Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

UJI PUPUK KANDANG KAMBING DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI EDAMAME PADA TANAH ALUVIAL Agustina Listiawati; Dwi Zulfita; Rahmidiyani Rahmidiyani; Maulidi Maulidi
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 3 (2023): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i3.3118

Abstract

Edamame soybean is a vegetable with high commercial value in Indonesia, especially after the popularity of edamame as a snack. Soybeans originating from Japan contain antioxidants and isoflavones. The purpose of this study was to determine the best interaction between goat manure and NPK on the growth and yield of edamame soybeans on alluvial soil. The design used in this study was a completely randomized factorial design consisting of 2 treatment factors. The first factor was goat manure (B) which consisted of 3 treatment levels, namely b1 = 10 tons/ha, b2 = 20 tons/ha, b3 = 30 tons/ha while the second factor was NPK fertilizer (P) which consisted of 3 levels treatment, namely p1 = 200 kg/ha, p2 = 300 kg/ha, p3 = 400 kg/ha. Each treatment was repeated 3 times with each repetition consisting of 4 sample plants. The variables observed in this study were plant height, root volume, plant dry weight, number of productive branches, number of fresh pods, fresh pod weight, number of filled pods, number of empty pods. Observational data were analyzed statistically using analysis of variance (F test at 5% level), if the F test showed a significant effect of each treatment it was followed by an Honest Significant Difference Test at 5% level. The results showed that the interaction of goat manure at a dose of 10 tons/ha and NPK at a dose of 200 kg/ha was effective in increasing the growth and yield of edamame soybeans on alluvial soilsINTISARI Kedelai edamame merupakan sayuran dengan nilai komersial tinggi di Indonesia, terutama setelah populernya edamame sebagai makanan ringan. Kedelai yang berasal dari Jepang ini mengandung antioksidan dan isoflavon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi terbaik antara pupuk kandang kambing dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame di tanah alluvial. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah pupuk kandang kambing (B) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu b1 = 10 ton/ha, b2 = 20 ton/ha, b3 = 30 ton/ha sedangkan faktor kedua adalah pupuk NPK (P) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu p1 = 200 kg/ha, p2 = 300 kg/ha, p3 = 400 kg/ha. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan setiap ulangan terdiri dari 4 tanaman sampel. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, volume akar, berat kering tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong segar, bobot polong segar, jumlah polong isi, jumlah polong kosong. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis varians (uji F pada taraf 5%), apabila uji F menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari masing-masing perlakuan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi pupuk kandang kambing dosis 10 ton/ha dan NPK dosis 200 kg/ha efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai edamame pada tanah aluvial.
PERTUMBUHAN DAN HASIL KUBIS BUNGA DENGAN APLIKASI TEPUNG CANGKANG ALE-ALE [Meretrix spp.] PADA TANAH GAMBUT Dwi Zulfita; Agustina Wilu Listiawati; Rahmidiyani Rahmidiyani; Surachman Surachman
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 3 (2023): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i3.3116

Abstract

Cabbage is one of the vegetables that have development prospects because it has high economic and social value. The demand is increasing, both domestically and abroad. At this time most of the flower cabbage plants are still imported from outside the region and are still rarely cultivated by farmers in West Kalimantan. This study aims to obtain the best dose of ale-ale shell flour for growth and yield of cauliflower on peat soil. The method used in this study was a completely randomized design (CRD) which consisted of one treatment factor, namely the factor of giving ale-ale shell flour (A) which consisted of 5 levels of treatment and each treatment consisted of 3 replications. The treatments in question were: a1 : giving ale-ale shell flour as much as 144.34 g/polybag, a2 : giving ale-ale shell flour as much as 171.51 g/polybag 3: giving ale-ale shell flour as much as 228.68 g/ polybag, a4 : provision of ale-ale shell flour as much as 285.85 g/polybag, a5 : provision of 343.02 g/polybag shellale-ale flour. Observational data were analyzed statistically using analysis of variance (F test at 5% level), if the F test showed a significant effect from each treatment, then Duncan's multiple distance test at 5% level. The results showed that the administration of ale-ale shell flour at a dose of 285.85 g/polybag was the best for the growth and yield of cauliflowerINTISARIKubis  bunga  merupakan  salah  satu sayuran yang memiliki prospek pengembangan     karena   mempunyai     nilai ekonomi dan sosial yang tinggi. Permintaannya    semakin    meningkat,    baik didalam negeri maupun di  luar negeri. Pada saat sekarang  ini sebagian besar tanaman kubis bunga masih didatangkan dari luar daerah  dan masih jarang diusahakan oleh petani di Kalimantan Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis tepung cangkang ale-ale yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil kubis bunga pada tanah gambut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor perlakuan yaitu faktor pemberian tepung cangkang ale-ale (A) yang terdiri dari 5 taraf perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari  3 ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah : a1 : pemberian tepung cangkang ale-ale sebanyak 144,34 g/polybag ,  a2 : pemberian tepung cangkang ale-ale sebanyak 171,51 g/polybag 3 : pemberian tepung cangkang ale-ale sebanyak 228,68 g/polybag, a4 : pemberian tepung cangkang ale-ale sebanyak 285,85 g/polybag, a5 : pemberian tepung cangkangale-ale sebanyak 343,02 g/polybag. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis varians (uji F taraf 5%), apabila uji F menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari masing-masing perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung cangkang ale-ale takaran 285,85 g/polybag terbaik untuk pertumbuhan dan hasil kubis bunga pada tanah gambut.
PENGARUH BOKASI KASGOT DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN PADA TANAH GAMBUT Faskalis Boby; Dwi Zulfita; Rahmidiyani Rahmidiyani
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 1 (2024): Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i1.3852

Abstract

The Kailan plant (Brassica oleraceae) is a type of leaf vegetable which is a type of cabbage and is a relatively new plant. The use of peat soil as a plant growing medium is faced with several obstacles, including poor chemical properties, insufficiently available nutrients, and high soil acidity levels with a pH between 3-5. One effort to improve the chemical properties of peat soil is by applying casgot fertilizer and urea fertilizer. This research aims to obtain the best dose from the interaction of giving casgot and Urea on the growth and yield of kailan on peat soil. This research was carried out at a location located on Jl. Sepakat 2, Gg. Racana Pontianak Untan, Provinsi Kalimantan Barat. The research was carried out on  2 July 2023 - 23 September 2023. This research used a Completely Randomized Factorial Design (RAL), consisting of 2 factors. The first factor is casgot (k): kl ≈ 37.5 g/polybag, k2 ≈ 75 g/polybag, k3 ≈ 112.5g/polybag. The second factor is Urea fertilizer (u): nl ≈ 0.4 g/plant, u2 ≈ 0.8 g/plant and u3 ≈ 1.2 g/plant. The variables observed in this study included the number of leaves (strands), plant height (cm), leaf area (cm²), root volume (cm³), plant dry weight (g) and plant fresh weight (g). The results of the research showed that there was no interaction between giving casgot and urea fertilizer that was best for your growth and yield on peat soil, but the interaction between giving casgot and urea fertilizer which was effective for your growth and yield on peat soil was shown by the interaction of giving 6 tons of casgot. /ha is equivalent to 75g/polybag and urea fertilizer at a dose of 100kg/ha is equivalent to 0.4g/plant Keywords: Casgot, Kailan, Peat Soil, Urea INTISARITanaman Kailan (Brassica oleraceae) merupakan salah satu jenis sayuran daun yang termasuk jenis kubis-kubisan dan merupakan tanaman yang relatif baru.   Pemanfaatan tanah gambut sebagai media tumbuh tanaman dihadapkan pada beberapa kendala, diantaranya sifat kimia yang kurang baik, unsur hara yang kurang tersedia, serta tingkat kemasaman tanah yang tinggi dengan pH antara 3-5. Salah satu upaya untuk meningkatkan sifat kimia tanah gambut adalah dengan pemberian bokasi Kasgot dan pupuk Urea. Penelitian ini bertujuan mendapatkan dosis terbaik dari interaksi pemberian bokasi Kasgot dan Urea terhadap pertumbuhan dan hasil kailan pada tanah gambut. Penelitian ini dilaksanakan di lokasi yang terletak di Jl. Sepakat 2, Gg. Racana Untan Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan pada 2 juli 2023 - 23 September 2023. Penelitian ini menggunakan Faktorial Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama yaitu Bokasi Kasgot (K) kl ≈ 37,5 g/polybag, k2 ≈ 75 g/polybag, k3 ≈ 112,5g/polybag. Faktor kedua yaitu pupuk Urea (U): nl ≈ 0,4 g/tanaman, u2 ≈ 0,8 g/tanaman dan u3 ≈ 1,2 g/tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi jumlah daun (helai), tinggi tanaman (cm), luas daun (cm²), volume akar (cm³), berat kering tanaman (g) dan berat segar tanaman (g). Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ditemukan interaksi pemberian bokasi Kasgot dan pupuk Urea yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil kailan pada tanah gambut tetapi interaksi pemberian bokasi kasgot dan pupuk urea yang efektif untuk pertumbuhan dan hasil kailan pada tanah gambut ditunjukan dengan interaksi pemberian bokasi Kasgot dosis 6 ton/ha setara dengan 75g/polybag dan pupuk Urea dengan dosis 100kg/ha setara dengan 0,4g/tanaman Kata Kunci: Bokasi Kasgot, Gambut, Kailan, Urea.
KARAKTER MORFOLOGI DAN HASIL JAGUNG MANIS DENGAN PENGURANGAN PUPUK N, P, K DAN TAKARAN PUPUK HAYATI PADA LAHAN GAMBUT Dwi Zulfita; Agus Hariyanti; Setia Budi; Rahmidiyani Rahmidiyani
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 1 (2024): Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i1.3864

Abstract

Increasing sweet corn production can be done through fertilizing N, P, K and applying various doses of biological fertilizer. This research was conducted on farmers' land in Rasau Jaya 2 Village, Kubu Rara Regency. The research was carried out on 14 August - 27 October 2023. The research aims to obtain the best interaction between doses of N, P, K fertilizer and biological fertilizer on the growth and yield of sweet corn on peat land. The research used a factorial randomized block design consisting of 2 factors. The first factor is the dose of N, P, K (A) fertilizer with 3 levels, namely: a1 (300 kg Urea/ha, 150 kg SP-36/ha, 100 kg KCl/ha), a2 (225 kg Urea/ha, 112 .5 kg SP-36/ha, 75 kg KCl/ha) and a3 (150 kg Urea/ha, 75 kg SP-36/ha, 50 kg KCl/ha). The second factor is the dosage of biological fertilizer (P) with 3 levels, namely: p1 (45 kg/ha), p2 (60 kg/ha) and p3 (75 kg/ha). The research results showed an interaction between N, P, K fertilizer at 75% of the recommended dose (225 kg Urea/ha, 112.5 kg SP-36/ha, 75 kg KCl/ha) and biological fertilizer at a dose of 60 kg/ha which showed Morphological characters and yields of sweet corn are best on peat soil. Keyword: Biological Fertilizer, Sweet Corn, N, P, K Fertilizer, Peat.INTISARIPeningkatan produksi jagung manis dapat dilakukan melalui pemupukan N, P, K dan pemberian berbagai takaran pupuk hayati. Penelitian ini dilakukan di lahan petani di Desa Rasau Jaya 2 Kabupaten Kubu Rara.  Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus - 27 Oktober 2023. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan interaksi terbaik antara dosis pupuk N, P, K dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis pada lahan gambut. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial  yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah takaran pupuk N, P, K (A) dengan 3 aras yaitu: a1 (300 kg Urea/ha, 150 kg SP-36/ha, 100 kg KCl/ha), a2 (225 kg Urea/ha, 112,5 kg SP-36/ha, 75 kg KCl/ha) dan a3 (150 kg Urea/ha, 75 kg SP-36/ha, 50 kg KCl/ha). Faktor kedua adalah takaran pupuk hayati (P) dengan 3 aras yaitu: p1 (45 kg/ha), p2 (60 kg/ha) dan p3 (75 kg/ha). Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara pupuk N, P, K dengan 75% dari takaran anjuran (225 kg Urea/ha, 112,5 kg SP-36/ha, 75 kg KCl/ha) dan pupuk hayati dosis 60 kg/ha yang menunjukkan karakter morfologi dan hasil jagung manis yang terbaik pada tanah gambut.Kata Kunci: Pupuk Hayati, Jagung manis, Pupuk N, P, K, Gambut.
EFFISIENSI PEMANFAATAN RED MUD DAN BOKHASI LIMBAH SAYURAN PADA MEDIA GAMBUT DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN DAN SERAPAN HARA TANAMAN LOBAK Rini Susana; Siti Hadijah; Rahmidiyani Rahmidiyani; Dwi Zulfita
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 1 (2024): Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i1.3874

Abstract

One of the efforts that can be made to improve the problem of low pH and low peat soil fertility is by providing ameliorant materials and organic fertilizer. Ameliorant is a material that can improve soil fertility and overcome soil acidity, one of which is red mud as a soil conditioner because it has a very alkaline pH. The objectives of this research are: 1. To assess the availability of N, P, K, Ca and Mg nutrients in peat media that is ameliorated with red mud and vegetable waste. 2. To assess the nutrient uptake of N, P, K in white radish  grown in peat media with amelioration of red mud and vegetable waste bokashi.This research was carried out at the Experimental Field, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University, Pontianak. This research used a Completely Randomized Factorial Design (CRD) with 2 factors. The first factor is red mud dosage (R) and the second factor is vegetable waste bokashi (B), Each factor consist of 3 level of dosage,  Red mud dosage levels are: 16 tons/ha; 18 tons/ha; 20 tons/ha, the bokashi dosage level for vegetable waste is: 15 tons/Ha; 20 tons/ha and 25 tons/ha. Observation variables include the availability of nutrients N, P, K, Ca, Mg, uptake of nutrients N, P, K, dry weight and fresh weight of white radish. The research showed that the application of red mud and  vegetable waste bokashi to peat soil was able to increase pH, base saturation, availability of the nutrients P, Ca, Mg, K and Na. However, the application of red mud and bokashi vegetable waste reduced the CEC and Organic C values of the soil. The uptake of the nutrients N, P and K was relatively the same between treatment combinations, the absorption of the N element was the greatest, followed by the elements K and P. The application of 18 tons/ha of red mud and 15 tons/ha of vegetable waste bokashi was an effective dose for the growth and yield of white radish on peat soil. Key words: peat, red mud, vegetable waste bokashi, radish INTISARI          Satu di antara upaya yang  dapat dilakukan untuk memperbaiki kendala pH rendah dan kesuburan tanah gambut yang rendah yaitu dengan pemberian bahan amelioran dan pupuk organik. Amelioran merupakan bahan yang dapat memperbaiki tanah dan mengatasi kemasaman tanah, salah satunya yaitu lumpur merah (Red mud) sebagai pembenah tanah karena memiliki pH yang sangat basa. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengkaji ketersediaan hara N,P,K,Ca dan Mg pada media gambut yang diameliorasi dengan red mud dan bokasi limbah sayuran. 2. Mengkaji serapan hara N,P,K pada tanaman lobak yaang ditanam pada media gambut dengan ameliorasi red mud dan bokashi limbah sayuran. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial Pola Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor.  Faktor pertama yaitu dosis red mud (R) sebanyak 3 taraf dan faktor kedua yaitu Bokasi limbah Sayuran (B) sebanyak 3 taraf sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan. Taraf dosis red mud adalah: 16 ton/ha; 18 ton/ha ; 20 ton/ha, taraf dosis bokashi limbah sayuran adalah: 15 ton/Ha; 20 ton/ha dan 25 ton/ha. Variabel pengamatan meliputi ketersedian unsur hara N,P,K, Ca, Mg, serapan unsur hara N,P,K, berat kering dan berat segar tanaman lobak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian red mud dan bokashi limbah sayuran pada tanah gambut mampu meningkatkan pH, Kejenuhan Basa, ketersediaan unsur hara P, Ca, Mg,K dan Na. Namun, pemberian red mud dan bokashi limbah sayuran  menurunkan nilai KTK dan C Organik tanah.  Serapan unsur hara N, P dan K relatif sama antar kombinasi perlakuan, penyerapan unsur N paling besar diikuti okeh unsur K dan P. Pemberian red mud 18 ton/ha dan bokashi limbah sayuran 15 ton/ha merupakan dosis efektif terhadap pertumbuhan dan hasil lobak  pada tanah gambut.Kata kunci: Bokashi limbah sayuran, Gambut, Lobak,  red mud
pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan stek lada juliadi juliadi; sitihadijah sitihadijah; rahmidiyani rahmidiyani
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 5, No 3 (2016): Desember 2016
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v5i3.17533

Abstract

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LADA     Oleh Juliadi1) Siti Hadijah2) Rachmidiyani2) 1)Mahasiswa Fakultas Pertanian, 2)Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAK   Lada merupakan salah satu komoditas rempah-rempah yang penting dari zaman dahulu hingga sekarang. Kebutuhan lada masyarakat yang meningkat membuat lada harus dikembangkan, salah satunya dengan penanaman menggunakan stek dengan komposisi media tanam tanah aluvial, pupuk kandang sapi, dan arang sekam padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi media tanam yang terbaik terhadap pertumbuhan stek tanaman lada 7 ruas yang langsung di tanam di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen rancangan acak lengkap faktor tunggal yaitu komposisi media tanam yang terdiri dati 5 taraf perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah p0 : Tanah + Pupuk kandang sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:0:0, p1 : tanah + pukan sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:1:0, p2 : tanah + pukan sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:0:1, p3 : tanah + pukan sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:1:1, p4 : tanah + pukan sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:2:1. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan setiap ulangan terdiri dari 4 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media yang diberikan meningkatkan pertumbuhan stek tanaman lada. Komposisi media p3 : Tanah Aluvial + Pukan Sapi + Arang Sekam Padi         dengan perbandingan 1:1:1 memberikan hasil yang terbaik bagi    pertumbuhan stek tanaman lada yang langsung ditanam di lapangan yang menghasilkan rata-rata tertinggi pada variabel pengamatan jumlah daun yaitu 81,05 helai dan panjang tunas yaitu 50,35 cm.   Kata Kunci : arang sekam padi, pupuk kandang sapi, stek lada, tanah aluvial                             THE EFFECT OF MEDIUM COMPOSITION ON THE GROWTH OF PEPPER CUTTING   By Juliadi1) Siti Hadijah2) Rachmidiyani2) 1)The student of the Faculty of Agriculture, 2)Lecturers in the Faculty of Agriculture Tanjungpura University Pontianak     ABSTRACT   Pepper is one of the commodities that are important spice from ancient times to the present. The current increased of pepper comsumption should be anticipated by increasing the production, in which one of them by using cuttings with growing media composition with alluvial soil, cow manure, and rice husks. This study aimed to determine the best composition of growth media on the growth of the pepper plant with 7cuttings  nodes, directly planted in the field. This study used afield experimental method with completely randomized design, with single factor, namely growing medium composition comprising 5 treatment levels. The treatment swere p0: soil + cow manure + rice husk with a ratio of 1: 0: 0, p1: soil + cow manure + rice husk, with a ratio of 1: 1: 0, p2: soil + cow manure + husk rice with a ratio of 1: 0: 1, p3: cow manure + soil + piles of rice husk with a ratio of 1: 1: 1, p4: cow maure + soil + piles of rice husk with a ratio of 1: 2: 1. Each treatment was repeated 5 times and each test consisting of 4 samples. The results showed that the composition of a given growing medium on pepper cuttings increasing the cutting growth. Composition of p3 media: alluvial Soil + cow manure + rice husk charcoalin the ratio 1: 1: 1 gives the best results for the growth of the pepper cuttings which were planted directly in the field that resulted in the highest average in theobserved variable that the number of leaves were 81,05 and the bud length which were 50,35 cm.   Keywords: rice husk, cow manure, pepper cuttings, alluvial                               PENDAHULUAN Lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditas rempah-rempah yang penting dari zaman dahulu hingga sekarang. Lada pernah dijuluki sebagai raja rempah-rempah (the king of spice) yang memiliki nilai ekspor yang  tinggi. Lada termasuk komuditas unggulan yang dapat meningkatkan devisa Negara. Prospek budidaya tanaman lada sangat baik, mengingat harga yang relatif tinggi. Pada akhir maret 2014 merujuk data Bappebti, harga lada hitam di pasar spot Lampung kembali terangkat dan dilepas pada posisi Rp 74.072 per kg, dan lada putih di pasar spot Pangkal Pinang ditransaksikan pada level Rp 120.084 per kg. Tingginya tingkat permintaan dan ekspor lada di pasar dunia telah memicu kenaikan harga lada di tengah turunnya tingkat suplai (produksi) lada di Tanah Air (Bappebti, 2014). Harga lada yang tinggi pada saat ini memotivasi petani untuk memulai kembali berkebun lada, oleh sebab itu diperlukan teknik budidaya yang baik terutama pada saat pembibitan. Stek memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif, efesien dan praktis, serta bibit yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya (Aguzaen, 2009). Pembuatan stek lada biasa dilakukan dengan dua cara yaitu stek panjang dan stek pendek. Penggunaan stek panjang yang langsung ditanam di lapangan 7 ruas, hal tersebut membuat peluang tumbuhnya lebih menjanjikan ketika diberikan campuran media tanam yang sesuai perlakuan dengan stek panjang yang memiliki peluang tumbuh dan berkembangnya lebih cepat, sehingga lebih efektif dan efisien dalam penyediaan dan digunakan sebagai bahan stek. Kelemahan menggunakan stek terletak pada sistem perakaran yang kurang baik, karena bibit lada asal stek hanya memiliki akar lateral sebagai akar utama, jumlahnya terbatas dan akar serabutnya hanya berada lapisan olah saja (Wahid dkk, 1996 dan Rismunandar, 2000). Hal itu menyebabkan jangkauan dan permukaan serapan akar tanaman menjadi terbatas, sehingga kemampuan menyerap hara dan air menjadi terbatas. Media tumbuh yang baik sangat diperlukan terutama pada saat pembibitan dan penanaman langsung di lapangan karena media yang baik akan memberikan keleluasaan akar untuk berkembang secara optimal, memudahkan tanaman dalam menyerap unsur hara dan air. Media tanam yang baik untuk stek tanaman lada adalah harus subur, memiliki porositas cukup, aerasi yang bagus, drainase baik, kapasitas mengikat air yang tinggi dan terhindar dari genangan air yang berlebihan karena akan mengakibatkan pembusukan akar tanaman maupun stek itu sendiri oleh sebab itu pemberian media tanam yang tepat akan memberikan pertumbuhan stek dan akar yang baik. Penggunaan tanah aluvial dalam media stek dihadapkan dengan struktur tanah yang pejal dan miskin unsur hara, oleh sebab itu perlu adannya penambahan bahan organik pupuk kandang sapi dan arang sekam padi agar tanah menjadi gembur dan subur. Pemanfaatan pupuk kandang sapi dan arang sekam padi sebagai media tanaman diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah aluvial yang cenderung pejal, miskin unsur hara, dan sedikit mikro organisme. Sehingga dari hal tersebut perlu adanya komposisi media tanam yang sesuai untuk pembibitan lada. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : mengetahui komposisi media tanam yang terbaik terhadap pertumbuhan stek tanaman lada 7 ruas yang langsung di tanam di lapangan.   METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Dusun Segonde, Desa Pisak, Kecamatan Tujuhbelas, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, dengan lama penelitian 4 bulan. Waktu penelitian dimulai dari tanggal 01 April 2016 persiapan lahan, media dan bahan penelitian, kemudian tanggal 13 Mei 2016 sampai 13 Agustus 2016 adalah proses pengamatan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek lada 7 ruas, tiang pancang (panjat) dan jarak tanam, tanah aluvial, pupuk kandang sapi, arang sekam padi, dan sungkup (penutup stek). Alat yang digunakan adalah pisau stek, meteran, cangkul, skop, gembor, pisau, parang, ember, takin, timbangan, palu, gergaji, paku, termometer, higrometer, corong, kamera, serta alat-alat lain yang mendukung selama kegiatan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen rancangan acak lengkap faktor tunggal yaitu komposisi media tanam yang terdiri dati 5 taraf perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah p0 : Tanah + Pupuk kandang sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:0:0, p1 : tanah + pukan sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:1:0, p2 : tanah + pukan sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:0:1, p3 : tanah + pukan sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:1:1, p4 : tanah + pukan sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:2:1. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan setiap ulangan terdiri dari 4 sampel. Pelaksanaan penelitian meliputi penyiapan media dan lahan tempat penelitian. Langkah-langkah penyiapan media dan lahan adalah persiapan media dengan mencampurkan jumlah banyaknya media untuk memenuhi lobang tanam disetiap perlakuan diukur dengan perbandingan volume sesuai perlakuan. Kemudian di inkubasi selama 1-3 hari, selanjutnya dimasukan kedalam lobang tanam yang sudah disediakan ukuran atas 30cm x 30cm, bawah 30cm x 30cm dan kedalaman 20cm. Pemasangan sungkup menggunakan pelepah daun rotan dilahan tempat penelitian sesegera mungkin sesudah saat penanaman stek untuk mencegah cahaya matahari secara langsung yang mempercepat penguapan dan kekeringan yang akan terjadi pada stek tanaman. Pengambilan stek tanaman lada bahan stek diperoleh dari tanaman lada berumur 1-2 tahun atau tanaman dalam keadaan tidak berbunga dan berbuah. Tanaman lada diambil dari varietas Bengkayang yang berasal dari kebun rakyat di Kecamatan Tujuhbelas, Kabupaten Bengkayang. Stek diambil pada sore hari menggunakan pisau stek yang tajam sekitar 20cm dari pangkal batang cabang ortotrop atau batang panjat. Stek dipotong miring sekitar 450. Panjang stek yang diambil dari batang induk sekitar 9-12 ruas, sebanyak 100 stek, kemudian stek dibungkus dengan daun pisang dan dimasukan kedalam karung goni yang sudah disediakan untuk menguruangi penguapan selama perjalanan. Penyiapan stek sebelum ditanam di dalam lubang tanam stek yang sudah diambil 9-12 ruas akan dipotong bagian ujung, hingga tersisa 7 ruas dan 4 daun yang tersisa disetiap cabang-cabang ruas bagian atas stek. Sebelum dilakukan penanaman, pangkal stek direndam dalam air sungai  yang berlumpur (pada kolam air berlumpur) yang sudah disediakan selama 1-3 hari agar kondisi stek tetap dalam kondisi seimbang. Penanaman dilakukan sore hari langsung setelah stek siap di tanam pada pukul 16.00 dengan memasukan stek kedalam media yang telah disiapkan ke dalam lobang tanam sesuai dengan komposisi perlakuan. Cara penanaman adalah sebagai berikut : lobang tanam yang berisi media diambil sebagian untuk memasukan stek kemudian diisi kembali. Stek dimasukan 4 ruas kedalam tanah dan 3  ruas berada diatas. Setelah stek dimasukan ke lobang tanam, kemudian media dikembalikan kedalam lubang tanam dengan hati-hati supaya posisi stek tepat berada ditengah sesuai dengan bentuk lubang tanamannya. Stek yang sudah ditanam dalam lubang tanam disiram dengan jumlah yang sama supaya media yang ada dalam lubang tanam lebih rapat. Stek segera dipasangkan sungkup/penutup menggunakan pelepah rotan dilahan tempat penelitian yang sudah disediakan dengan kelembaban dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan stek lada. Pemeliharaan stek lada dilakukan dengan cara penyiraman 2 kali sehari pada pagi pukul 06.00 WIB dan sore pukul 17.00 WIB. Air yang digunakan yaitu 2 liter sama banyaknya setiap tanaman/lubang tanam. Kemudian penyiangan gulma secara rutin disekitar tanaman baik diluar maupun di dalam area kebun dan tanaman. Variabel pengamatan yang berpengaruh nyata diuji lanjut menggunakan uji BNJ (Beda Nyata Jujur). Variabel pengamatan yang berpengaruh tidak nyata disajikan dalam bentuk gambar (grafik).   HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis keragaman, uji lanjut, dan rata-rata pengaruh komposisi media tanah aluvial : pupuk kandang sapi : arang sekam padi terhadap pertumbuhan stek lada semua variabel pengamatan adalah sebagai berikut : Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Keragaman semua Variabel Pengamatan SK db F Hitung F Tabel 5% JT JD PT Perlakuan 4 1,86tn 10,87* 6,50* 2,87 Galat 20 Total 24 KK (%)   19,15 27,67 25,74   Keterangan : *        = Berpengaruh nyata tn = Berpengaruh tidak nyata KK    = Koefisien Keragaman JT      = Jumlah Tunas JD     = Jumlah Daun PT     = Panjang Tunas   Tabel 1. menunjukkan bahwa komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas tanaman lada. Rata-rata jumlah tunas tanaman lada dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini : Gambar 1. Rata-rata Jumlah Tunas setiap Perbandingan Media Tanam Gambar 1. menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tunas tanaman lada dengan pemberian media tanam tanah aluvial : pupuk kandang sapi : arang sekam padi berkisar antara 1,40 sampai 1,90 tunas. Rata-rata jumlah tunas tanaman lada tertinggi dihasilkan oleh pemberian media tanam dengan perbandingan 1 : 2 : 1 yaitu 1,90 tunas. Rata-rata jumlah tunas terendah dihasilkan oleh pemberian media dengan komposisi 1 : 0 : 0 yaitu 1,40 tunas. Hasil analisis keragaman pada Tabel 1. menunjukkan bahwa pemberian komposisi media berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman lada. Selanjutnya dilakukan uji BNJ taraf 5% untuk mengetahui perbedaan setiap perlakuan yang disajikan pada Tabel 2. berikut ini : Tabel 2. Uji BNJ Pengaruh Komposisi Media terhadap Jumlah Daun dan Panjang Tunas Tanah : Pukan Sapi : Arang Sekam Jumlah Daun (daun) Panjang Tunas (cm) 1 : 0 : 0 25,70 c 21,23 b 1 : 1 : 0 41,45 bc 33,37 ab 1 : 0 : 1 51,10 bc 35,02 ab 1 : 1 : 1 81,05 a 50,35 a 1 : 2 : 1 68,70 ab 39,48 a BNJ 5% 28,07 17,48 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata    antarperlakuannya pada taraf 5%   Tabel 2. menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman lada dengan komposisi media tanah aluvial : pupuk kandang sapi : arang sekam padi (1 : 1 : 1) menghasilkan rata-rata tertinggi yaitu 81,05 daun yang berbeda nyata dengan tanaman lada semua komposisi media kecuali 1 : 2 : 1. Jumlah daun terendah dihasilkan oleh tanaman lada dengan perbandingan media 1 : 0 : 0 yaitu 25,70 daun yang berbeeda nyata dengan tanaman lada komposisi media 1 : 1 : 1 dan 1 : 2 : 1, namun berbeda tidak nyata dengan tanaman lada komposisi media 1 : 1 : 0 dan 1 : 0 : 1. Tabel 3. menunjukkan bahwa panjang tunas tanaman lada dengan komposisi media tanah aluvial : pupuk kandang sapi : arang sekam padi (1 : 1 : 1) menghasilkan rata-rata tertinggi yaitu 50,35 cm yang berbeda tidak nyata dengan tanaman lada semua komposisi media kecuali 1 : 0 : 0. Panjang tunas terendah dihasilkan oleh tanaman lada dengan perbandingan media 1 : 0 : 0 yaitu 25,70 daun yang berbeeda nyata dengan tanaman lada komposisi media 1 : 1 : 1 dan 1 : 2 : 1, namun berbeda tidak nyata dengan tanaman lada komposisi media 1 : 1 : 0 dan 1 : 0 : 1. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam berupa tanah aluvial, pupuk kandang sapi, dan arang sekam padi pada tanaman lada belum memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah tunas stek lada. Hal ini diduga karena faktor genetik dan faktor luar yaitu suhu dan kelembaban. Menurut Suprapto (2014),  bahwa pertumbuhan tunas pada stek didukung oleh faktor dalam diantara menyangkut sifat-sifat genetik dan bawaan dari stek itu sendiri. Kemudian yang paling dominan dipengaruhi oleh faktor luar yaitu media tanam, suhu dan kelembaban. Rata-rata suhu selama penelitian berlangsung yaitu 26,630C dan rata-rata kelembaban yaitu 62,93%. Pertumbuhan stek lada selain dipengaruhi oleh media juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan sekitarnya. Hartman (1983) menambahkan bahwa suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21°C sampai dengan 27°C pada pagi dan siang hari dan 15°C pada malam hari. Berdasarkan panduan teknis kebun lada, bahwa untuk menunjang pertumbuhan optimal stek lada membutuhkan suhu optimal 230C - 300C, kelembaban udara 70% - 90 %, dan curah hujan 150 - 200 mm/bulan. Rata-rata suhu selama penelitian berlangsung yaitu 26,630C, rata-rata kelembaban yaitu 62,93%, dan rata-rata curah hujan pada bulan Mei yaitu 116,36 mm, bulan Juni yaitu 104,60 mm, bulan Juli yaitu 116,10 mm, dan bulan Agustus hanya 3,14 mm. Suhu dan curah hujan yang sesuai syarat tumbuh membuat pertumbuhan stek lada berlangsung dengan baik meskipun saat penelitian berlangsung kelembaban masih rendah. Diduga rendahnya kelembaban menyebabkan jumlah tunas yang terbentuk tidak maksimal. Suhu di sekitar tanaman sangat berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman, terutama pada proses fotosistesis, respirasi, penyerapan air dan hara serta translokasi yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jumin (1992), menjelaskan bahwa translokasi asimilat terjadi dengan adanya molekul/ion melintasi membran dari daun ke jaringan merismatik. Komposisi media antara tanah aluvial, pupuk kandang sapi, dan arang sekam padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dan panjang tunas sehingga meningkatkan jumlah daun dan panjang tunas stek tanaman lada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanah aluvial : pupuk kandang sapi : arang sekam padi (1 : 1 : 1) menghasilkan rata-rata jumlah daun tertinggi yaitu 81,05 helai. Komposisi media tanah aluvial : pupuk kandang sapi : arang jerami (1 : 1 : 1) menghasilkan rata-rata panjang tunas yang tertinggi yaitu 50,35 cm. Komposisi media yang seimbang antara ketiga bahan tersebut menyediakan unsur hara yang cukup untuk stek tanaman lada. Campuran media dengan jumlah yang sama menyebabkan media dalam keadaan ideal dan cocok untuk pertumbuhan tanaman dengan menyediakan unsur hara karena aerasi menjadi lebih baik sehingga oksigen masuk ke dalam tanah. Pemberian pupuk kandang sapi dan arang jerami padi dengan tanah aluvial memperbaiki sifat fisik tanah yang bertekstur keras sehingga akar sulit untuk menembusnya. Media yang baik juga memungkinkan aktivitas mikroorganisme berjalan dengan baik sehingga membantu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Tanah aluvial bisa dijadikan media tanam jika faktor pembatas bisa diperbaiki. Salah satu perbaikannya yaitu penambahan pupuk organik (pupuk kadang sapi). Pupuk kandang sapi sering digunakan untuk menambahkan bahan organik dalam tanah yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu pupuk kandang sapi mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor, serta kalium, dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium, dan sulfur (Munawar, 2006). Lakitan (2007) menambahkan bahwa pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ketersediaan hara. Jika unsur hara tersedia dengan tepat maka pertumbuhan tanaman akan maksimal termasuk. Pupuk kandang sapi juga mengandung hormon seperti creatin, asam indol asetat, dan auksin yang dapat merangsang pertumbuhan akar. Tanaman akan mudah menembus media yang memiliki tekstur baik dan menyerap unsur hara yang tersedia dengan optimal sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman lada termasuk penambahan jumlah daun. Menurut Musnamar (2003), pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Pupuk kandang banyak mengandung unsur hara baik makro maupun mikro. Unsur N dan K kebanyakan bersumber dari kotoran cair sedangkan unsur P berasal dari kotoran padat. Nyakpa dkk (1988) mengemukakan bahwa peranan P penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar, dan rambut akar. Pupuk kandang sapi yang diberikan adalah bahan organik yang berfungsi membuat unsur hara menjadi tersedia sehingga memudahkan akar tanaman lada untuk menyerapnya. Arang sekam padi memiliki karakteristik yang ringan dan kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kemampuan menahan air tinggi, berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan baik. Arang sekam padi memiliki pH yang cukup tinggi antara 8,5-9,0 sehingga sangat baik untuk meningkatkan pH pada tanah asam. Tanah aluvial memiliki pH yang masam sehingga pencampuran dengan pupuk kandang sapi dan arang sekam padi dapat meningkatkan pH sekaligus menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan stek tanaman lada. Arang sekam padi juga memiliki sifat porositas yang baik dan kemampuan menyerap air rendah (Istiqomah, 2007). Hal ini membuat media dapat menampung air dengan optimal sesuai kebutuhan tanaman sehingga berdampak baik untuk pertumbuhan termasuk jumlah daun dan panjang tunas stek tanaman lada. Dewi dkk (2007) yang menyatakan bahwa tanaman lada menghendaki kondisi tanah yang memiliki aerasi dan drainase yang baik. Kondisi tanah yang baik tentu memiliki ketersediaan unsur hara untuk diserap oleh tanaman. Unsur hara dalam bentuk tersedia akan lebih cepat terserap oleh akar tanaman yang akan digunakan dalam proses metabolisme sehingga akan memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah daun dan panjang tunas stek lada dengan komposisi media yang seimbang. Jumlah tunas, panjang daun, dan jumlah tunas yang dihasilkan oleh stek lada dengan kombinasi media tanah + pupuk kandang sapi + arang sekam padi (1 : 0 : 0) lebih rendah dibandingkan dengan stek lada pada kombinasi media lainnya. Hal ini diduga disebabkan oleh media untuk stek lada adalah tanah aluvial yang memiliki kelemahan yaitu derajat kemasaman yang tinggi. Tanah aluvial juga memiliki sifat fisik yang keras sehingga akar tanaman sulit menembus tanah untuk menyerap air dan unsur hara. Hakim, dkk, (1986) mengemukakan bahwa status kesuburan aluvial amat tergantung dengan bahan induk  dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relatif rendah dan pH lebih rendah dari 6,5 daerah-daerah dengan curah hujan rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral. Keadaan ini menyebabkan stek lada dengan media tanah aluvial saja mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian bahan organik. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup (Melati dan Andriyani, 2005). Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang sapi dan arang sekam padi dapat meningkatkan pertumbuhan stek lada.   Rekapitulasi Hasil Penelitian Rangkuman rata-rata hasil penelitian pengaruh komposisi media terhadap pertumbuhan stek lada semua variabel pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4. berikut ini : Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penelitian semua Variabel Pengamatan Perbandingan Media Jumlah Tunas Jumlah Daun Panjang Tunas p0 1,40 25,70 c 21,23 b p1 1,55 41,45 bc 33,37 ab p2 1,55 51,10 bc 35,02 ab p3 1,70 81,05 a 50,35 a p4 1,90 68,70 ab 39,48 a KK (%) 19,15 27,67 25,74 F Hitung 1,86tn 10,87* 6,50* Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata            antarperlakuannya pada taraf Uji BNJ 5% p0 : Tanah + Pukan Sapi + Arang Sekam Padi dengan perbandingan 1:0:0 p1 : Tanah + Pukan Sapi + Arang Sekam Padi dengan perbandingan 1:1:0 p2 : Tanah + Pukan Sapi + Arang Sekam Padi dengan perbandingan 1:0:1 p3 : Tanah + Pukan Sapi + Arang Sekam Padi dengan perbandingan 1:1:1 p4 : Tanah + Pukan Sapi + Arang Sekam Padi dengan perbandingan 1:2:1 KK    = Koefisien Keragaman tn = Berpengaruh tidak nyata *       = Berpengaruh nyata KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa komposisi media yang diberikan meningkatkan jumlah dan panjang tunas. Komposisi media p3 yaitu tanah aluvial + pukan sapi + arang sekam padi dengan perbandingan 1:1:1 memberikan hasil yang terbaik bagi pertumbuhan stek tanaman lada yang langsung ditanam di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stek lada dengan komposisi media 1 : 1 : 1 menghasilkan rata-rata tertinggi pada variabel pengamatan jumlah daun yaitu 81,05 helai dan panjang tunas yaitu 50,35 cm.   DAFTAR PUSTAKA Aguzaen, H. 2009. Respon Pembibitan Stek Bibit Lada (Piper nigrum L)   terhadap Pemberian Air Kelepa dan Berbagai Jenis CMA. Jurnal Agronobis          Vol 1, No 1. Universitas Baturaja. Malang.   BAPPEBTI, 2014. Analisis Harga Lada Hitam/Putih Maret 2014. http://www.bappebti.go.id//media/docs/info-komoditi_2014-04-15_16-56-53_Analisis_Bulanan_Lada-Maret.pdf diakses 20 Mei 2014.   Dewi, O; A. Nurawan; A. Hanafiah; Budiman; D.Sediono; dan D. Saragih. 2007. Petunjuk Teknis Pembibitan Lada Perdu. http://ditjenbun.deptan.go.id/Akses 11 September 2015   Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S. G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H. H. Barly, 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung. Lampung.   Hartman, H.T. and D.E. Kester. 1983. Plant Propagation Principles and Practices.4 th ed. Prentice Hall. New Jersey. United State.   Istiqomah, S, 2007. Menanam Hidroponik. Azka Mulia Media. Jakarta.   Jumin, H. B, 1992. Ekofisiologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Pers. Jakarta   Lakitan. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta   Munawar,  Effi, I. 2006. Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya. Jakarta.   Rismunandar dan M. H. Riski. 2003. Lada budidaya dan Tata Niaganya. Cetakan X. Penebar Swadaya. Jakarta.   Suprapto, A. 2014. Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu Stek Tanamam, Magelang : Universitas Tidar Magelang.   Wahid, P., D. Soetopo, R. Zaubin, I. Mustika dan N. Nurdjannah. 1996. Monograf Tanaman Lada. Balitro. Bogor.
PENGARUH PUPUK HIJAU PAITAN DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN PADA TANAH GAMBUT Watini Watini; Dwi Zulfita; Rahmidiyani Rahmidiyani
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 12, No 3
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v12i3.61904

Abstract

Kailan merupakan salah satu jenis sayuran daun yang termasuk jenis kubis-kubisan dan merupakan tanaman yang relatif baru. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Agustus sampai 23 Oktober 2022. Penelitian bertujuan terjadi interaksi antara pupuk hijau paitan dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kailan pada lahan gambut dan mendapatkan interaksi antara pupuk hijau paitan 30 ton/ha setara dengan 375 g/polibag dan NPK 300 kg/ha setara dangan 1,2 g/polibag dapat memberikan pertumbuhan dan hasil kailan pada lahan gambut. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor perlakukan yaitu pupuk hijau paitan (B) dan NPK (P) yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan setiap perlakuan terdapat 3 tanaman sampel. Perlakuan yang dimaksud adalah perlakuan pupuk hijau paitan dengan 3 taraf yaitu b1 (pupuk hijau paitan 20 ton/ha),  b2 (pupuk hijau paitan 30 ton/ha) dan b3 (pupuk hijau paitan 40 ton/ha). Perlakuan pupuk NPK terdiri dari 3 taraf yaitu p1 (NPK 200 kg/ha), p2  (NPK 300 kg/ha), p3 (NPK 400 kg/ha).  Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi tanaman, volume akar, berat segar tanaman, jumlah daun, luas daun, berat  kering tanaman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara pemberian pupuk hijau paitan dan NPK terhadap berat kering tanaman kailan pada tanah gambut. Interaksi antara pupuk hujau kalian dosis 30 ton/ha setara dengan 375 kg/polybag dan NPK dosis 200kg/ha setara dengan 0,8 g/polybag memberikan pertumbuhan dan hasil kalian yang terbaik pada tanah gambut.
PENGARUH BOKASHI LIMBAH PADAT TAPIOKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING Candra Prastyo; Rahmidiyani Rahmidiyani; Edy Santoso
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v7i1.22791

Abstract

PENGARUH BOKASHI LIMBAH PADAT TAPIOKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING Candra Prastyo1), Rahmidiyani2), Eddy Santoso2)1)      Mahasiswa Fakultas Pertanian dan 2) Dosen Fakultas PertanianUniversitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAK Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura multifungsi yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Tanah podsolik merah kuning berpotensi untuk perluasan areal budidaya tanaman cabai merah.  Pemanfaatan tanah podsolik merah kuning sebagai media tanam tanaman cabai dihadapkan pada beberapa kendala terutama sifat fisik dan kandungan bahan organik yang rendah. Alternatif untuk memperbaiki struktur tanah PMK yang padat yaitu dengan menambahkan bahan organik berupa bokashi limbah padat tapioka. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis bokashi limbah padat tapioka yang terbaik bagi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah pada tanah podsolik merah kuning. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari tanggal 27 Mei – 27 Agustus 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 5 ulangan dan tiap ulangan terdiri dari 3 tanaman sampel. Perlakuan yang dimaksud adalah pemberian bokashi limbah padat tapioka dengan dosis 480, 600, 720, 840 dan 960 g/tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi tinggi tanaman, berat kering tanaman, volume akar, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, diameter buah dan panjang buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bokashi limbah padat tapioka dengan dosis 600 g/tanaman merupakan dosis yang efektif dibandingkan dengan dosis lainnya. Kata Kunci : podsolik merah kuning, bokashi limbah padat tapioka, cabai merah
Inventory of Natural Orchid Species in Sungai Pelaik Melemba Village Corseving Area at Danau Sentarum National Park Batang Lupar District Kapuas Hulu Regency YERIKHO JIMMY KURNIAWAN; Agustina Listiawati; Rahmidiyani Rahmidiyani
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 8, No 1 (2019): Januari 2019
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v8i1.28738

Abstract

ABSTRACT Inventory of natural orchid species (Orchidaceae) is activity to record the data whether there is the presence and absence of orchid itself and also to find out the current existing species and it has economic value to communities. Orchid is a potential biological plant. This flower that is well-know as wilderness gem is a flowering plant which has diverse types, both colors, shapes and all part of the plant. Diversity of these Orchids that in habitat in West Kalimantan will gradually come to extinction and scarcity if they are ignored. Therefore, it must take a real further preservation and expansion toward these Orchids. The purpose of this study is to inventory natural orcid species in Sungai Pelaik, Melemba Village, conserving area at Danau Sentarum National Park, Batang Lupar District, Kapuas Hulu Regency. The research method used was purposive sampling namely, which is a withdrawal sample technique done based on the objective or the problem of the study. The sampling technique uses the path method to explore the research area of 10 ha. The result of this study found 26 species of orchid, consists of 25 types of epiphytes and 1 type of terrestrial.Keyword: Inventory, Orchid, Kapuas Hulu Regency
INVENTARISASI JENIS TUMBUHAN DURIAN PADA HUTAN KECAMATAN SEKADAU HILIR KABUPATEN SEKADAU Yosef Kafaso; Rahmidiyani Rahmidiyani; Warganda Warganda
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 8, No 1 (2019): Januari 2019
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v8i1.28134

Abstract

INVENTARISASI JENIS TUMBUHAN DURIAN PADA  HUTAN KECAMATAN SEKADAU HILIR KABUPATEN SEKADAUYosef Kafaso1, Rahmidiyani2, Warganda3 1Budidaya; Universitas Tanjungpura2Budidaya; Universitas Tanjungpura3Budidaya; Universitas Tanjungpurae-mail: *1yosefkafaso94@gmail.com ABSTRACTThe aim of this research was to know the variety of Durio plant in Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau. This research was conducted in Seguri forest located at Desa Peniti, Entada forest in Desa Gonis Tekam and Munggu Betung forest in Desa Semabi for three months, started from December 2017 until March 2018, using survey method by exploring all of the Tembawang Seguri forest areas and Tembawang Entada forest. The sampling was done by purposive sampling. The criteria of the mature plants and plant that has been fruitful several times. Based on the result of the research in the field, there are six types of Durian, the six types of Durian are Durio zibethinus, Durio kutejensis, Durio oxleysnus, Durio lanceolatus, Durio lowianus and Durio excelcus. The type of Durio zibethinus Murr was the most widely plant found in Entada,Seguri  and Munggu Betung forest. Durio lanceolatus only found in Entada forest. Durio  lowianus was found in the Entada and Munggu Betung forest and Durio exelcus was found in Seguri and Munggu Betung forest. Generally, the place of Durian plant not really different in each species, based on the vegetation, the condition of environment. The difference was only in the height of the place and habitat, and even it was still in a condition that the durian plant wants to grow. There were no specific species found of Durian in the others location because the trees was cut down by the villagers because of the unpleasant taste of the fruit, the conversion of land functions such as agriculture, house building infrastructure and others, and lack of public awareness of biodiversity conservation.   Keywords: Durian, Durian’s habitat, Kabupaten Sekadau.