Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Metahumaniora

LESBIANISME DALAM NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI Aida Anwariyatul Fuadah; Aquarini Priyatna; Amaliatun Saleha
Metahumaniora Vol 11, No 2 (2021): METAHUMANIORA, SEPTEMBER 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v11i2.34027

Abstract

Oka Rusmini dikenal sebagai penulis perempuan yang konsisten menulis tentang perempuan dengan latar belakang budaya Bali. Pada setiap novelnya, selain menghadirkan tokoh perempuan heteroseksual, Rusmini juga menampilkan tokoh lesbian, misalnya dalam novel Tempurung. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan representasi lesbianisme dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini dengan mengaplikaskan teori lesbian yang ditawarkan oleh Teresa De Lauretis (1993) dan Adrienne Rich (2019). Kajian ini juga menggunakan teori subplot lesbian dari Mentxaka (2013) dan diksi bahasa perempuan dari Robin Lakoff. Metode penelitian dalam artikel ini yaitu lesbian literature studies. Secara narasi, lesbianisme ditampilkan melalui tokoh perempuan yang memiliki relasi buruk dengan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lesbianisme ditampilkan sebagai perlawanan dominasi laki-laki melalui hubungan antarperempuan dan penggunaan diksi tokoh perempuan. Selain itu, lesbianisme juga meresistensi ideologi heteronormativitas melalui subplot lesbian, suara tokoh lesbian dan penggambaran tokoh lesbian sebagai “liyan” yang menakutkan. Penggambaran lesbianisme tersebut disebabkan karena ketakutan akan kemandirian lesbian yang berarti ancaman atas heteronormativitas.  Kata kunci: Lesbianisme; Perempuan Bali; Novel Tempurung; Representasi Lesbian; Sastra Lesbian.
PENANDA KEKUASAAN DI DALAM CERITA ANAK SULTHĀN LI YAUMIN WĀHID KARYA YA’QŪB ASY-SYĀRŪNĪ Ulfah Raihan; Sri Rijati Wardiani; Amaliatun Saleha
Metahumaniora Vol 10, No 3 (2020): METAHUMANIORA, DESEMBER 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v10i3.29798

Abstract

Artikel jurnal ini menyajikan hasil penelitian tentang keberadaan penanda-penanda kekuasaan di dalam cerita anak Mesir berjudul Sulthān li Yaumin Wāhid ‘Raja Sehari’ (2008) karangan Ya’qūb Asy-Syārūnī. Praktik-praktik mendominasi dan didominasi terjadi di antara para tokoh di dalam cerita. Masalah pokok yang disoroti di dalam artikel jurnal ini adalah penanda-penanda kekuasaan yang ada pada tokoh yang mengindikasikan adanya makna kekuasaan dalam perspektif semiologi Roland Barthes. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan penanda-penanda kekuasaan yang ada di dalam cerita serta mengidentifikasi signifikasi yang dikemas di dalamnya melalui metode kajian sastra kualitatif dengan analisis tekstual memanfaatkan teori semiologi Roland Barthes, yaitu konsep tingkatan signifikasi berupa relasi penanda dan petandanya dalam sebuah tanda (denotasi) serta relasi tanda dengan acuannya dalam realitas eksternal (konotasi). Hasil penelitian menunjukkan ditemukannya makna-makna kekuasaan melalui identifikasi 6 kelompok jenis penanda, yaitu berupa busana, sikap dan tuturan, tempat tinggal, barang dan makanan mewah, orang-orang dekat, serta wewenang raja yang dikaitkan dengan tanda budaya. Penanda-penanda tersebut mengonotasikan pada raja sebagai pemilik kekuasaan yang merupakan orang berkelas tinggi, bertaraf hidup tinggi, mulia, dan paling istimewa yang harus dipatuhi, dilayani, serta diberikan wewenang paling besar dalam segala urusan.
REPRESENTASI PERNIKAHAN DALAM MIDAH SIMANIS BERGIGI EMAS DAN GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER Stefani Ratu Lestari; Muhamad Adji; Amaliatun Saleha
Metahumaniora Vol 10, No 1 (2020): METAHUMANIORA, APRIL 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v10i1.26023

Abstract

Penelitian ini membahas dua karya Pramoedya Ananta Toer berjudul Midah Simanis Bergigi Emas (1955) serta Gadis Pantai (1962). Kedua karya ini menggunakan tokoh utama perempuan muda dengan mengangkat tema pernikahan dalam budaya patriarkis, serta mengungkit isu perjodohan, perceraian, serta kelas sosial yang meliputi tokoh perempuan di dalam kedua karya ini.  Kedua karya ini menampilkan perjuangan Midah dan Gadis Pantai dari awal hingga akhir pernikahan mereka, serta pandangan mereka mengenai pernikahan yang telah mereka lalui. Penelitian ini menggunakan teori representasi untuk menganalisis unsur-unsur pernikahan di dalam kedua karya ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kedua karya ini menampilkan permasalahan pernikahan yakni: (1) Permasalahan Kelas Sosial, (2) Pandangan Para Tokoh terhadap Pernikahan, dan (3) Representasi Perempuan Kuat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pramoedya menampilkan masalah pernikahan melalui kehidupan Midah dan Gadis Pantai serta tokoh-tokoh yang ditemui Midah dan Gadis Pantai.Kata Kunci: Pramoedya, Pernikahan, Kelas Sosial, Representasi