Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Urgensi Penormaan Prinsip Commercial Exit From Financial Distress Dalam Undang-Undang Kepailitan Indonesia Stardo R. L. Mait; Wulanmas A.P.G. Frederik; Dani R. Pinasang
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 5 (2023): Innovative: Journal of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Undang-undang kepailitan adalah peraturan hukum yang mengatur proses ketika suatu perusahaan atau individu menghadapi kesulitan keuangan yang serius dan tidak mampu lagi membayar utangnya. Prinsip-prinsip yang mendukung keluar dari kesulitan keuangan secara komersial (commercial exit from financial distress) adalah penting untuk mengoptimalkan pemulihan keuangan dan berbagai pihak yang terlibat. Dalam konteks Indonesia, penormaan prinsip-prinsip yang mendukung "commercial exit from financial distress" bisa menjadi hal yang relevan dan mendesak jika ada rencana perubahan atau penyempurnaan dalam undang-undang kepailitan untuk lebih mengakomodasi proses restrukturisasi dan pemulihan bisnis yang sehat. Tujuan utama hukum kepailitan adalah untuk memberikan mekanisme yang adil dan teratur bagi para kreditor dan debitur agar mereka dapat menyelesaikan klaim piutang dan utang dengan cara yang paling efisien dan mengatur pemulihan keuangan agar perusahaan atau individu yang terkena dampak dapat bergerak maju. Di Indonesia, undang-undang kepailitan diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Kata Kunci: Kewajiban pembayaran, Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Undang-undang kepailitan,
Application Of Electronic Evidence As Extension Of Legal Civil Evidence Divorce Cases In Indonesia Sukmasari, Amelia; Frederik, Wulanmas; Kalalo, Merry Elisabeth; Soepeno, Muhammad Herro
International Journal of Law, Environment, and Natural Resources Vol. 4 No. 1 (2024): April Issue
Publisher : Scholar Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51749/injurlens.v4i1.95

Abstract

Electronic evidence serves as a crucial component in civil trials, such as divorce cases, offering comprehensive proof to sway judges and ensure justice and legal certainty for involved parties. Nonetheless, disagreement persists regarding its classification, whether as supplementary or primary evidence, posing significant questions within formal and material law. This study employs normative juridical legal research, which scrutinizes theories, concepts, legal principles, and statutory regulations pertinent to the subject. Under Article 5(1) of the ITE Law, electronic evidence, including electronic information, documents, and their printouts, is recognized as valid legal evidence, extending the scope of admissible evidence in Indonesia. Formal requirements for electronic evidence, or digital evidence, need not be in written form; printouts are considered presumptive or preliminary evidence. However, material requirements stipulate that digital evidence must guarantee authenticity, integrity, and availability, often necessitating testimony from digital forensic experts. This dual nature of electronic evidence highlights its importance and complexity in contemporary legal proceedings, demanding a nuanced understanding and application within the framework of Indonesian law.