the most common causes of death in the world. Insulin is a hormone that has been studied for a long time, and hyperinsulinemia is a condition where the body requires large amounts of insulin to achieve normal sugar levels. It was found that hypertensive patients with metabolic syndrome disorders have higher insulin levels with or without obesity which makes it considered as a risk factor. Finding the correlation between fasting insulin and blood pressure in nuring home. Cross-sectional study research on the correlation of fasting insulin levels with blood pressure in the elderly group at Santa Anna Nursing house. Respondents who meet the inclusion criteria will follow a series of data collection according to applicable physical and laboratory examination standards. Statistical analysis using spearman correlation analysis. There were 30 respondents who met the inclusion criteria with an average age of 73 (56 - 88) years, systolic blood pressure (SBP) 120 (105-150) mmHg, diastolic blood pressure (DBP) 70 (55-80) mmHg, and fasting insulin levels 9.45 (5.4-29.5) μIU / ml. the results of the analysis did not find a significant correlation between fasting insulin levels and blood pressure (p-value = 0.590 and 0.898). In this study, it was found that the higher the fasting insulin level, the lower the systolic blood pressure (r-systolic = -0.102). Fasting insulin is one of the tests that can be carried out as an early detection of metabolic disease, especially as a prevention of hypertension. Keywords: Fasting Insulin, Elderly, Blood Presure  ABSTRAK Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tersering di dunia. Insulin merupakan hormon yang telah dipelajari sejak lama, dan hiperinsulinemia merupakan suatu kondisi dimana tubuh membutuhkan jumlah insulin yang banyak untuk mencapai kadar gula darah yang normal. Ditemukan bahwa pada penderita hipertensi dengan gangguan sindroma metabolik memiliki kadar insulin yang lebih tinggi baik itu dengan atau tanpa obesitas yang membuatnya dipertimbangkan sebagai faktor risiko. Meneliti bagaimana korelasi kadar insulin puasa dengan tekanan darah di panti lansia. Penelitian studi potong lintang mengenai korelasi kadar insulin puasa dengan tekanan darah pada kelompok lanjut usia di Panti Lansia Santa Anna. Responden yang memenuhi kriteria inklusi akan mengikuti rangkaian pengambilan data sesuai standar pemeriksaan fisik dan labotorium yang berlaku. Analisis statistik menggunakan analisis korelasi spearman.  Terdapat 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 73 (56 – 88) tahun, tekanan darah sistolik (TDS) 120 (105-150) mmHg, tekanan darah diastolik (TDD) 70 (55-80) mmHg, dan kadar insulin puasa 9,45(5,4-29,5)μIU/ml. hasil analisis tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar insulin puasa dengan tekanan darah (p-value= 0,590 dan 0,898). Pada penelitian ini didapatkan semakin tinggi kadar insulin puasa maka akan semakin rendah tekanan darah sistolik (r-sistolik=-0,102). Insulin puasa merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan sebagai deteksi dini penyakit metabolik, khususnya sebagai pencegahan terhadap hipertensi.   Kata Kunci: Insulin Puasa, Lansia, Tekanan Darah
Hubungan Kadar Vitamin D Dengan Kadar Albumin Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Santa Anna Ernawati Ernawati; Olivia Charissa; Alexander Halim Santoso; Yohanes Firmansyah; Dean Ascha Wijaya; Fernando Nathaniel; William Gilbert Satyanegara; Hans Sugiarto; Jonathan Hadi Warsito; Valentino Gilbert Lumintang; Angel Sharon Suros
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 2 (2024): Volume 6 Nomor 2 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i2.13123

Abstract

ABSTRACT Low albumin and vitamin D levels in the elderly are often due to factors such as malnutrition, inflammation, and illness. A deficiency in albumin can affect the availability of vitamin D because it binds to albumin. Maintaining normal levels of albumin and vitamin D in the elderly has positive impacts on nutrition, healing, infection prevention, and metabolic function. This cross-sectional study aimed to investigate the relationship between vitamin D levels and albumin levels in the elderly. It was conducted at Santa Anna Elderly Care Home in November 2023. The variables in this study were vitamin D levels and albumin levels. Statistical analysis was performed using the Mann-Whitney test. Out of 47 respondents, the average age was 77.55 years. Mann-Whitney test results indicated no significant relationship between 25-hydroxyvitamin D levels and albumin levels in blood serum (p-value: 0.770). The correlation between these two variables showed a negative correlation, meaning that lower levels of 25-hydroxyvitamin D were associated with higher albumin levels. This is interesting because it contradicts the research hypothesis, suggesting that albumin levels may be influenced by factors outside the variables being studied. The correlation result of 0.044 falls into the category of very weak and cannot be considered a determining variable between two variables. Further analysis using the Mann-Whitney test revealed that there was no significant relationship or difference in mean values between 25-hydroxyvitamin D levels in the hypoalbuminemia and normal groups (p-value: 0.919), and there was no significant relationship or difference in mean values between albumin levels in the vitamin D deficiency and normal groups. Keywords: Albumin, Elderly, Vitamin D  ABSTRAK Albumin dan vitamin D yang rendah pada lanjut usia dapat terjadi karena faktor malnutrisi, inflamasi, dan penyakit. Kekurangan albumin dapat memengaruhi ketersediaan vitamin D, hal ini disebabkan vitamin D terikat pada albumin. Memiliki kadar albumin dan kadar vitamin D yang normal pada lanjut usia berdampak positif pada status nutrisi, penyembuhan, pencegahan infeksi, dan fungsi metabolik. Penelitian potong lintang ini bertujuan mengetahui hubungan kadar vitamin D dengan kadar albumin pada lanjut usia yang dilakukan di Panti Lansia Santa Anna pada November 2023. Variabel dalam penelitian ini adalah kadar vitamin D dan kadar albumin. Analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney. Dari 47 responden, rata-rata usia adalah 77,55 tahun. Hasil uji Mann Whitney menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar 25-hidroksi vitamin D dengan kadar albumin dalam serum darah (p-value: 0,770). Hasil korelasi antara kedua variabel tersebut menunjukan korelasi negatif yang berarti semakin rendah kadar 25-hidroksi vitamin D maka akan semakin tinggi kadar albumin. Hal ini cukup menarik dikarenakan berlawanan dengan hipotesis penelitian yang berarti pula sebenarnya kadar albumin disebabkan oleh banyak faktor di luar variabel yang diteliti. Hasil korelasi 0,044 masuk dalam kategori sangat lemah dan tidak dapat diperhitungkan sebagai variabel penentu antara kedua variabel. Hasil analisis lanjutan dengan uji Mann Whitney didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan atau perbedaan rerata yang bermakna antara kadar 25-hidroksi vitamin D pada kelompok hipoalbumin maupun kelompok yang normal (p-value: 0,919) serta tidak terdapat hubungan atau perbedaan rerata yang bermakna antara kadar albumin pada kelompok defisiensi vitamin D dan kelompok normal. Kata Kunci: Albumin, Lanjut Usia, Vitamin D
Hubungan Kadar Vitamin D dengan Kejadian Insomnia Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Santa Anna Anastasia Ratnawati Biromo; Noer Saelan Tadjudin; Alexander Halim Santoso; Yohanes Firmansyah; William Gilbert Satyanegara; Dean Ascha Wijaya; Joshua Kurniawan; Ayleen Nathalie Jap; Fladys Jashinta Mashadi; Melkior Michael Fransisco; Linginda Soebrata
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13516

Abstract

ABSTRACT Vitamin D deficiency is a public health problem that affects everyone regardless of their age. It is linked to various health problems, and one of them is sleep problem. Nearly 60% of elderly have sleep problems, with insomnia being the most frequently reported symptom. Insomnia can lead to physical, mental, behaviour problems, and increasing risk of having diabetes and cardiovascular disease. To find the association between vitamin D and insomnia in elderly. This research uses cross sectional study to find association between vitamin D and insomnia in elderly who live in Santa Anna’s nursing home. Respondents who met the inclusion criterias were measured for vitamin D and then filling out Insomnia Severity Index (ISI) questionnaire. Statistical analysis used is the Mann-Whitney test. Twenty-seven participants met the inclusion criteria, with the mean age of 75,59 (SD 7,42) years and vitamin D level 19,93 (SD 6,87) ng/ml. There was no significant difference in vitamin D level between non-insomnia and insomnia (p-value 0,979). However, from this study we found that lower vitamin D serum was associated with the increasing risk of insomnia. Vitamin D deficiency should be taken into account when treating elderly with sleep disorder. Health practitioners should consider Vitamin D supplementation as adjunctive treatment in sleep problems. Keywords: Insomnia, Elderly, Vitamin D  ABSTRAK Defisiensi vitamin D merupakan masalah kesehatan umum yang dapat terjadi pada semua orang tanpa memandang usia. Defisiensi vitamin D dihubungkan dengan berbagai macam masalah kesehatan, salah satunya adalah gangguan tidur. Gangguan tidur pada lansia merupakan masalah yang sering ditemui, dimana hampir 60% lansia mengalami gangguan tidur. Insomnia dapat menyebabkan gangguan fisik, mental, perilaku, dan meningkatkan risiko penyakit diabetes serta kardiovaskular. Meneliti hubungan vitamin D dengan kejadian insomnia pada lansia. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang mencari hubungan antara kadar vitamin D dengan kejadian insomnia pada orang lanjut usia di Panti Lansia Santa Anna. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pengukuran kadar vitamin D dan pengisian kuesioner Insomnia Severity Index (ISI) untuk insomnia. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Sebanyak 27 responden memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 75,59 (SD 7,42) tahun, dengan kadar vitamin D 19,93 (SD 6,87) ng/ml. Hasil analisis statistik tidak mendapatkan perbedaan rerata kadar vitamin D yang bermakna antara kelompok dengan atau tanpa insomnia (p-value 0,979), meski demikian pada penelitian ini didapatkan bahwa defisiensi vitamin D berisiko meningkatkan terjadinya insomnia. Defisiensi vitamin D harus dipertimbangkan dalam manajemen lanjut usia dengan gangguan tidur. Suplementasi vitamin D dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan pada lanjut usia yang mengalami gangguan tidur. Kata Kunci: Insomnia, Lansia, Vitamin D